"Sekedar umpatan dan teriakkanku yang semuanya tersimpan dalam barisan kata"

Selasa, 22 Desember 2009

Samuel Beckett


Samuel Beckett

Samuel Beckett bernama lengkap Samuel Barclay Beckett. Ia lahir di Foxrock, Dublin, Irlandia, pada tanggal 13 April 1906 dan meninggal di Paris, tanggal 22 Desember 1989. Pada usia 21 tahun ( 1927 ) ia telah menyelesaikan jenjang pendidikan bachelor of arts (BA) dengan predikat sangat memuaskan di bidang sastra Italia dan Prancis. Kemudian, berkat dorongan guru-guru besarnya ia di kirim ke Prancis untuk mengajar bahasa Inggris di Ecole Nomale Superieure di Paris tahun 1928.
Dua tahun kemudian ia kembali ke tempat kelahirannya untuk mengajar bahasa dan sastra Prancis di Trinity College sekaligus menyeselesaikan Masternya. Tahun 1932 ia kembali lagi ke Paris dan tidak lagi meneruskan kariernya dibidang pendidikan, tapi ia lebih memilih sebagai penulis esai dan sastra dengan bergabung di kelompok kesenian.

Karya-karya Beckett banyak ditulis dalam bahasa Inggris dan Prancis. Selain menulis puisi dan novel Beckett pun menulis lakon – Menunggu Godot merupakan lokon pertamanya yang dibuat dan mengantarkan dirinya meraih hadiah Nobel tahun 1969 untuk bidang kesusastraan, tapi sebelumnya ia pun telah meraih berbagai penghargaan dibidang seni dan sartra yang di antaranya, Obie Award, Itali Prize dan disusul penghargaan lainnya seperti dari National Grand Prize for Theaterm New York Drama Critics Circle Citation.
Share:

Profil Anton Pavlovich Chekov




Anton Pavlovich Chekov lahir di kota pelabuhan kecil Taganrog, Rusia Selatan 29 Januari 1860. Terlahir dari keluarga kelas menengah, beliau sempat menikmati pendidikan memadai. Namun karena kebangkrutan bisnis ayahnya, mereka hidup dalam kemiskinan, sampai-sampai Chekov menghidupi diri dengan tulisan2 di media massa.

Pada masa itu tulisan-tulisan Chekov terbit di media2 humor populer, baru pada 1880an terbit cerpen-cerpennya yang lebih menunjukan kreativitas dan rasa seninya, ditandai dengan terbitnya kumpulan cerpen "Pusparagam Cerita". Pada saat itulah muncul karya-karyanya yang kemudian menjadi legendaris, seperti Ruang Inap No.6, Manusia Dalam Kotak, Wanita Dengan Anjing, dan Riwayat yang Membosankan.
Anton Chekov adalah raja cerpen Rusia yang banyak menginspirasi cerpenis2 yang muncul kemudian. Ciri khas cerpen2 Chekov adalah cerita yang merakyat, kehidupan orang yang "nyata" serta kritik sosial-kemasyarakatan yang kental, di zaman Komunis yang korup dan semena-mena.

Ciri karangan Chekov yang jujur menceritakan orang-orang yang biasa adalah kelebihannya di zaman itu. Sastra yang kental dengan imajinasi yang "membumbung tinggi" dan kaya akan bahasa "sulit" tidak berlaku bagi Chekov, dan justru di situlah kelebihannya. Membumi dan mengena.
Chekov juga menulis novel dan naskah drama, seperti Paman Vanya, Tiga Bersaudara, dan Kebun Ceri. Menurut Motinggo Busye (yang menganggap Chekov adalah gurunya) drama2 Chekov sangat kuat mengikat penonton melalui bentuk "farce" atau banyolan yang mengena. Chekov meninggal pada 2 Juli 1904.


Share:

Selasa, 15 Desember 2009

Puisi karyaku

Di Rumah Terindah

Hujan deras membasahi bumi
Aku sendiri bernyanyi hilangkan sunyi
Kucoba merangkai Puisi namun tetap sepi
Kucoba untuk menjerit, tapi apa yang terjadi...

Tetap saja aku sepi sendiri
Tetap saja aku merasa sunyi
Di rumah terindah aku bernyanyi

Kubernyanyi, Kuberpuisi dan Menari
Kutertawa, kuterluka dan bercanda

Di rumah terindah aku menyanyi
Di rumah terindah aku menangis
Di rumah terindah aku menari
Di rumah terindah aku tertawa
Di rumah terindah aku bercanda

Di rumah terindah aku dapati semua.....

                                              
                                                05 Des 09
                                                   19.33 WIBS

Share:

Jumat, 20 November 2009

Sajak kata

SAJAK KATA-KATA


Oleh : Achmad Saptono (Panggil ; Tino)



Setiap kata adalah senjata
Tetapi kadang kata tak menjadi bahaya tanpa rasa
Kata menjadi tak bermakna tanpa diasah
Tusukan kata-kata ngilunya melebihi puluhan tusukan belati tentara

Kalau ada yang terluka karena kata-kata
Adalah berbahaya jika tanpa penawarnya
Dan jika anda merasa takut akan ajal yang segera menyapa
Apakah anda percaya kata bisa menjadi penentu kehidupan manusia

Kata mampu membunuh semaunya
Perlahan atau bahkan sekaligus dengan hujaman racun
Yang menembus hati setiap manusia
Tirani orde baru tergeser karena kata
Orang menang dalam pemilu karena kata-kata
Lelaki merayu wanita dengan kata-kata
Pengacara mencari nafkah dengan kata-kata
Penyiar radio, televisi, Aktor...
Aktris... Sutradara... Iklan
Semua itu karena kata-kata


      "Pwt, 20 Nov 2009"
Share:

Gender & Media


Citra Perempuan Dalam Media
Oleh : Achmad Saptono (Panggil ; Tino)

Ayahku selalu, berkata padaku, jadi laki-laki ga boleh nangis,
harus slalu kuat...(The Lucky Laki - Bukan Superman )




Pagi hari setelah mencari kopi hangat dan sarapan, di jalan aku mendapati papan-pan iklan yang menempel di pohon dan tembok di pinggiran jalan. Sesampainya di kontrakan, di kamar aku terus berfikir "apakah ukuran cantik, ideal atau sempurnanya perempuan itu cuma ada pada bentuk/ukuran tubuhnya saja?". Pertanyaan-pertanyaan itu terus bermunculan dalam kepalaku, namun di sisi lain dalam hati aku bertanya "Tapi bukankah ketika gender terus diperjuangkan maka secara tidak langsung akan mengeksploitasi masing-masing pihak baik itu pihak laki-laki maupun perempuan?".
Lalu yang menarik lagi bagiku adalah kenapa para aktivis gender, sampai hari ini tetap konsisten memperjuangkan isu gender? Misal : Ada papan iklan di pinggir jalan yang bertuliskan "BUTUH ALAT UNTUK MEMPERBESAR PAYU DARA/ALAT KELAMIN? HUBUNGI 08xxxxxxxxxx", atau iklan-iklan yang ada di televisi "INGIN KULIT PUTIH DAN TETAP CANTIK?" Nah, bagiku teks dalam iklan-iklan itu secara ga langsung mendeskripsikan bahwa parameter ideal perempuan adalah tergantung pada beberapa organ tubuh saja. Sama saja perempuan itu sedang di eksploitasi kan?
Akhirnya aku ingat apa yang di ungkapkan oleh TAMRIN TAMAGOLA, bahwa menurutnya terdapat 5 (lima) citra perempuan dalam iklan media massa, antara lain :
  1. CITRA PIGURA: perempuan sebagai sosok yang sempurna dengan bentuk tubuh ideal. 
  2. CITRA PILAR: perempuan sebagai penyangga keutuhan dan penata rumah tangga.
  3.  CITRA PERADUAN: perempuan sebagai objek seksual. 
  4.  CITRA PINGGAN: perempuan sebagai sosok yang identik dengan dunia dapur. 
  5.  CITRA PERGAULAN: perempuan sebagai sosok yang kurang pede dalam bergaul.
Media massa di Indonesia tampaknya masih merupakan kekuatan konservatif, bukan progresif, bukan sebagai pendobrak nilai tapi sebagai penjaga status quo. Media masih mendiskriminasikan perempuan. Maaf, silahkan perhatikan iklan-iklan yang lainnya di media saat ini?



Share:

Kamis, 19 November 2009

SLANK & GERANAT

SLANK & Kontroversial Lagu Gosip Jalanan
Oleh : Achmad Saptono




Bisa dilemahkan,
ga bisa dimatikan,
ga terlihat,
tapi melumpuhkan!


(Album Virus)



Kiprah group band yang satu ini bukan hanya eksis di dunia musik/entertainment saja. Pasca lepas dari jeratan Narkoba mereka (SLANK) aktif dalam gerakan sosial yang memberantas peredaran Narkoba, GERANAT (gerakan anti narkoba) adalah tempat SLANK dan kawan-kawan menebus dosa sejarah di masa lalu.

mau tau bagaimana sejarah group band SLANK? simak lebih lanjut tulisan di bawah..

Sejarah Terbentuknya group Band SLANK :


Slank adalah nama salah satu grup musik papan atas Indonesia yang bermula dari Desember 1983 dengan pendirian Cikini Stones Complex (CSC), grup musik yang terdiri dari anak-anak SMA Perguruan Cikini, Jakarta. Di sinilah Bimo Setiawan (drum), Boy (gitar), Kiki (gitar), Abi (bass), Uti (vokal) dan Well Welly (vokal) mengekspresikan kesukaan mereka terhadap karya-karya Rolling Stones. Sayangnya grup ini tidak bisa bertahan dan membubarkan diri. Selanjutnya berturut-turut terjadi perombakan personil sampai akhirnya terbentuk formasi ke-14 pada tahun 1996 yang bertahan sampai sekarang. Formasi akhir ini, yang dimulai dari album ke-7 Slank, terdiri dari Bimbim (drum), Kaka (vokal), Ivanka (bass), Ridho (gitar) dan Abdee (gitar). Slank memiliki kelompok penggemar yang fanatik, yang biasa dikenal sebagai Slankers yang tersebar di beberapa kota baik di jawa maupun luar jawa.

Slank berdiri desember 1983. dengan nama awal cikini stone complex, dengan beranggotakan, Bimo Setiawan (drum), Boy (gitar), Kiki (gitar), Abi (bas), Uti (vokal), Wel Welly (vokal).Mereka sering membawakan musik2 dari Rolling Stone, idola mereka. Di tengah jalan beberapa dari mereka keluar. karena keuletan Bimbim, panggilan Bimo Setiawan membentuk band lagi dan merubah nama menjadi Red Evil. dengan formasi Bim2(drum), Bongky (gitar), Kiki (gitar), Denny (bas), Erwan (vokal). dan mereka sudah mulai berani memainkan lagu2 mereka sendiri.
Penampilan mereka diatas panggung yang cenderung seadanya dan slenge’an. sehingga para penonton sering menyebut mereka band slenge’an. mulai saat itu nama band mereka berubah menjadi Slank. Pergantian personil menjadi kebiasaan dalam band ini. sudah kali band ini ganti personil, dengan personel Bim2 (Drum), Kaka (Vokal), Bongky (Bas), Indra (Keyboard), Pay (Gitar).

Berkali-kali mengirim demo ke berbagai label, berkali2pula rekaman mereka ditolak. lalu mereka bertemu dengan seorang produser Budi Susatio. setelah mendengarkan musik mereka, Budi yakin bahwa musik mereka akan banyak disukai. karena musik mereka beda dari musik mainstream pada masa itu. Slank menggabungkan antara POP, ROCK N ROLL, BLUES, DAN ETNIK. yang menjadi warna musik Slank. Keyakinan Budhi terbukti. album pertama SUIT…SUIT..HE.HE… meledak di pasaran dengan hits maafkan dan memang. dengan album pertama itu pula slank mendapat penghargaan pertamanya di BASF award sebagai pendatang baru terbaik. sejak saat iu slank mulai dikenal masyarakat seluruh indonesia, dan terus berkarya. karya mereka antara lain: KAMPUNGAN, PISS, GENERASI BIRU, MINORITAS. Setelah penggarapan album minoritas slank kehilangan 3 anggota sekaligus Bongki,Indra,Pay (yang sekarang sukses dengn BIP-nya). akhirnya ka2 dan bim2 berjuang mempertahankan band ini. dengan 2 personel mereka mencoba membuat album baru, LAGI SEDIH. dengan dibantu Ivan (bass) dan Reynold (gitar). Hingga akhirnya tahun 1996 terbentuk formasi ke-14 yang terdiri dari Kaka (vokal), Bim2 (drum), Ivanka(bass), Ridho (gitar), Abdee (gitar). hingga sekarang mereka telah menelurkan 14 album: TUJUH,VIRUS, MATA HATI REFORMASI, 999+09 (dua album sekaligus), SATU-SATU, PLUR, SLANKISSME, SLOW BUT SURE. Album-album tersebut, belum termasuk album live dann album the best yang lainnya.

Tahun 2008 lalu group band yang punya banyak fans fanatik ini menuai protes dari pemerintah karena kritik yang ada dalam lagu "gosip jalanan".  Kalo penasaran dengan liriknya, ni di bawah aku tuliskan!!!


Pernah kah lo denger mafia judi
Katanya banyak uang suap polisi
Tentara jadi pengawal pribadi
Apa lo tau mafia narkoba
Keluar masuk jadi bandar di penjara
Terhukum mati tapi bisa ditunda
Siapa yang tau mafia selangkangan
Tempatnya lendir-lendir berceceran
Uang jutaan bisa dapat perawan
Kacau balau … Kacau balau negaraku ini …
Ada yang tau mafia peradilan
Tangan kanan hukum di kiri pidana
Dikasih uang habis perkara
Apa bener ada mafia pemilu
Entah gaptek apa manipulasi data
Ujungnya beli suara rakyat
Mau tau gak mafia di senayan
Kerjanya tukang buat peraturan
Bikin UUD ujung-ujungnya duit
Pernahkah gak denger teriakan Allahu Akbar
Pake peci tapi kelakuan barbar
Ngerusakin bar orang ditampar-tampar

download lagunya di sini


Untuk video gosip jalanan silahkan download videonya di sini

Silahkan analisis sendiri lirik di atas,
Piss....
Share:

Selasa, 17 November 2009

HAK PILIH



LULUS CEPAT ATAU LULUS TEPAT ;
Silahkan Memilih!
Oleh : Achmad Saptono (Panggil ; Tino)


"Lalu kapan saya akan diwisuda, adik kelas sudah lebih dulu. Hati cemas merasa masih begini, teman baik sudah di DO, orang tua di desa menunggu, calon istri gelisah menanti... "(Koboy Kampus ; Panas Dalam)
Lirik lagu Koboy Kampus karya Panas Dalam diatas mungkin akan menjadi sound track bagi mahasiswa-mahasiswa yang "betah" di kampus. Betah di kampus, bagi saya banyak sekali kriteria alasan yang dapat dijadikan faktor kenapa masih banyak mahasiswa yang memilih atau bukan karena pilihannya menjadi hidup (maaf; lama) di kampus.

Pertama, betah di kampus karena memang benar-benar merasa masih betah hidup di kampus, misal : karena merasa lebih enak menjadi mahasiswa yang selalu dikasih duit bulanan sama orang tua yang akhirnya mahasiswa itu merasa keenakan. Kedua, betah di kampus karena faktor akademik, misal : karena permasalahan nilai yang kurang/belum mencukupi standar kelulusan. Ketiga, betah di kampus karena "disayang" dosen pembimbing tugas akhir (skripsi), misal : dosen pembimbing yang susah ditemui di kantor, dosen pembimbing yang mengedapankan subyektifisme (selera/penilaian pribadi) saat membimbing mahasiswa skripsi atau susah di hubungi atau bisa jadi karena memang benar-benar sangat disayangi oleh dosen pembimbing skripsi. hohoow.... Keempat, betah di kampus karena "Cinta", Upss... misal : nunggu lulus bareng pacar yang satu atau dua angkatan dibawahnya. Kelima, betah di kampus karena masih merasa perlu menggali potensi sebagai mahasiswa sebelum memasuki dunia kerja atau masih butuh banyak pengalaman dalam dunia mahasiswa. Tapi biasanya, kriteria alasan yang kelima ini sudah jarang ditemui, walau masih ada beberapa. hheu...
Kembali ke judul yang saya tuliskan di atas, LULUS CEPAT ATAU LULUS TEPAT adalah sebuah pilihan bagi setiap mahasiswa. Ketika orientasinya ingin LULUS CEPAT, ya monggo "autis" dengan kesibukan akademik, misal : kuliah terus, nyatet semua yang di tampilin slide power point/OHP dosen, jangan pernah membolos, mengerjakan semua tugas, pokoknya jangan pernah beralih ke kesibukan lain selain kesibukan yang terkait dengan kuliah, kuliah dan kuliah. Sedangkan ketika orientasinya adalah ingin LULUS TEPAT, konsekuensinya selain sibuk di akademik juga harus sibuk atau mau mencari ilmu/pengalaman lain di luar akademik, misal : kuliah sambil berorganisasi, kuliah sambil kerja, aktif di forum-forum diskusi (lembaga kajian) atau kuliah sambil aktif di kegiatan-kegiatan sosial yang ada baik di internal kampus maupun di luar kampus, tapi dengan catatan bagaimanapun caranya akademik jangan sampai terbengkalai. Jadi, maksud saya begini. Ketika si Mahasiswa itu aktif dalam organisasi atau kegiatan-kegiatan di luar akademik, mahasiswa itu juga harus aktif di akademik juga, misal : jangan cuma baca-baca buku di luar perkuliahan, tapi lahap juga buku-buku perkuliahan, aktif berdiskusi di kelas, tugas juga jangan lupa di kerjakan. Nah, kalau misalnya ternyata pihak fakultas memberlakukan kebijakan presensi mahasiswa minimal harus 75%, dalam satu semester, ya silahkan bagaimana caranya terserah anda yang menjalankan. Intinya manfaatkan jatah 25% yang boleh tidak hadir di kelas itu untuk kesibukan lain.
Dunia kerja saat ini memang banyak yang menuntut salah satu syarat bekerja, adalah lulusan yang mempunyai IPK minimal 2,75 atau ada juga lembaga tertentu yang hanya menerima lulusan yang mempunyai IPK minimal 3,00 atau bahkan mungkin lembaga yang hanya menerima lulusan yang mempunyai IPK diatas 3,00, sudah ada juga kali ya... Tapi kalau menurut saya, IPK tinggi tidak jaminan lulusan tersebut mempunyai skill atau keahlian lain. Bisa jadi lulusan itu gaptek (gagap teknologi), kurang pengalaman berorganisasi atau wacananya sempit (sekali lagi ; maaf). Makanya bagi anda (mahasiswa belum lulus atau yang sudah lulus) yang mempunyai IPK standar/biasa-biasa saja, jangan berkecil hati, tidak usah pake minder segala, apalagi kalau sampai bunuh diri (lebay : mode on) karena yang penting anda punya banyak skill, potensi atau keahlian lain, maka niscaya pasti banyak dunia kerja yang sesuai dengan skill atau potensi anda, atau malah kalau mau bisa jadi anda malah mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, misal : dengan membuat LSM, lembaga penelitian atau mendirikan industri kecil lainnya.
Sebagai penutup, sudah dibaca semua kan tulisan dari atas sampai bawah? Jadi, sekarang saya kembalikan ke anda lagi. Anda bebas menggunakan hak pilihnya, hheu... Silahkan memilih! Mau LULUS CEPAT ATAU LULUS TEPAT?


Share:

Pelajar & Life Style

Warnetku warnet kita berdua
Oleh : Achmad Saptono (Panggil; Tino)
"Dunia serasa milik kita berdua, kata-kata indah ini mungkin yang ada dalam benak mereka yang sedang asyik berduaan dalam satu kamar berukuran ± 1,5 x 2 meter".


Selasa, 20 Oktober 2009 lalu sepulang dari aksi di depan gedung DPRD Banyumas menuntut realisasikan anggaran pendidikan 20 %, naikan UMK/gaji buruh, realisasikan biaya kesehatan gratis dan beberapa tuntutan lainnya aku ngobrol dengan kedua temanku. Salah satu temanku mengawali pembicaraan tentang adanya warnet (warung internet) mesum di sekitar jalan Kampus-Purwokerto. "Aku pernah memergoki pasangan siswa SMA yang sedang berbuat mesum di warnet itu", ucapnya. Waktu itu dengan nada becanda aku menyela "ga mungkin banget, emang bisa di tempat rame kaya gitu?". Temanku yang satu lagi pun senada dengan apa yang aku lontarkan. Akan tetapi lama-kelamaan temanku yang sudah pernah memergoki itu menambahkan "gini aja, sekarang aku ajak kamu ke sana buat observasi langsung, ntar kita sambil nge'Net sebentar & jangan kawatir, tar nge'Netnya aku yang bayarin". Setelah itu akhirnya aku pun mau ikut dengannya untuk observasi langsung dan "dengan catatan, hal ini andaikata benar terjadi nanti akan kita tindak lanjuti". Ucapku. Akhirnya aku dan kedua temanku mendatangi "warnet mesum" tersebut.

Kurang lebih 15 menit antre di ruang tunggu, dengan penuh rasa penasaran aku mengamati tiap bilik/ruang internet di sekitar tempat dudukku. Tiba-tiba, "ruang 12 kosong mas", operator/kasir memanggil. Aku bersama temanku yang pernah memergoki itu langsung saja menuju ruang 12, setelah berada dalam ruang itu aku bertanya pada temanku "Lhah terus gimana caranya kita bisa ngintip ruang sebelah?". Dengan berbisik temanku mengatakan "dibawah ada lubang yang ditutup tisu, kamu cabut aja tisunya!". Ternyata memang ada tiga buah lubang yang ditutup tisu dan hanya ada satu lubang yang tembus ke ruang sebelah. Aku mulai melihat ruang sebelah dari lubang kecil itu, ternyata ada seorang siswa SMA yang sedang asyik nge'Net, entah situs apa yang sedang ia buka. Tidak lama kemudian siswa SMA itu keluar dan digantikan oleh siswa SMA lagi namun berpasangan (cowok dan cewek).
Tidak sampai menghabiskan waktu 10 menit aku melihat si cowok langsung menggerayangi dan membuka baju seragam si cewek. Adegan selanjutnya ternyata tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Layaknya pasangan suami istri, mereka bersenggama dalam sebuah bilik warnet yang sempit, serasa warnet milik kita berdua.
Seks Bebas, Degradasi Moral, dan Pertarungan Peradaban
Sungguh ironis melihat kondisi generasi muda yang seperti itu. Pergaulan bebas, dan prilaku seks anak muda yang selama ini dikenal lebih kepada perilaku mahasiswa saat ini telah merambah pada kalangan pelajar. Entah bagaimana ceritanya perilaku itu menular pada generasi pelajar SMA di sebuah kota kecil bernama Purwokerto. Banyumas yang dulu dikenal sebagi wilayah ndeso, dan hampir tidak dikenal oleh orang-orang luar banyumas, tetapi kini pergaulan generasi mudanya tak berbeda dengan pergaulan anak muda metropolitan.
Sebuah arus dan pergeseran budaya mudah terjadi dalam gelombang globalisasi saat ini. Tak ada batas-batas lagi antar negara bangsa, apalagi hanya sekedar wilayah dalam satu negara. Begitupun dengan pergeseran nilai dan perdaban. Nilai-nilai tentang bangsa timur yang dikenal santun, tak lagi bisa diidentikan pada sebuah masyarakat.
Fenomena mengenai perilaku seks bebas dalam bilik warnet adalah salah satu imbas dari itu semua. Dunia seks bebas yang dulu hanya diidentikkan di kamar-kamar hotel, villa, losmen, diskotik, dan ikon-ikon dunia para orang berduit, kini sudah merambah pada ruang-ruang bebas atau tempat umum yang bisa diakses oleh siapa saja. Dulu, pembicaraan tentang seks merupakan hal yang tabu. Kini dengan derasnya arus informasi yang membanjiri otak generasi muda, telah membawa pergeseran nilai tentang hal yang dianggap tabu itu. Jangankan menbicarakan, melakukannya pun mungkin sudah menjadi sesuatu yang "wajar".
Dengan mengacu pada analisa Huntington tentang benturan peradaban, dalam konteks globalisasi ini, terjadi sebuah pertarungan peradaban mengenai nilai dan norma dalam sebuah negara bangsa. Seperti yang dikatakan Arjun Appadurai, bahwa globalisasi yang menyebabkan dunia tanpa batas, justru sebenarnya akan melahirkan dunia yang makin terkotak-kotak kecil (global-glokal). Nasionalisme kebangsaan akan berubah menjadi nasionalisme kedaerahan. Sebuah bangsa akan mencoba mempertahankan identitasnya di tengah pertarungan budaya global. Jika melihat kasus yang terjadi tersebut, menjelaskan bahwa hal itu terjadi karena lemahnya peradaban kita dalam bertarung dengan budaya global. Kita tidak mampu mempertahankan budaya kita yang dikenal sopan, santun, dan beretika. Degradasi moral telah terjadi pada masyarakat kita, generasi muda penerus bangsa.!!

Kondisi seperti ini diperparah dengan adanya permainan dunia ekonomi dan politik. Bisnis diskotik dan tempat-tempat hiburan malam misalnya, yang sudah menjadi rahasia umum menjadi sarang munculnya kehidupan seks bebas. Dalam kenyataannya, pemerintah seolah menutup mata mengenai bahaya ini. Itu terbukti semakin banyaknya tempat-tempat hiburan malam seperti itu. Sejauh ini, tindakan yang dilakukan pemerintah hanya sebatas razia pada para pengunjung, tetapi mengapa tak pernah menyentuh pemilik atau pengelola tempat itu yang mungkin dengan sengaja menyediakan tempat dan kesempatan bagi merebaknya budaya seks bebas. Bahkan sekarang, diskotik membuka akses bagi pelajar dengan cara memberikan tarif bagi pelajar.

Bagaimana kasusnya dengan bisnis warnet? Sekarang bisnis warnet banyak diminati, karena dianggap memiliki prospek keuntungan yang menjanjikan. Warnet-warnet yang memberikan fasilitas dan kenyamanan lebih diminati oleh konsumen. Fasilitas ruangan ber-AC, webcam, headset dengan musik MP3, film, kursi sofa, dan ruangan bilik yang privasi menjadi dambaan konsumen. Apa yang terjadi dengan itu semua? Kini warnet dijadikan tempat mesum karena terlalu privasinya ruang atau bilik warnet. Para konsumen dapat dengan bebasnya melakukan aktivitas apa saja di dalam bilik itu, termasuk berbuat mesum. Ternyata "peluang" ini terbaca oleh kalangan muda (pelajar dan mahasiswa) yang memang konsumen terbesar. Bagi mereka yang tak mampu menyewa kamar-kamar hotel atau villa, warnet adalah "alternatif", karena selain murah juga cukup aman karena tidak dicurigai. Hanya dengan merogoh kocek sebesar tiga ribu sampai empat ribu rupiah per jam, mereka dapat menikmati kenyamanan itu semua. Parahnya lagi, entah sengaja atau tidak, hampir setiap warnet memiliki "stok" film porno dari yang berdurasi dua menit hingga hampir satu jam. Ini semakin membuka peluang dan kesempatan untuk melakukan perbuatan yang nista tersebut.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah gejala ini tidak dirasa oleh pemilik atau pengelola warnet tersebut? Perbincangan megnenai seks bebas dalam warnet sudah ramai di kalangan mahasiswa, namun mengapa tidak pernah dihiraukan oleh pihak pengelola warnet sendiri? Padahal telah banyak juga operator warnet yang mengetahui peristiwa ini, tetapi mereka seolah tidak peduli. Jangan-jangan yang dikhawatirkan adalah bahwa fasilitas yang privasi tersebut memang diperuntukkan hal tersebut sehingga menarik banyak pelanggan. Jika memang demikian adanya, sungguh ironis keadaanya.

Share:

Selasa, 13 Oktober 2009

Latihan Teater

Teater & Metode-metode latihannya
Oleh : Achmad Saptono (Panggil; Tino)

ARTI TEATER
Secara etimologis/bahasa, kata Teater berasal dari bahasa Yunani yaitu Theatron yang artinya gedung pertunjukan atau auditorium tempat mempertontonkan. Sedangkan dalam arti luas, Teater merupakan segala bentuk tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak, itulah teater. Ada juga pengertian teater dalam arti sempit, yaitu drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media antara lain : Percakapan, gerak dan tingkah laku yang didasarkan pada naskah tertulis yang ditunjang oleh dekorasi (setting), musik, lighting, make up, nyanyian, tarian, dan lain sebagainya.

Dalam teater ada yang disebut dengan akting. Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak atau gesture. Karena logikanya, dialog tanpa gerak maka peluang pesan tersampaikan akan sangat sedikit (tidak maksimal). Dialog yang baik itu seperti apa siyh? Dialog bisa dikatakan baik, ketika : Dialog itu bisa terdengar (volume baik), jelas (artikulasi baik), dimengerti (lafal benar), dan aktor bisa menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah). Sedangkan gerak yang baik ialah gerak yang terlihat (blocking baik), jelas (tidak ragu ragu, meyakinkan), dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan), dan juga bisa menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah).

*Penjelasan :
Volume suara yang baik adalah ketika suara itu dapat terdengar sampai jauh
Artikulasi yang baik adalah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata kata yang diucapkan menjadi tumpang tindih atau dengan kesan yang terburu-buru.

Lafal yang benar adalah pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang dipakai . Misalnya berani yang berarti "tidak takut" harus diucapkan berani bukan ber ani.
Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah
Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang ditutupi.
Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat sebagian besar belakang tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan sebagai berikut :
Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan.
Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan.
Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan sampai seluruh pemain mengelompok di satu tempat. Dalam hal mengatur balance, komposisinya:
Bagian kanan lebih berat daripada kiri
Bagian depan lebih berat daripada belakang
Yang tinggi lebih berat daripada yang rendah
Yang lebar lebih berat daripada yang sempit
Yang terang lebih berat daripada yang gelap
Menghadap lebih berat daripada yang membelakangi
Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan yang berlangsung. Diantaranya adalah :
Jelas, tidak ragu ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting
Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.
Menghayati berarti gerak gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.
Selanjutnya akan dibahas secara rinci tentang dasar latihan teater.

BAB I
MEDITASI & KONSENTRASI

MEDITASI
Secara umum arti meditasi adalah mencoba untuk menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.
Tujuan Meditasi :
Mengosongkan pikiran.
Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu yang ada dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan.
Meditasi sebagai jembatan.
Disini alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita kerjakan dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan.
Cara meditasi :
Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan adalah dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk memberi bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam.
Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam tubuh kita.
Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan segala perasaan. Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk berkonsentrasi.
Catatan :
Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran. Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan.

KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.
Cara konsentrasi :
Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan cara-cara yang sudah ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran kita benar-benar kosong dan siap berkonsentrasi.
Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur pikiran. Rasakan bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang tidak kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan yang lain, selain bahwa kita saat ini sedang latihan teater.
Catatan :
Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.

BAB II
VOKAL dan PERNAPASAN
PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan :
Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada kita membusung. Di kalangan orang orang teater pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/akting sang aktor, karena bahu menjadi kaku.
Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut kita menggelembung. Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.
Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum). Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan akting, tetapi mengutamakan vokal.
Pernapasan diafragma
Diafragma adalah bagian tubuh kita yang terletak diantara rongga dada dan perut. Sedangkan yang dimaksud dengan Pernapasan diafragma adalah ketika sang aktor itu mengambil udara sebanyak-banyaknya kemudian disimpan di diafragma dan rasakan bahwa diafragma itu benar-benar mengembang. Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang.
Menurut perkembangan akhir akhir ini, banyak orang orang teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.
Latihan latihan pernapasan :
Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada, kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun sampai batas maksimurn bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas kita keluarkan kembali.
Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat.
Cara berikutnya adalah menarik napas dalam dalam, kemudian keluarkan lewat mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun cara cara lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vokal.
*Catatan : Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, disarankan agar janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.

VOKAL
Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vokal yang baik pula. "Baik” di sini diartikan sebagai sebagai berikut :
Dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang).
Jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
Tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan.
Tidak monoton.
Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan latihan vokal. Banyak cara, yang dilakukan untuk melatih vokal, antara lain :
Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara "wah…” dengan energi suara. Lakukan ini berulang kali.
Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam "mmm…mmm…” (suara keluar lewat hidung).
Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,"ssss……."
Hirup udara banyak banyak, kemudian keluarkan vokal "aaaaa…….” sampai batas napas yang terakhir. Nada suara jangan berubah.
Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah naik turun (dalam satu tarikan napas)
Keluarkan vokal “a…..a……” secara terputus-putus.
Keluarkan suara vokal “a i u e o", “ai ao au ae ", "oa oi oe ou", “iao iau iae aie aio aiu oui oua uei uia ......” dan sebagainya.
Berteriaklah sekuat kuatnya sampai ke tingkat histeris.
Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung gulung, berlari, berputar putar dan berbagai variasi lainnnya.

*Catatan :
Apabila suara kita menjadi serak karena latihan latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir lendir di tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu memaksa alat alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.
Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di gunung, di tepi sungai, di dekat air terjun dan sebagainya. Di sana kita mencoba mengalahkan suara suara di sekitar kita, disamping untuk menghayati karunia Tuhan.

ARTIKULASI
Artikulasi yang dimaksud adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata kata yang diucapkan. Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu :
Cacat artikulasi alam : cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya ‘r’, dan sebagainya.
Artikulasi jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu waktu. Hal ini sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog.
Misalnya:
Kehormatan menjadi kormatan
Menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya.
Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan sebagainya. Sedangkan artikulasi menjadi tak tentu : hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu cepat, seolah olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali.
Untuk mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan :
Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap pengucapan. Ucapkan setiap huruf dengan nada nada tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan berbisik.
Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb
Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut.

GESTIKULASI
Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda. Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat kadang kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!” dengan kalimat "Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu ?” , "Kenapa ?” atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog.
Gestikulasi harus dilakukan, sebab kata kata yang pertama dengan kata berikutnya dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: "Tuan kelewatan. Pergi!". Antara "Tuan kelewatan" dan "Pergi" harus dilakukan pemenggalan karena antara keduanya memiliki maksud yang berbeda. Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata. Misalnya "Tuan kelewatan"....... (mendapat tekanan), “Pergi….” (mendapat tekanan).

INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu :
Tekanan Dinamik (keras lemah)
Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan penekanan pada setiap kata yang memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat "Saya membeli pensil ini" Perhatikan bahwa setiap tekanan memiliki arti yang berbeda. Misal :
SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)
Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)
Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)
Tekanan.Nada (tinggi)
Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya suatu kata.
Tekanan Tempo
Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan. Untuk latihannya cobalah membaca naskah dengan tempo yang berbeda beda. Lambat atau cepat silih berganti.

WARNA SUARA
Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki laki dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya. Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara. Sebagai latihan dapat dicoba merubah rubah warna suara dengan menirukan warna suara seorang tua, pengemis, anak kecil, dan lain sebagainya.
Selain mengenai dasar dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog diperlukan juga adanya suatu penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan diterangkan dalam bagian tersendiri. Untuk latihan cobalah membaca naskah berikut ini dengan menggunakan dasar dasar vokal seperti di atas.
(Kang Dul masuk tergopoh gopoh)
Kang Dul : Aduh Mas….e…..e…..itu, Mas…. Anu…. Mas….a….a….ada mahasiswa bawa mobil, pakaiannya bagus. Saya takut, Mas, mungkin dia orang kota, Mas.
Bambang : Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan saja orang-orangmu untuk mengusirnya ?
Pak Slamet : (kepada Bambang) Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau tadi lapor apa ?! Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei ! (sambil mencengkeram Bambang).
Bambang : Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang masuk.
Pak Slamet : (membentak sambil mendorong) Diam Kamu !
(kepada Kang Dul) Di mana dia sekarang ?
Kang Dul : Di sana Pak, nongkrong di kantin sambil main leptop.

BAB III
GERAK
OLAH TUBUH
Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka terlebih dahulu kita harus mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga dikatakan senam), sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal. Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot otot kita supaya elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian bagian tubuh kita yang kaku selama latihan-latihan nanti.
Pelaksanaan olah tubuh :
Pertama sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera yana kita punyai, tentang segala rakhmat yang dianugerahkan kepada kita. Dengan memakai rasa kita perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, yang mana semuanya itu merupakan rakhmat Tuhan yarig diberikan kepada kita.
Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita.
Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian jatuhkan ke belakang, ke kiri, ke kanan. Ingat kepala/leher dalam keadaan lemas, seperti orang mengantuk.
Putar kepala pelan pelan dan rasakan lekukan lekukan di leher, mulai dari muka. kemudian ke kiri, ke belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan lakukan berkali kali. Ingat, pelan pelan dan rasakan !
Putar bahu ke arah depan berkali kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu terlebih dahulu, baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak.
Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang. Demikian pula sebaliknya.
Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar tangan keseluruhan. Lakukan berkali kali, pertama tangan kanan dahulu, kemudian tangan kiri, baru bersama sama.
Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya.
Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan pada kaki kiri. Jaga jangan sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan kaki kanan, putar lutut kanan, putar seluruh kaki kanan. Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas.
Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari lari di tempat dan meloncat loncat.
Macam Macam Gerak :
Setiap orang memerlukan gerak dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan manusia. Dalam latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam macam gerak Latihan latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang yang berkecimpung dalam bidang teater.
Pada dasarnya gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu
Gerak teaterikal
Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari keinginan bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan naskah drama.
Gerak non teaterikal
Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari hari. Gerak yang dipakai dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam macam, secara garis besar dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar.
- Gerak Halus
Gerak halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira, dan sebagainya.
- Gerak Kasar
Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu :
Business, adalah gerak gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya :
- sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak gerakkan tangan atau kaki mengikuti irama musik.
- sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara refleks tangan kita akan memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa kehilangan konsentrasi kita pada belajar.
Gestures, adalah gerak gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita lakukan secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb.
Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga berupa berlari, bergulung gulung, melompat, dsb.
Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam. Cara berjalan orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil, berbeda pula dengan cara berjalan orang yang sedang mabuk, dsb.
Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal ini harus benar-benar diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang pemain apa maksud dan maknanya ia melakukan gerakan yang demikian itu. Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan “gerak-gerak dasar”. Latihan mengenai gerak-gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu :
- Gerak dasar bawah : posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala kita.
- Gerak dasar tengah : posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.
- Gerak dasar atas : di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.
Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.
Latihan-latihan gerak yang lain :
Latihan cermin.
Dua orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu membuat gerakan dan yang lain menirukannya, persis seperti apa yang dilakukan temannya, seolah-olah sedang berdiri didepan cermin. Latihan ini dilakukan bergantian.
Latihan gerak dan tatap mata.
Sama dengan latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi saling tatap, seolah kedua pasang mata sudah saling mengerti apa yang akan digerakkan nanti.
Latihan melenturkan tubuh.
Seseorang berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu mengangkat tangan temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum dijatuhkan lengan / tangan tersebut diputar-putar terlebih dahulu.
Latihan gerak bersama.
Suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang melakukan gerakan yang sama seperti dilakukan oleh pemimpin kelompok tersebut, yang berdiri didepan mereka.
Latihan gerak mengalir.
Suatu kelompok yang terdiri beberapa orang saling bergandengan tangan, membentuk lingkaran. Kemudian salah seorang mulai melakukan gerakan ( menggerakkan tangan atau tubuh ) dan yang lain mengikuti gerakan tangan orang yang menggandeng tangannya. Selama melakukan gerakan, tangan kita jangan sampai terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini dilakukan dengan memejamkan mata dan konsentrasi, sehingga akan terbentuk gerakan yang artistik.

GERAK DAN VOKAL
Setelah kita berlatih tentang vokal dan gerak secara terpisah, maka sekarang kita mencoba untuk memadukan antara vokal dan gerak. Banyak bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain mengucapkan kalimat yang panjang sambil berlari-lari, melompat, jongkok, bergulung-gulung, atau juga bisa dengan memutar-mutar kepala, memutar-mutar tubuh, dan sebagainya. Latihan ini berguna sekali bagi kita pada waktu acting. Tujuannya adalah agar vokal dan gerak kita selalu serasi, agar gerak kita tidak terlalu banyak berpengaruh pada vokal.

BAB IV
PENGGUNAAN PANCAINDERA DALAM TEATER

Manusia yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara utuh. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan panca indera kita tersebut, baik secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Dalam teater kita juga harus menggunakan indera kita dengan baik agar dapat memainkan suatu peran dengan baik pula.
Supaya alat-alat indera kita dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja harus dilatih. Hal ini sangat perlu dalam teater untuk membantu kita dalam membentuk ekspresi. Bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain :
Mata
Duduk bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada titik tersebut. Usahakan menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama mungkin.
Telinga
Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu pada beberapa macam benda, dimana setiap benda memiliki nada / suara yang berlainan. Hitunglah berapa kali ketukan pada benda yang sudah ditentukan.
Duduklah ditepi jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara apa saja yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus, sepeda motor, suara tawa seseorang diatas sepeda motor, suara sepatu diatas trotoar,dsb.

Hidung
Duduk ditepi jalan sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali bau apa yang ada disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan kita, bau parfum, asap knalpot, asap rokok, atau tanah yang baru disiram hujan, dsb.
Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan hayati benar-benar bagaimana baunya.
Kulit
Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan kenalilah tubuh kita itu, cari perbedaan antara setiap tubuh.
Rabalah dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya, dingin atau panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali bentuknya. Lakukan latihan ini dengan mata terpejam.
Lidah
Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi, langit-langit, bibir, dan sebagainya.
Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu tangan, batang pensil, tangan yang berkeringat,dsb.

BAB V
KARAKTERISASI
Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.
Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya :
Tokoh (A) … jabatan (lurah) … watak (licik, pura-pura, pengecut)
Tokoh (B) … jabatan (jongos) … watak (baik hati, ramah, jujur, mengalah)
Untuk melatih karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut :
Dengan menirukan gerak-gerak dasar yang biasa dilakukan oleh pengemis, kakek, anak kecil, pemabuk, orang buta, dsb. (yang dimaksud dengan gerak-gerak dasar disini adalah cirri-ciri khas)
Dua orang atau lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi perintah kepada temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang diceritakan. Untuk membantu memberi suasana, dapat memakai musik pengiring.
Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu juga kita mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita kenali satu persatu.

OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu. Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita ingini.

ILUSI
Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dan lain sebagainya.
Cara-cara melatihnya antara lain :
Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb.
Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb.
Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun dikampung, dsb.
Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb.
Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antar planet, dsb.

IMAJINASI
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim.
Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara pemimpin koor dengan roh suci. Roh suci disini hanya terdengar suaranya, tetapi pemain harus menganggap bahwa roh suci benar-benar ada. Dalam contoh lain dapat kita lihat pada sebuah naskah yang didalamnya terdapat sebuah dialog, sebagai berikut : “ Hei letnan, coba perhatikan perempuan berkaca mata gelap didepan toko itu. Perhatikan topi dan tas hitam yang dipakainya. Rasa-rasanya aku pernah melihat tas dan topi itu dipakai Nyonya Lisa beberapa saat sebelum terjadi pembunuhan”. Yang dibicarakan tokoh diatas sebenarnya hanya khayalan saja. Perempuan berkaca mata gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak tampak dalam pentas.
Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan, termasuk disini segala sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai cara-cara sebagai berikut :
Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali.
Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian bayangkan dan sebutkan bentuk benda itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dsb.
Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya. Contohnya, menganggap sebuah batu adalah suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya, letaknya, dsb. Sehingga dengan memandang batu tersebut kita jadi tertawa terpingkal-pingkal.
Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil rasanya menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin, kasar, dsb.

EMOSI
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka tinbul niat untuk memukul, dsb.

PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita. Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi, maka saat itu kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang harus kita terapkan dengan baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama.
Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah :
Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.
Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.
Sebagai latihan cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai pembantu pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.

BAB VI
BLOCKING

Yang dimaksud dengan blocking adalah kedudukan tubuh pada saat diatas pentas. Dalam permainan drama, blocking yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking. Yang dimaksud dengan blocking yang baik adalah blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.
Seimbang
Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan disampaikan pada bagian mengenai “Komposisi Pentas “.
Utuh
Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi.
Bervariasi
Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh naskah.
Memiliki titik pusat
Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat dimana sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain juga jangan saling mengacau sehingga akan mengaburkan dimana sebenarnya letak titik perhatian.
Wajar
Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus beralasan.
Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya.

KOMPOSISI PENTAS
Komposis pentas adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang tertentu. Komposisi pentas ini dibuat untuk membantu blocking, dimana setiap bagian pentas mempunyai arti tersendiri.

PENONTON
Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan nomornya. Bagian depan lebih kuat daripada bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat daripada bagian kiri. Oleh karena itu jangan menempatkan diri atau benda yang kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat. Carilah tempat-tempat yang sesuai agar blocking kelihatan seimbang. Walaupun demikian harus tetap dalam batas-batas yang wajar, jangan terlalu dibuat-buat.

BAB VII
NASKAH

Setelah kita mengenal berbagai macam dasar yang diperlukan untuk bermain drama, akhirnya sampailah kita pada naskah. Naskah disini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah naskah walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi, kondisi, serta tempat dimana dimainkan naskah tersebut. Sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, pemain / lakon dan plot atau rangka cerita.
Tema
Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan tujuan cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan lakon-lakonnya.
Lakon
Dalam cerita drama lakon merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita.oleh karena itu seorang lakon haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik. Disamping itu dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang lakon. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu :
Dimensi fisiologi ; ciri-ciri badani
usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-ciri muka,dll.
Dimensi sosiologi ; latar belakang kemasyarakatan
status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dan lain sebagainya.
Dimensi psikologis ; latar belakang kejiwaan
temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dan lain sebagainya.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka lakon yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati.
Plot
Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot adalah suatu keseluruhan peristiwa didalam naskah. Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita.
Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para lakon harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.
Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
Klimaks dan krisis
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan, dimana didalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.

Sumber : UKM Teater Mimpi Institut Sains Terapan dan Teknologi Surabaya (iSTTS)
: UKM Teater SiAnak
: Forum Teater se-Purwokerto
NB : Kritik atau saran, silahkan kirimkan ke onnoy.arie@yahoo.co.id
Share:

Kamis, 24 September 2009

Jangan di baca


Ini perintah, jangan di baca
Tapi di kaji, laksanakan
Di jalankan
Di realisasikan, jangan di bicarakan
Jangan terlalu banyak bertanya
Apalagi sampai menghujat
Membunuh karakter
Jangan lakukan itu
Sajak ini sajak pesan
Pesan yang menyampaikan perintah
Tolong,
Jangan di baca
Tapi di kaji, di refleksikan
Gunakan akalmu sebelum kau gunakan hatimu


-Tino-
Share:

Selasa, 01 September 2009

Pendidikan

PENDIDIKAN HUMANIS; Masih adakah?
Oleh : Achmad Saptono (Panggil ; Tino)


Sebuah proses pembelajaran sepanjang hayat, kapan pun dan dimana pun setiap individu pasti akan selalu menemukan proses pembelajaran yang kemudian kita kenal dengan istilah pendidikan. Makna tersebut diperkuat oleh pendapat ivan ilich bahwa pendidikan itu terbagi menjadi 3 (tiga) antara lain : Pendidikan Formal, Pendidikan Non-Formal dan Pendidikan Informal. Ketiga konsep pendidikan tersebut menegaskan bahwa pendidikan itu tidak terikat oleh ruang-ruang formal (akademis) saja, akan tetapi pendidikan juga ada pada ruang-ruang non-formal seperti kelompok diskusi, komunitas, organisasi. Bahkan di dalam ruang Informal (keluarga) pun banyak terdapat nilai-nilai pembelajaran, keluarga juga menjadi sebuah lembaga pendidikan yang paling berperan bagi perkembangan sang anak, dalam hal ini peserta didik.
Di dalam filsafat pendidikan Paulo Freire dijelaskan bahwa : pendidikan dapat dikatakan ideal ketika mampu mencapai konsep pendidikan yang humanis. Pendidikan humanis yang dimaksud oleh Freire adalah pendidikan yang mampu memanusiakan manusia, dimana pendidikan itu mampu membebaskan manusia dari segala macam keterbelakangan mental serta segala macam keterkungkungan. Secara umum dapat ditarik satu garis lurus bahwa pendidikan disini dimaknai harus bisa membebaskan. Pendidikan seharusnya bisa mencapai arah yang pedagogis, artinya proses pendidikan berjalan secara dua arah antara pendidik dan peserta didik. Jadi, tidak ada lagi proses pendidikan yang menggunakan metode "Gaya Bank".
Pendidikan humanis, yang selanjutnya disebut dengan pendidikan membebaskan diharapkan akan mampu menumbuhkan kesadaran individu sampai ke arah kesadaran kritis. Kesadaran kritis disini saya maknai sebuah kesadaran yang benar-benar muncul berdasarkan usaha sadar individu, yang kemudian mampu menemukan tawaran solusi penyelesaian masalahanya.
Saya akan mengajak anda untuk membuka serta mempelajari kembali makna yang tersirat pada UUD 45 pasal 31 tentang Pendidikan sebagai hak bagi setiap warga Negara. Diawali dengan satu pertanyaan : Apakah benar pendidikan di Negara kita sudah menjadi Hak bagi setiap warga Negara? Logikanya, kalau memang sudah menjadi hak seharusnya semua lapisan masyarakat berhak menuntut kepada pemerintah tentang pendidikan tersebut. Akan tetapi fakta berbicara terbalik, sistem pendidikan yang ada di Indonesia memaksa masyarakat miskin menjadi susah dalam hal akses. Untuk biaya masuk sekolah dasar saat ini mencapai jutaan rupiah, lalu apa signifikasi adanya program pemerintah tentang wajib belajar 9 tahun? Ditambah lagi kurikulum yang ada pada pendidikan saat ini yang akhirnya memaksa peserta didik untuk membeli buku-buku pengajaran baru yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Kalau harga per buku tersebut terjangkau untuk semua kalangan masyarakat sih tidak ada masalah, akan tetapi kalau harga per buku itu sudah menyentuh langit… yakin kalau semua lapisan masyarakat mampu mengikuti kurikulum saat ini?
Orang miskin dilarang sekolah, saya sepakat dengan apa yang dikemukakan oleh Eko Prasetyo, dan saya pikir benar adanya pada konteks realitas yang ada di Negara yang katanya kaya akan sumber daya alamnya ini. Kembali ke pertanyaan dalam judul yang saya tuliskan di atas, PENDIDIKAN HUMANIS: Masih adakah? Jawabannya adalah tentu masih ada!!! Syaratnya kita masih mau untuk memperjuangkan kembali serta mewujudkan konsep pendidikan humanis tersebut.
Share:

Kamis, 13 Agustus 2009

atas nama kepentingan


apa jadinya dunia saat ini
jika tanpa moralitas serta etika
ketika kata tak lagi bermakna
banyak bahasa perumpamaan yang lalu mendunia
keyakinan tumpang tindih muncul ke permukaan
sudah tak ada lagi keyakinan yang menjadi satu pegangan
agama dijadikan sebuah kendaraan umum
demi kepentingan sesaat
mereka rela mengatasnamakan agama
eksploitasi agama dan juga kebudayaan kerap dilakukan
atas nama kepentingan dunia mereka menghapus Tuhan
atas nama kepentingan mereka menciptakan Tuhan yang lainnya



Purwokerto, 13 Agustus 2009
21.05 WIB
Share:

Sabtu, 08 Agustus 2009

Egokah aku

Egoisnya

Udara yang berbisik telingaku
Menyentuh punggung serta sluruh ragaku
Dinginnya malam menyelimuti fikiranku
Detik jarum jam menghantarkan hayalanku
Di atas kasur busa tanpa busana
Aku hanyut dalam negeri impian
Aku ditelanjangi oleh malam
Rasioku disetubuhi alam bawah sadar
Aku melayang melewati waktu
Kubayangkan kemewahan mendekatiku
Kurasakan sempurnanya kehidupan
Betapa egoisnya dunia yang aku ciptakan
Aku onani di tengah riuh keramaian
Sungguh hanya aku yang menikmati



Pwt,
06 Agustus 2009
Share:

Rabu, 05 Agustus 2009

Unek-unek

Belantara Masa Depan

Aku terkungkung dalam realitas
Tapi tak ingin terjebak dalam idealitas
Seperti itu mereka mengatakan
Enggan untuk menjadi minoritas sementara
Rasa ragu untuk melangkah
Menghalangi keinginannya untuk berlari
Kambing hitamkan zaman
Menyalahkan nasib bahkan takdir sekalipun
Semua itu batu pertama dari keterpurukan
Ayolaah...
Luaskan pandanganmu
Liarkan kreatifitasmu untuk maju
Lihatlah masa depan yang penuh warna
Jangan kau persempit belantara masa depan kita

01 agustus 2009
Share:

Minggu, 02 Agustus 2009

Situs Porno

Potret buram yg bukan cuma ada di negara-negara luar, akhir-khir ini di sekitar kita pun semakin bertambah banyak!

Bagaimana peran pemerintah dalam pemberantasannya?
Oleh : Achmad Saptono (Panggil ; Tino)

Berita pencabulan anak di bawah umur bagi saya sudah tidak menjadi hal yang baru lagi. Hal baru yang bagi saya menarik untuk dikaji adalah kenapa semua orang yang pertama kenal dengan media elektronik Internet, kesan pertama menurut mereka yang ada adalah bahwa fungsi utama internet itu hanya untuk mengakses situs-situs porno saja. Kurang lebih satu, dua sampai tiga minggu mereka mengobrak-abrik situs porno tersebut. Dan sebuah pertanyaan besarnya adalah kenapa situs-situs tersebut bisa beredar dengan luasnya. Ribuan situs porno itu sama sekali tidak menggunakan pengecualian atau batasan dalam mengakses, jadi wajar saja ketika sekarang banyak anak-anak SD yang sering mengaksesnya. Lalu apa signifikasi dari adanya Undang-undang Pornografi serta undang-undang media elektronik ”internet”? Atau mungkin ada kaitannya dengan sex education?
Memang globalisasi menjadi faktor fundamental yang sangat berpengaruh terhadap fenomena-fenomena di atas. Karena tanpa disadari globalisasi itu berdampak pada perubahan peranan keluarga dalam mendidik anak, dalam hal ini orang tua kurang bisa mengawasi serta memberikan kasih sayang untuk anaknya. Seandainya keluarga dapat berperan dengan baik sebagaimana fungsinya, niscaya tidak akan ada lagi atau minimal dapat mengurangi tindakan-tindakan pencabulan seperti di atas. Terlebih lagi, jika pemerintah benar-benar ingin memberantas situs-situs porno tersebut. Saya pikir hanya membutuhkan beberapa bulan untuk memberantas situs-situs tersebut. Langkah awal yang dilakukan oleh pemerintah adalah kerahkan lembaga-lembaga yang mengawasi peredaran situs, kemudian dilacak siapa dan dimana saja pengguna internet yang sengaja membuat blog, weblog, website atau sejenisnya yang berisi tentang pornografi. Kemudian berikan sanksi secara tidak langsung (tulisan) atau kalau perlu langsung dilacak dan ditindak tegas dengan didatangi satu persatu dimana lokasinya. Selesai kan? Toh lembaga yang menangani media elektronik itu sudah ada, kalau perlu kerahkan hacker-hacker handal indonesia untuk melacak pelaku-pelaku itu. Sekali lagi, itu juga kalau pemerintah memang benar-benar ingin memberantas peredaran situs-situs itu siyh...
Maaf... artikel ini mungkin di mata anda (para pembaca) tampak sok tahu atau terlalu menganggap mudah pemberantasan situs-situs porno, percaya ataupun tidak artikel ini bisanya ditulis karena atas kegelisahan kasus-kasus perkosaan, pencabulan anak di bawah umur dan lain sebagainya yang sering terjadi di sekitar kita, di negara indonesia yang katanya mayoritas muslim ini.
Share:

Kamis, 30 Juli 2009

Realitas Pendidikan

"BHP (badan hukum pendidikan) ; salah satu indikasi Komersialisasi Pendidikan"
Oleh : Achmad Saptono (Panggil; Tino)

”Dimurahin lagi… Dimurahin lagi… Cuci gudang… Cuci gudang… bagi yang kurang mampu, silahkan bisa diangsur!!”

Kalimat-kalimat itu yang selalu saya ingat ketika berbicara tentang kondisi pendidikan saat ini. Pelaksanaan sistem pendidikan nasional di Indonesia sudah seperti barang dagangan yang diobral. Mereka yang punya uang akan dengan mudahnya mendapatkan pendidikan, sebaliknya mereka yang tidak mampu akan dengan mudahnya teralienasi dari pendidikan. Mungkin saat ini kapitalisme sedang tertawa lebar, diatas kursi mewahnya melihat kondisi pendidikan Indonesia yang berhasil mereka kuasai.
Memang sudah tidak menjadi hal yang tabu lagi, bahwa kenyataannya pendidikan di Indonesia ini sangat mahal dan tidak sebanding dengan kualitas serta pelayanannya. Kurikulum yang berganti-ganti dalam jangka waktu yang menurut saya sangat cepat misalnya, dampaknya adalah pendidik dan peserta didik dipaksa untuk mengikuti kurikulum yang ada/baru serta meninggalkan kurikulum yang lama. Salah satu contoh : guru atau murid yang sedang membaca atau mempelajari salah satu buku kurikulum KBK (kurikulum berbasis kompetensi), belum selesai buku itu dipelajari kemudian harus berganti mempelajari buku kurikulum KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan). Hal ini yang kemudian menyebabkan ketidakadilan bagi mereka yang tidak mampu untuk membeli buku-buku baru, yang notabene harga buku sekarang sudah melebihi harga 1 kilogram beras di pasar. Pertanyaannya adalah, apakah mungkin semua peserta didik mampu membeli buku tersebut?
Belum selesai permasalahan kurikulum, ditambah lagi munculnya permasalahan kebijakan baru dari pemerintah yang mengganti status perguruan tinggi negeri menjadi BHP-BHMN (badan hukum pendidikan-badan hukum milik Negara). Berdasarkan UU Sisidiknas No 20 tahun 2003 tentang Badan Hukum Pendidikan, pasal 53 ayat 1 Badan Hukum Pendidikan adalah penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan. Berdasarkan UU No 9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan, Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 : Badan Hukum Pendidikan adalah badan hukum yang menyelenggarakan pendidikan formal. Dalam Bab II tentang Fungsi, Tujuan dan Prinsip Pasal 3 : Badan hukum pendidikan bertujuan memajukan pendidikan nasional dengan menerapkan manajemen berbasis sekolah/madrasah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dan otonomi perguruan tinggi pada jenjang pendidikan tinggi.
Adanya undang-undang BHP artinya saat ini pemerintah sudah tidak lagi bercampur tangan dalam hal pendanaan. Dengan dalih ingin memajukan pendidikan nasional dengan cara otonomi/desentralisasi pendidikan akhirnya lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia berlomba-lomba mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Dari mana lagi pendanaan pendidikan diperoleh kalau bukan dari peserta didik/masyarakat yang terlibat dalam institusi pendidikan tersebut. Makanya, tidak heran ketika banyak berita yang beredar bahwa : "harga sebuah kursi di sebuah perguruan tinggi negeri sampai mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah", dan jangan heran ketika untuk masuk sekolah menengah bahkan sekolah dasar saat ini membutuhkan dana ratusan ribu bahkan puluhan juta rupiah.
Di dalam UU BHP No 9 Tahun 2009 pasal 41 ayat 4 disebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menanggung paling sedikit sepertiga (1/3) dari biaya operasional pada BHPP dan BHPPD yang menyelenggarakan pendidikan menengah. Demikian pula halnya pada Pasal 41 ayat 7 yang menyebutkan bahwa Peserta didik yang ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan harus menanggung biaya tersebut sesuai dengan kemampuan peserta didik, orang tua, atau pihak yang bertanggung jawab membiayainya.
Perubahan status menjadi badan hukum pendidikan akhirnya benar-benar mengarahkan pendidikan pada komersialisasi pendidikan. Hal ini yang menurut Paulo Freire disebut dengan pendidikan yang tidak humanis, pendidikan yang tidak mampu memanusiakan manusia. Padahal terlaksananya pendidikan di suatu negara merupakan tanggung jawab dari pemerintah suatu negara (sebagaimana yang telah diamanahkan dalam UUD RI 1945). Dilihat dalam jangka panjang, bentuk Badan Hukum Pendidikan memungkinkan suatu institusi pendidikan untuk mengalami pembubaran yang disebabkan salah satunya karena pailit. Hal tersebut terdapat dalam Undang-undang BHP No 9 Tahun 2009 pasal 57. BHP menjadikan institusi pendidikan seperti sebuah perusahaan dimana ketika terjadi defisit anggaran, institusi tersebut dapat dinyatakan pailit dan bubar.
Demikianlah realitas pendidikan kita saat ini, adanya perubahan status Perguruan Tingi Negeri menjadi Badan Hukum Pendidikan merupakan salah satu indikasi terjadinya komersialisasi dalam lembaga pendidikan di indonesia. Proses jual-beli tidak lagi hanya terjadi di pasar atau supermarket akan tetapi di dalam dunia pendidikan pun saat ini sudah semakin akut dengan unsur-unsur kapitalisme. Saya kira wacana ini perlu untuk teman-teman mahasiswa baru 2009 ketahui, bahwa seperti itulah kenyataannya pendidikan kita.
Share:

Senin, 27 Juli 2009

Tak Ramah Lagi

Desaku tak ramah Lagi
bising deruh mesin pabrik menggunjing
udara yang kuhirup tak lagi bersih
desaku kini...

kemana anak desa main bersama?
kemana anak desa mandi di kali?
aku rindu desaku yang dulu ramah
aku rindu burung-burung bernyanyi
desaku kini...
tak ramah lagi

Aku merasa desaku hilang
desaku yang bersih dari polusi dan limbah
aku merindukan anak-anak berlari
bermain bersama sambil bernyanyi

25 juli 2009,
Pagi hari
Share:

Sabtu, 04 Juli 2009

NEOLIBERALISME, KAPITALISME DAN MASYARAKAT

(Pengaruh Neoliberalisme dan Kapitalisme Terhadap Pola Hidup Masyarakat (Konsumerisme) )

Oleh : Achmad Saptono


Latar Belakang

Kapitalisme tumbuh dan berkembang semakin pesat dengan didorong oleh hukum-hukum progresif dalam dirinya yaitu kebuasan akumulasi modal yang menerjang semua Negara di belahan bumi ini. Pada tingkat lanjut, ketika di dalam negerinya sendiri sudah terlalu sesak untuk mengembangkan kapitalnya maka kapitalisme membutuhkan ruang dan tempat untuk produksi sekaligus distribusi segala kapital yang dihasilkan. Di sinilah sejarah imperialisme mulai tumbuh dan berkembang. Imperialisme merupakan perkembangan tingkat tertinggi dari wajah kapitalisme. Pada teori dan praktiknya, sejarah kolonialisme di Indonesia merupakan bagian dari wujud perkembangan imperialisme terutama dalam mengembangkan tanah-tanah koloni di Negara-negara berkembang. Istilah imperialisme yang sebenarnya sudah akrab di tahun kira-kira 1850-1860, yang dipakai untuk menjelaskan dan menerangkan penyebaran kapitalisme inggris dan kemudian Negara-negara Eropa lainnya ke seluruh dunia pada abad ke-19 .
Max Weber, dalam “The protestant Ethics and the Spirit of Capitalism”, mendukung gagasan, semangat, dan mentalitas kapitalisme yang bersumber dari ajaran agama. Manusia ditunjukkan sebagai homo economicus, yaitu konsep yang dari dulu hingga sekarang dalam hal penugasan kehidupan ekonomi adalah sesuai. Bahwa tujuan hidup adalah mendapatkan kemakmuran dan kekayaan yang digunakan untuk tugas melayani Tuhan. Weber mengambil ajaran Benyamin Franklin sebagai poros berkembangnya mentalitas kapitalis, yaitu sikap memperhatikan kehidupan dengan berlaku hati-hati, bijaksana, rajin, dan bersungguh-sungguh dalam mengelola bisnis. Segi utama dari kapitalisme modern adalah memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya dikombinasikan dengan menghindari secara ketat terhadap pemakaian untuk bermewah-mewah. Prinsip ini mengungkapkan suatu tipe perasaan yang erat hubungannya dengan pemikiran keagamaan. Selanjutnya Weber menunjukkan suatu masyarakat yang sudah diwarnai oleh sifat mental kapitalis akan nampak pada kehidupan yang diarahkan pada alat produksi pribadi, perusahaan-perusahaan bebas, penghematan uang, dan mekanisme persaingan dan rasionalisasi pengelolaan bisnis .
Sifat mental kapitalis masyarakat saat ini semakin diperjelas dengan kondisi masyarakat yang lebih mementingkan gaya hidup "Life Style", fashion serta pola hidup masyarakat yang mengarah kepada konsumerisme. Baudrillard, salah satu tokoh postmodern menjelaskan bahwa dalam sebuah dunia yahng dikontrol oleh kode, persoalan-persoalan konsumsi memiliki sesuatu yang berkenaan dengan kepuasan atas apa yang umumnya kita kenal sebagai "kebutuhan". Ide kebutuhan berasal dari pembagian subjek dan objek palsu; ide kebutuhan diciptakan untuk menghubungkan mereka. Berawal dari ide kebutuhan tersebut yang kemudian membawa masyarakat ke arah pola hidup konsumen. Bagi orang awam, dunia konsumsi tampak pada permukaan dan benar-benar sebuah kebebasan. Bagaimanapun, jika kita memiliki uang (atau mungkin lebih baik dari hari ini, kartu kredit), kita sepertinya bebas membeli apapun yang kita inginkan. Namun tidak dapat dipungkiri kita bebas mengkonsumsi hanya sebagian kecil objek tanda yang berbeda. Parahnya, dalam konsumsi kita merasa sangat unik, bahkan kenyataannya kita sangat menyerupai orang lain dalam kelompok sosial kita; anggota dari kelompok yang mengkonsumsi sesuatu yang persis sama . Dampak-dampak yang berpengaruh terhadap pola hidup masyarakat itulah yang kemudian menjadi permasalahan dalam penyusunan makalah ini. Kapitalisme yang berubah bentuk menjadi neoliberalisme yang akhirnya mengkonstruk budaya konsumerisme masyarakat pada umumnya.

Permasalahannya adalah…

Adanya faham Liberalis-Keyensian yang kini disebut dengan Kapitalisme dan Neoliberalisme di Indonesia menyebabkan adanya globalisasi besar-besaran. Masyarakat semakin mengalami ketergantungan, serta masyarakat hanya menjadi penikmat, pemakai yang dalam hal ini disebut dengan istilah pola hidup konsumerisme. Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang dimaksud dengan pola hidup konsumerisme pada masyarakat tersebut? Konsumerisme yang seperti apa?


Pembahasan

Neoliberalisme sebagai gagasan sudah dikenal sejak tahun 1930-an. Sebagai bagian dari perkembangan pemikiran ekonomi kapitalisme, konsep ini adalah kelanjutan dari konsep liberalisme. Sedangkan kapitalisme sendiri, lebih kita definisikan sebagai formasi sosial. Liberalisme klasik, neoliberalisme, Keynesian dan sebagainya adalah konsep tentang mekanisme dalam formasi tersebut, khususnya yang berkenaan dengan pokok-pokok kebijakan ekonomi.
A. Kapitalisme, Neoliberalisme dan Agenda yang diusung
Neoliberalisme dan kapitalisme tidak hanya Negara-negara eropa, akan tetapi juga sudah semakin mengakar di Negara Indonesia. Anthony Giddens menyatakan kalau modernitas disangga oleh kekuatan kapitalisme, negara bangsa, organisasi militer dan industrialisasi. Kapitalisme merujuk pada sejumlah prinsip struktural yang mendasari praktik akumulasi modal dalam konteks pasar produksi dan tenaga kerja yang kompetitif. Hal ini menunjukkan betapa kapitalisme sangat berorientasi kepada keuntungan yang sebesar-besarnya. Kapitalisme membawa dunia pada sistem perekonomian yang tunduk pada norma serta aturan pasar. Terobosan kapitalisme adalah membentuk sistem pasar yang hegemonik dimana kekuasaan privat juga memiliki kemampuan untuk mencipta pengaruh pada kawasan publik. Mengapa kekuatan kapitalisme bisa sejauh itu dampaknya?
Adam Smith adalah peletak dasar pemikiran kapitalisme yang menjelaskan bekerjanya mekanisme hukum pasar atas dasar dorongan kepentingan-kepentingan pribadi karena kompetisi dan kekuatan individualisme dalam menciptakan keteraturan ekonomi . Melaluinya, kapitalisme melakukan klasifikasi antara nilai guna dengan nilai tukar yang ada pada setiap komoditi. Ukuran riil dari nilai tukar komoditi, harus dilihat dari kondisi pertukaran, dimana 'ukuran riil' dari nilai komoditi adalah kuantitas dari kerja yang berada dalam barang-barang lain yang dapat dipertukarkan di pasar.
B. Kapitalisme, Neoliberalisme dan Dampaknya bagi Dunia
Bagi neoliberalisme, ideologi ‘kesejahteraan bersama’ dan ‘pemilikan komunal’ seperti yang dianut oleh kebanyakan masyarakat tradisional, dianggap sebagai rintangan untuk mencapai agenda utama neoliberal. Oleh sebab itu, mereka berusaha keras menghambat kedua faham itu dengan berbagai argumen dan promosinya. Akibatnya mereka memaksa untuk menyerahkan pengelolaan sumberdaya alam pada para pakar, bukan kepada kelompok-kelompok masyarakat adat tradisional setempat yang dianggap tidak mampu mengelola secara efisien dan efektif. Padahal justru masyarakat adatlah yang sudah berpengalaman dan memiliki kearifan lokal (local wisdom), serta mengenal secara turun temurun karakter sumber daya alam yang berkembang di sekitar wilayah ingkungannya.
Jadi suatu negara yang sudah menganut faham neoliberalisme dan mengikuti arus globalisasi ekonomi secara ringkas terlihat bila negara hanya mengembangkan pola-pola sebagai berikut (Jhamtani, 2005, yang mengutip IFS report 2002): (1) Pertumbuhan tinggi (hypergrowth) dan eksploitasi sumber daya alam serta lingkungan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, (2) Swastanisasi (privatisasi) pelayanan publik, (3) Penyeragaman (homogenisasi) budaya dan ekonomi global serta promosi konsumerisme, (4) Integrasi dan konversi ekonomi nasional, dari swasembada menjadi berlandasakan pada pasar, (5) Deregulasi korporat dan perpindahan modal lintas-batas negara tanpa penghalang atau pembatas, (6) Pemusatan korporasi menjadi segelintir perusahaan besar saja, (7) Penghapusan bantuan atau subsidi program pelayanan kesehatan dasar masyarakat, pelayanan sosial lainnya, dan pemeliharaan lingkungan hidup, karena dianggap sebagai biaya, (8) Penggusuran kekuasaan negara demokrasi dan masyarakat lokal oleh birokrasi korporasi global.
C. Pola Hidup Konsumerisme Masyarakat
Konsumerisme merupakan gerakan konsumen (consumer movement) yang mempertanyakan kembali dampak-dampak aktivitas pasar bagi konsumen (akhir). Dalam pengertian lebih luas, istilah konsumerisme, dapat diartikan sebagai gerakan yang memperjuangkan kedudukan yang seimbang antara konsumen, pelaku usaha dan negara dan gerakan tidak sekadar hanya melingkupi isu kehidupan sehari-hari mengenai produk harga naik atau kualitas buruk, termasuk hak asasi manusia berikut dampaknya bagi konsumer.
Dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia kontemporer (Peter Salim, 1996), arti konsumerisme (consumerism) adalah cara melindungi publik dengan memberitahukan kepada mereka tentang barang-barang yang berkualitas buruk, tidak aman dipakai dan sebagainya. Selain itu, arti kata ini adalah pemakaian barang dan jasa. Bila kita telesuri makna kata konsumtivisme maupun konsumerisme bukan sesuatu hal yang baru. Sebab pada dasarnya -isme yang satu ini ternyata sudah lama ada dan sejak awal telah mengakar kuat di dalam kemanusiaan kita (our humanity). Hal ini bisa kita lihat dari ekspresinya yang paling primitif hingga yang paling mutakhir di jaman modern ini. Dalam masyarakat komoditas atau konsumer terdapat suatu proses adopsi cara belajar menuju aktivitas konsumsi dan pengembangan suatu gaya hidup (Feathersone, 2005). Pembelajaran ini dilakukan melalui majalah, koran, buku, televisi, dan radio, yang banyak menekankan peningkatan diri, pengembangan diri, transformasi personal, bagaimana mengelola kepemilikan, hubungan dan ambisi, serta bagaimana membangun gaya hidup.
Dengan demikian, mereka yang bekerja di media, desain, mode, dan periklanan serta para ‘intelektual informasi’ yang pekerjaannya adalah memberikan pelayanan serta memproduksi, memasarkan dan menyebarkan barang-barang simbolik disebut oleh Bordieu (1984) sebagai ‘perantara budaya baru’. Dalam wacana kapitalisme, semua yang diproduksi oleh kapitalisme pada akhirnya akan didekonstruksi oleh produksi baru berikutnya, berdasarkan hukum “kemajuan” dan “kebaruan”. Dan karena dukungan media, realitas-realitas diproduksi mengikuti model-model yang ditawarkan oleh media (Piliang dalam Ibrahim, 1997, hal. 200).
Budaya konsumerisme terutama muncul setelah masa industrialisasi ketika barang-barang mulai diproduksi secara massal sehingga membutuhkan konsumen lebih luas. Media dalam hal ini menempati posisi strategis sekaligus menentukan; yaitu sebagai medium yang menjembatani produsen dengan masyarakat sebagai calon konsumen. Konsumerisme berkaitan dengan "kepemilikan yang sistematis dan tidak terbatas tanda objek konsumsi" (Baudrillard, dalam Poster, 1988: 25). Tanda objek dan kode etika ketika ia berperan, tidak "nyata". Dari sudut pandang ini, jika kita membeli sebuah Big Mac di McDonald, kita tidak (hanya, sebagian besar) membeli makanan saja, tetapi kita lebih memperoleh apa yang Big Mac tandakan mengenai kita (misalnya, kita adalah bagian dari orang yang sibuk, masyarakat aktif atau kita tidak diperbolehkan makan daging sapi yang tebal dan empuk).
D. Konsumerisme Mengkonstruk Masyarakat Instant dan ketergantungan
Dalam dunia konsumerisme, dunia yang diproduksi dan disebarluaskan setiap hari, setiap saat, adalah dunia keindahan, eksotika, kecantikan, roman, harmoni keluarga, dan lain-lain yang serba elok. Kita hidup di zaman di mana kenyataan sehari-hari telah mengalami "estetikasi" atau "proses pengindahan". Televisi, iklan, majalah-majalah wanita adalah agen-agen yang membuat hidup di sekeliling kita "indah" belaka. Gambaran perempuan cantik adalah tinggi, langsing, putih dan berambut lurus. Hal ini mendesak kesadaran kita, bahwa pada kenyataannya: lihatlah baik-baik wajah dan tubuh kita di cermin. Jangan-jangan kita akan berdecap: "Iya ya, rambut saya kayaknya perlu di-rebounding.” Dari model kecantikan dan ketampanan, keluarga, harmoni, kehidupan ekonomi, cara memperoleh uang banyak (serba mudah, seperti ditunjukan kuis-kuis televisi), penampilan, semua mengalami estetikasi.
Pada dunia konsumsi, itu semua melatarbelakangi bagaimana proses orang membeli atau mengonsumsi sesuatu dan kemudian bereksistensi. Kita membeli sesuatu bukan semata-mata karena urusan butuh, lalu mempertimbangkan secara rasional ukuran-ukuran ekonomi menyangkut harga dan nilai barang itu, gunanya, dan sebagainya. Sebaliknya, ada dimensi yang sifatnya lebih emosional dalam urusan membeli dan mengonsumsi sesuatu ini, karena di situ juga ada persoalan "identitas". Pada merek pakaian yang kita pakai itulah, kita seolah menemukan identitas diri, juga pada rumah, kosmetik, minyak wangi, mobil, mal atau plaza yang kita kunjungi bahkan juga pengalaman. Bunyi filsafat lama Descartes "aku berpikir maka aku ada" telah berganti menjadi "aku membeli, maka aku ada...."
Dalam hal menjalani pengalaman hidup manusia kontemporer, pengalaman nongkrong di Kafe pasti dianggap berbeda dibanding makan Jagung bakar di jalan H.R.Boenyamin. Piknik ke Mall atau Careffure jelas berbeda dengan piknik ke tempat wisata Baturaden Sekarang, Lebaran, Natal, dan Tahun Baru tidak lama lagi. Yang pertama-tama membunyikan beduk atau lonceng peringatan akan tibanya hari besar yang dinanti banyak orang itu adalah pusat-pusat perbelanjaan, mal, dan toko-toko. Segera pusat-pusat perdagangan memasang spanduk-spanduk dan banner bahwa lebaran, natal, tahun baru akan segera tiba. Mereka menawarkan berbagai produk, dan segera pula akan disertai perang diskon. Dalam hal ini -apa boleh buat- kita memang sudah terbiasa dengan keadaan bahwa semua hal termasuk Hari Besar itu mengalami proses komersialisasi. Lagu-lagu relijius yang Islam atau Kidung Natal yang datang duluan, bukanlah lagu yang menyentak nilai spiritual kita, melainkan jingle iklan para pedagang yang menyuruh kita untuk segera berbelanja. Banyaknya media yang berhasil dikuasai oleh Kapitalisme-Neoliberalisme di indonesia termasuk iklan dalam berbagai media masa menjerat seluruh lapisan masyarakat agar menjadi pengonsumsi produk-produk yang ditawarkannya. Dengan jargon lebih cepat, mudah, murah dan lain sebagainya mereka mempengaruhi kehidupan masyarakat. Tidak aneh, jika saat ini banyak masyarakat yang mulai menyukai produk-produk Kapitalisme-Neoliberalisme. Budaya ketergantungan masyarakat terhadap kapitalisme-neoliberalismne semakin diperjelas dengan fenomena masyarakat yang belanja di Supermarket. Berdasarkan observasi yang dilakukan, orang-orang yang berbelanja di Supermarket rata-rata tidak semuanya membeli barang-barang yang sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Misalnya : Saya pergi ke Supermarket, sebelumnya hanya ingin membeli air mineral; sesampainya di dalam supermarket saya tertarik dengan makanan atau cemilan yang tersedia, maka akhirnya saya membeli banyak makanan atau cemilan tersebut.
Penutup
Pandangan seorang pemikir tentang para tirani dapat dipakai untuk menggambarkan dosa kapitalisme neoliberalisme terhadap umat manusia saat ini. Dikatakannya bahwa "Kejahatan mereka yang terbesar bukanlah karena mereka telah menindas dan menyengsarakan hidup kami, melainkan karena mereka telah memperkenalkan dan mengajarkan cara-cara yang jahat." Adanya kapitalisme dan neoliberalisme telah mengakibatkan pengambilan hak-hak ekonomi banyak orang di seluruh dunia; Kapitalisme dan Neoliberalisme menghabiskan banyak sumber daya alam dan merusak lingkungan; Kapitalisme telah menyengsarakan hidup banyak manusia. Keberhasilan kapitalisme dan neoliberalisme terlihat pada mencitrakan pola konsumsi yang metropolis, gaya hidup global (budaya pop) yang cukup mengejutkan.
Pola hidup masyarakat yang lebih memilih untuk menjadi konsumen adalah salah satu bentuk keberhasilan dari Kapitalisme dan Neoliberalisme. Bukan hanya itu, saat ini banyak masyarakat yang lebih suka kepada budaya global yang notabene lebih mementingkan penampilan serta gaya hidup kebarat-baratan (Life-style).

Referensi :
Ritzer, George, 2003. TEORI SOSIAL POSTMODERN, Kreasi Wacana, Yogyakarta.
Rizky, Awalil, 2006. Agenda Neoliberalisme di Indonesia "Merumuskan Sikap dan Aksi HMI", PB-HMI, Jakarta.
Setiawan, Bonnie 2003. Globalisasi Pertanian, Penerbit Institut Global Justice (IGJ), Jakarta.
Share:
Counter Powered by  RedCounter

Pages

Popular Posts

About Me

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Seorang Presiden di negara Republik Tinosia

Followers