"Sekedar umpatan dan teriakkanku yang semuanya tersimpan dalam barisan kata"

Rabu, 23 Juni 2010

Naskah Monolog


“Monolog : Homo Homini Lupus”
Karya : Achmad Saptono

Manusia yang satu adalah serigala bagi manusia lainya. Manusia tidak bertindak sebagai manusia.. atau mungkin kita saat ini yang tidak dapat bertindak seperti manusia sesungguhnya, atau mungkin pertanyaan utamanya adalah : Apa sih manusia itu? Banyak film yang menceritakan tentang kekerasan, pelecehan seksual, pembunuhan, perampokan, pembalakan hutan, permainan politik. Hhugh…

Dari dulu sejak jaman adam dan hawa pertama kali ada di bumi, pembunuhan anak adam dan hawa, doktrin gereja, perang dunia, sampai pelajaran sejarah dan juga terorisme termasuk sampai muncul terorisme kelamin. Kekerasan bahkan sampai penghilangan nyawa yang tidak manusiawi, dari yang dulunya factum jadi fakta… jadi kenyataan yang sering aku temui sehari-hari. Berita-berita di televisi setiap hari menyajikan tentang : potong, iris, cincang, mutilasi, bom , bakar, penggal, pemerkosaan, sodomi, serta tindakan-tindakan keji lainnya. Entah kapan tindakan keji itu berhenti dilakukan oleh manusia! Mungkin setelah manusia sudah bereinkarnasi menjadi mahluk sosial. Ahaa… mahluk sosial? Sebuah cita-cita masyarakat yang luar biasa!

Aku yakin Tuhan punya plot dalam cerita ini, Tuhan punya ending dalam naskah ini. Tapi aku juga kadang masih ragu apakah benar Tuhan akan mengirimkan Dajal ke bumi?

Astagaa…. Aku sama sekali sedang tidak menggunjingmu ya Tuhan! Aku hanya sedang mengenang manusia-manusia yang pernah aku dengar kabarnya sejak aku waktu masih pecinta pil BK, inex, putaw, sabu-sabu dan sejenisnya.


Ya! Memang benar, Ini karena masalah iman. Masalah Tuhan. Masalah Kebenaran.. kebenaran siapa? Kebenaran yang ditafsirkan oleh manusia itu sendiri.. Manusia merasa dirinya paling benar kah? Tapi pertanyaannya harus balik ke : apa sih itu benar salah? Baik buruk? Indah tidak indah? Wahyu? Sampai saat ini aku tidak habis pikir. Aku tidak dapat berpikir untuk mendeskripsikan hubungan kausalitas ini. Agh….
Intinya.. Kenapa merasa benar, kenapa merasa paling pintar, merasa paling berkuasa, dan akhirnya main potong, main claim yang lain itu salah! Jika salah maka bukan manusia. Jika bukan manusia, berarti manusia adalah? Mmmmm…..

Sssstt…… begini sebenarnya, jika dicari hubungan lainnya maka mungkin akan terhubung. Manusia saling bantai bagai anjing yang hendak dimasak?Sedang di sisi lain manusia merupakan mahkluk istimewa katanya.
Agama yang menjadi dasar manusia, yang seharusnya mampu menjawab permasalahan- permasalahan sebelum dan sesudah hidupnya manusia.

Justru mungkin lebih tepatnya agama dijadikan masalah oleh orang-orang yang hidup saat ini. Aneh bukan?Agama jadi berbeda. Lhoh kok bisa berbeda?
Iya, karena dapat di lihat dari sejarahnya. Lalu dari berbeda ini kemudian menjadi konflik. Agh… Kenapa bisa konflik? Pemahaman dan sikap interent itu sejatinya untuk membina relasi dengan Tuhan, dan merupakan sesuatu yang personal dan sangat-sangat pribadi.

Jadi ingat, ketika pemahaman keimanan dari seseorang yang sampai ia berkesimpulan bahwa “Tuhanku aku cinta padamu”. Nah, itulah pemahamanya yang seharusnya sama-sama kita hormati. Biarkan setiap orang memahami agamanya masing-masing.

Semua manusia maunya masuk surga?

Tapi merasa surga tempat untuk orang yang benar saja. Berarti kalau begitu, agar bisa masuk surga orang yang benar itu harus “mengalahkan” saingannya yang tidak benar. Ahahahahaa……… benar dan tidak benar? Wow… benar, kalian mau masuk surga? Surga yang mana? Apakah surga Cuma ada satu?
lalu surga yang kalian maksud itu surga yang pernah dijanjikan oleh siapa?

Siapa yang pantas untuk masuk surga? Manusia ataukah srigala? Penjahat kerah putih atau para ulama? Perampok, pemerkosa, pembunuh atau para santri? Presiden atau wakil presiden? Para mentri? Hakim? Jaksa? Gubernur? Bupati? Rektor? Dekan? Dosen? Mahasiswa? Pak Camat yang terhormat? Pak RW? Pak RT? Siapa sebenarnya yang pantas masuk surga?Apakah anda yang mungkin pantas masuk surga?
Apakah anda sudah pernah mendengar berita tentang korupsi yang dilakukan oleh pejabat tinggi kita? Money politic dalam pemilu?Atau mungkin pelecehan seksual yang terjadi beberapa waktu yang lalu?
Yaah!! Benar sekali, memang bukan hanya pejabat yang terlibat skandal pelecehan seksual. Artispun demikian. Pejabat berpolitik, artispun berpolitik. Tidak ada kata cukup bagi manusia saat ini, selalu bilang kekurangan. Hasrat ingin menguasai tidak sebanding dengan hasrat ingin mensejahterakan masyarakat, nafsu rakus menjadi identitas manusia pada jaman sekarang.

“Gaji bulanan, itu Cuma seberapa,” katanya. Akhirnya banyak pejabat yang mencari jalan lain untuk mendapatkan fuluuuss… ahahahahaa………. Pejabat tidak ada di tempat saat ditemui oleh masyarakat, karna mungkin sedang sibuk mencari fulus di tempat lain. Dosen tidak ada di tempat saat ditemui oleh mahasiswa karena mungkin…… Upss…. Maaf aku sok tahu!

Mungkin aku termasuk orang yang diuntungkan karena belum pernah menyandang predikat mahasiswa. Ckckckck….. (tertawa geli). Kemarin aku pernah baca berita di Koran bekas bungkus kacang rebus yang aku makan, katanya akhir-akhir ini banyak mahasiswa yang menjadi ayam kampus, banyak juga mahasiswa yang melakukan hubungan begituan di warnet. Ckckck…. Dulu mahasiswa terkenal di berita karena Narkoba, sekarang mahasiswa terkenal karena Narik kolor mba-mba! Ahahahaa…… aku jadi ingat nara pidana teman satu kamar waktu di dalam tahanan yang ditahan karena mengkonsumsi minuman keras. Dia bilang, “aku minum minuman keras karena aku butuh”.

Benar sekali memang! Manusia punya banyak kebutuhan. Tidak hanya kebutuhan sandang, pangan dan papan saja, manusia juga membutuhkan seks yang menyangkut kepuasan tersendiri, dan banyak kebutuhan lainnya yang menyangkut ego masing-masing manusia. Hanya demi mendapatkan kursi kekuasaan, orang mampu melupakan keluarga, teman sejawat apalagi tentang dosa. Demi mendapatkan uang, orang mau memperalat rekan kerjanya atau bawahannya. Demi mendapatkan kebutuhan seksual, orang mau menipu bahkan sampi membunuh.

Lalu apa hak dari manusia yang mengambil nyawa manusia lainya?
Apa hak dari manusia yang merampas hak manusia lainnnya?
Manusia sudah melupakan kodratnya yang dilahirkan sebagai manusia. Manusia memperkosa ibu kandungnya, memperkosa adiknya, saudaranya. Manusia membunuh kerabatnya, menipu masyarakat. Manusia merusak alamnya. Naluri manusia sudah berubah menjadi naluri binatang. Manusia sudah berubah menjadi homo homini lupus!

-selesai-
Share:

Jumat, 11 Juni 2010

Obrolan Ringan Bareng Penjual Koran

Seputar Kemiskinan, teknologi Informasi, pendidikan, dan tentunya tentang Indonesia

(Rokoknya rokok.... Aqua...Aqua...myzone’nya myzone... nasi rames empat ribu pake ayam, pop mie anget, kopi... mas kopi...)
(Begitu kira-kira para pedagang asongan di kereta ekonomi menuju kota mendoan “Purwokerto”).

Selasa tepat jam 05 lebih 20 menit sore hari di sebuah kereta ekonomi yang penuh sesak oleh pedagang asongan, bau keringat penumpang yang berdesakan bercampur jejak kaki yang kotor oleh beceknya tanah mengelilingi aku yang sedang berdiri di dekat pintu samping gerbong makan. Berdiri di dekat pintu bukan pilihanku memang, tapi karena memang kereta ekonomi yang selalu padat penumpang sehingga aku tak kebagian tempat duduk. Walaupun aku sudah bayar sesuai tarif yang ditentukan, tetapi kembali aku pikir ga masalahlah yang penting aku bisa lebih cepat sampai ke tujuan daripada harus naik bis yang dua kali lipat jauh lebih lama. Saat kakiku terasa lelah untuk berdiri, seketika akupun duduk – jongkok bersebelahan dengan bapak-bapak usia ± 40 tahun.

Bapak-bapak yang duduk bersebelahan denganku di pinggir jalan itu rupa-rupanya penjual koran yang keliling di kereta api sejak 30 tahun silam. Tanpa aku melontarkan pertanyaan, penjual koran itu bercerita banyak tentang semakin susahnya menjual koran di tengah pesatnya teknologi informasi. Menurutnya, saat ia sedang keliling di dalam kereta api menawarkan koran seringkali mendapati penumpang yang sedang mengakses berita melalui telepon genggam. Padahal dulu masih banyak penumpang kereta api yang membeli koran untuk mengakses informasi saat di tengah perjalanan, tambahnya. Dampak sosial yang terjadi pada bapak penjual koran tersebut adalah akhir-akhir ini koran yang ia jual sering tidak terjual sampai habis. Entah tamatan apa atau bahkan pernah membaca buku apa bapak penjual koran itu, yang jelas ia juga sempat melontarkan “Indonesia sampai sekarang masih dijajah sama Jepang mas, bedanya sekarang Indonesia dijajah secara tidak langsung, dari Handphone, komputer, sampai kendaraan bermotor atau mobil yang hampir tiap tahun di produksi. Di kota Tegal sudah banyak orang pintar yang mampu membuat atau merakit kendaraan bermotor dan juga mobil, lihat saja PT Niaga, akan tetapi WAO tidak memberikan ijin produksi ke Pemda Tegal, sehingga kembali Indonesia akhirnya tidak bisa memproduksi seperti Jepang ”.

Di tengah pembicaraan, aku berdiri menghilangkan rasa kesemutan di bagian kaki, dan aku melihat dari kejauhan ada seorang waria yang mengamen di gerbong makan. Dalam hati aku berfikir, “ternyata kereta juga mungkin bisa dikatakan sebagai pusat peradaban”. Aku tidak menuruti apa yang aku fikirkan tadi, tetapi aku memilih untuk kembali duduk dan berbincang kembali dengan bapak-bapak penjual koran.
Kali ini giliran aku yang memulai dengan pertanyaan singkat kepada bapak penjual koran yang dari pagi sampai malam itu, “Pak, njenengan sih pulang ke rumahnya sekitar jam berapa?”. Saat aku menanyakan ini, jujur aku kepingin tahu bagaimana bapak itu membagi waktu untuk keluarganya. Tanpa basa-basi ia menjawab, “kadang aku pulang ke rumah ya jam 08 kadang jam 10 malam – tergantung aku jual koran ke daerah kutoarjo, kebumen atau ke daerah Jatibarang, Cirebon dan sekitarnya. Karna tergantung sama kereta yang aku naiki, kan jamnya beda-beda mas”.

Obrolanku dengan bapak penjual koran tersebut sesaat terhenti karena di sebelah kirinya berdiri seorang anak laki-laki umur belasan tahun. Ternyata tidak lain anak laki-laki itu adalah penjual koran bekas yang tidak bisa melanjutkan sekolahnya ke SMP, karena keluarganya yang tidak punya biaya. Anak laki-laki asal Ciledug itu sebut saja Ujang. Lalu bapak penjual koran itu menegur Ujang, “Jang, kamu udah makan?”. Belum, “jawab Ujang”. Seolah sudah terjadi kontak batin, bapak penjual koran itu mengeluarkan selembar uang ribuan, “nih Jang aku tambahin buat beli makan”. Tanpa pikir panjang – mungkin saking laparnya, si Ujang pun menerima uang tersebut dan dibelikannya nasi rames. Ujang langsung melahap rames+mendoan sambil duduk di sebelah bapak penjual koran.

Sambil menunjuk jari ke Ujang bapak penjual koran itu bercerita bahwa ia merasa ironis dengan keadaan di kota besar Jakarta yang sering terjadi pemaksaan anak-anak seumuran Ujang untuk gabung di komplotan “Kapak Merah”. Makanya tak heran jika selama ini bapak penjual koran tersebut selalu peduli kepada anak-anak jalanan yang ia temui di kereta api. Bahkan sampai-sampai ada anak jalanan yang dulu waktu kecil – sekitar 20 tahun yang lalu pernah di kasih makan olehnya kemudian di dalam kereta mereka bertemu kembali, bapak penjual koran diberi amplop berisi uang 50ribu oleh anak jalanan yang dulu pernah dikasih makan oleh bapak-bapak penjual koran tersebut.

Obrolan ringan di dalam kereta ini mungkin berbicara sebagian kecil dari realitas kemiskinan yang terjadi di Negara kita. Masih banyak pedagang asongan lainnya yang saya kira punya banyak pengalaman hidup yang pahit, atau bahkan karena terjepit susahnya mencari nafkah akhirnya mereka mencari nafkah dengan terjun ke tindakan yang melanggar hukum.
Mari melihat realitas dan mari berbagi cerita!


*Ctt : Obrolan dengan penjual koran versi aslinya menggunakan bahasa ngapak banyumasan, sengaja di rubah ke bahasa indonesia agar mempermudah pembaca dalam mengartikannya. Trimakasih...
Share:

Selasa, 01 Juni 2010

untuk hal yang aku cari


Antara Raflesia dan Rosa hybrida

Kusingkap telapak tanganku
kubalik tubuhku
kurebahkan fikirku
kutenggadahkan hayalku
kugaruk kepalaku...
kuremas jari-jariku
kusanggah daguku
kusentuh dahiku
kuatur nafasku
kubuka lebar mulutku
kukencangkan kerutku
kuturunkan wajahku
kutarik lengan bajuku
kuikat rambutku
kupandangi atap kamarku
kuraba dinding ranjangku
kutegangkan urat nadiku
kukepalkan tanganku

dan...
saat jantung berdegup kencang
sesekali kupejamkan mataku
kubenahi hayalku
lalu kembali kurebahkan tubuhku
kulipat kedua tanganku di dada

akupun terlelap
aku hanyut dalam mimpiku

di dalam mimpiku
kudapati serangkai Rosa hybrida segar
parasnya nan elok
wanginya yang menebar
warnanya yang merayu
menuntun langkahku untuk memetiknya
sambil tergesa dan mengusap keringat di dahi
perlahan aku menghampirinya
kugenggam lengannya
Rafflesia arnoldii ternyata yang kusentuh benang sarinya...
ternyata Rosa hybrida itu si parasit Rafflesia arnoldii...
Seketika akupun tercengang
dahiku semakin mengernyit

dan...

Serentak kubuka mataku
astagaa....
aku baru saja terjerembab dalam mimpi

Rosa hybrida...
Rafflesia arnoldii...

Kau menyisakan Kernyit di dahiku!!!
Share:
Counter Powered by  RedCounter

Pages

Popular Posts

About Me

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Seorang Presiden di negara Republik Tinosia

Followers