"Sekedar umpatan dan teriakkanku yang semuanya tersimpan dalam barisan kata"

Rabu, 15 Februari 2012

Sinopsis Gagemoni


Semacam sinopsis!
 GAGEMONI
Karya : Achmad Saptono

Pemain: Bupati, Ajudan Bupati, Polisi, Seniman I, II, Mahasiswa/Demonstran, Wartawan, Pak RT, Warga I, II, Pengamen I, II, Pengemis.

GAGEMONI, berasal dari dua suku kata yang berasal dari bahasa jawa, yaitu GAGE dan MONI. GAGE dalam bahasa Indonesia berarti “Segera”, dan MONI atau MUNI dalam bahasa Indonesia berarti “Bunyi” atau “Bersuara”. Segera bersuara! Itulah pengertian yang dihasilkan dari paduan kata GAGE dan MONI.
GAGEMONI, sekilas tampak mirip dengan kata HEGEMONI. Benar sekali! Saat terjadi Hegemoni yang menyebabkan diskriminasi sosial, seharusnya saat itu juga masyarakat GAGEMONI, atau segera bersuara! Jangan hanya diam. Bagaimana mungkin Bupati bisa tahu bahwa sedang terjadi diskriminasi sosial di perkampungan kita kalau kita hanya duduk manis di rumah? Bagaimana mungkin wartawan mau mendapatkan berita kalau kita tidak membuat berita?
Polisi, bukan hanya perut buncitnya yang masih kontroversial, tetapi peluru-peluru yang ia lepaskan kini seringkali menjadi bahan perbincangan bagi semua masyarakat, tidak terkecuali Ketua RT dan Petani yang kebetulan sedang Ronda keliling ladang - sawah.
Lagi-lagi mahasiswa, yang harus menjadi command enemy bagi aparat kepolisian. Mahasiswa berteriak menuntut keadilan di jalanan, di gedung DPR dan sebagainya. Namun masyarakat justru memandang sebelah mata aksi itu, masyarakat sudah pesimis cara itu dapat membuat perubahan atau tidak.
Sementara, saat seniman hendak berbicara tentang ketidakadilan dalam hal sengketa lahan pertanian, justru seniman disibukan dengan pembangunan gedung kesenian yang tersendat. Mereka ingin mengkritik pemerintah melalui sebuah pementasan, namun tidak ada media, tidak ada gedung pertunjukkan. 
Petani hanyalah petani, yang selalu dianggap sebagai rakyat kecil, yang tidak mempunyai power lebih. Sama sekali tidak bisa mengintervensi kebijakan pemerintah. Begitupun juga dengan ketua RT yang sudah mendekati usia senja.
Pengemis yang justru lebih mengerti tentang realitas kemiskinan, lebih paham keadaan. Tetapi ia-pun tidak tahu dengan cara apa, agar suaranya dapat dihargai dan didengar oleh pemerintah. Begitu-pun juga para pengamen yang menciptakan lagu dan membawakan lagu-lagu kritik terhadap pemerintah, pada saat mengamen. Kritik-kritik mereka hanya berhenti pada koin recehan dan senyuman.
Kira-kira siapa yang suaranya mampu didengar? Suara siapa yang mampu membuat perubahan???

~Cirebon,  Januari 2012~
Share:
Counter Powered by  RedCounter

Pages

Popular Posts

About Me

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Seorang Presiden di negara Republik Tinosia

Followers