"Sekedar umpatan dan teriakkanku yang semuanya tersimpan dalam barisan kata"

Sabtu, 16 Juni 2012

Rindu Alam ; Alami


Alamku tak Perawan lagi
Oleh Achmad Saptono

“Mengapa harus tunggu bencana, baru kita percaya kebesaran Tuhan ... Mengapa harus tunggu bencana, baru kita bersahabat dengan alam..., (SLANK – SOLIDARITAS)”


Hijau adalah warna dedaunan, warna pepohonan, warna alam, begitu kata guru TK’ku dulu. Biru warna laut, warna gunung, dan warna langit. Putih jernih warna air sungai yang terus mengalir. Namun setelah belasan tahun kemudian, ternyata aku pikir pelajaran TK itu sudah kadaluarsa. Alangkah lebih baiknya jika pelajaran IPA, IPS atau Pelajaran Bahasa Indonesia yang menyinggung perihal warna-warna seisi alam ini di modifikasi, direvisi, di Up Grade, disesuaikan dengan kenyataan yang ada hari ini.
Putih lusuh warna dedaunan, putih tandus warna pegunungan, cokelat keruh warna laut serta sungai di sekitarku, hitam kecoklatan warna langitku.
Share:

Minggu, 03 Juni 2012

Sajak : Surat Cinta untuk Nona


Surat Cinta untuk Nona

Aku tulis surat cinta ini
Saat aku sedang tak sadarkan diri
Saat aku telah benar-benar mabuk karena rindu
Saat senja tiba dan aku masih menanti suaramu, Nona
Aku tulis setangkai sajak ini
Saat dimana bibir terpaku mengenang bibirmu
Saat terbelalah mata menatap binar matamu
Saat gelap marah besar karna cerahmu, Nona
Aku bingkai rasaku dalam sajak ini
Saat sajak ini tak mampu membendung rasaku
Saat  rima tak mampu mengurai semua rinduku
Saat ritme nada tak kuasa melelapkanku, Nona

Aku tulis surat cinta ini, untukmu... Nona!

“Meja Kerja, Cirebon, 03 Juni 2012”
Share:

Sabtu, 02 Juni 2012

SEBELAH MATA


PELACUR INTELEKTUAL
Oleh Achmad Saptono

“Sebelah mataku yang mempelajari, Gelombang kan mengisi seluruh ruang tubuhku, Terbentuk dari sel akut, Dan diabetes adalah sebuah proses yang alami, Tapi sebelah mataku yang lain menyadari, Gelap adalah teman setia, Dari waktu waktu yang hilang (Efek Rumah Kaca – Sebelah mata)”

Rela melacur ke kota seberang bahkan ke negri tetangga, demi kepuasan mendapatkan predikat gelar, demi kepuasan untuk mendapatkan nutrisi otak kiri. Mereka pelacur intelektual, yang rela mengandalkan gaya hidup berburu dan merayu untuk bertahan hidup di habitatnya. Berburu dan merayu demi mendapatkan huruf A, berburu dan merayu demi mendapatkan “sensasi” serta “eksistensi”. Adalah lumrah, adalah wajar, semua mengakui dan mengamininya, karena manusia adalah mahluk pencari sensasi, kata seorang filsuf.
Share:
Counter Powered by  RedCounter

Pages

Popular Posts

About Me

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Seorang Presiden di negara Republik Tinosia

Followers