Penyakit tak Disadari?
Indonesia tanah airku, tanah beli, air juga
beli… (Harry Roesli)
Barangkali salah
satu ciri dari Negara yang subur adalah semakin tumbuh subur dan menjamurnya
para pelaku korupsi, kolusi dan juga nepotisme (KKN). Parahnya, mereka pelaku
KKN tetap dibiarkan hidup dan berkembang terus - dari waktu ke waktu. Adanya
relasi, koneksi dan entah apa lagi istilahnya – menjadi syarat mutlak bagi
manusia-manusia yang ingin bertahan hidup di era koruptorisasi ini. Huh!
Bukan
pembangunan di segala bidang, tetapi justru korupsi di segala bidang yang
terjadi di Negara Indonesia Raya tercinta nan cantik jelita ini. Tantangannya
adalah rasa bosan ketika membahas isu korupsi, sepertinya begitu, karena saking
banyaknya koruptor di negeri ini. Begini saja, mari kita bicarakan tentang nepotisme
dan gratifikasi saja, yang agaknya (mungkin) masih jarang dibicarakan. Hheuheu…
Nepotisme
; Penyakit Sistemik
Siapa yang
mendapatkan kesejahteraan dari adanya nepotisme? Tentu saja seluruh anggota
keluarga pelaku nepotis-nya. Dahulu, keluarga Almarhum Presiden Soeharto
misalnya. Kalau saya diperkenankan untuk mencari kambing hitam dari maraknya
nepotisme di negeri ini, sepertinya keluarga cendana-lah yang pantas untuk
dikambing hitamkan. Karena telah berhasil mengajarkan trik-trik
mengimplementasikan perilaku nepotis di negeri ini, hingga sekarang. Atau
barangkali ada orang lain yang pantas untuk dikambing hitamkan – selain
almarhum Soeharto?
Hidup di jaman
sekarang harus sok kenal-sok dekat- sok
akrab, memang!. Supaya semua urusan mudah. Saat anda ditilang sama
Polantas, bilang saja anda saudaranya pejabat X – misalnya, pasti urusan tilang
lancar. Saat anda memasukkan lamaran kerja, bilang saja anda keponakannya Pak
Rektor atau Pak Dekan X, niscaya peluang diterima kerjanya sekitar 80 - 90%. Di
bidang atau lembaga lainnya pun demikian. Jadi jangan heran kalau anda tahu -
misalnya di perusahaan A ternyata antara manager dengan HRD kakak beradik, atau
misalnya di kampus B ternyata antara Dekan dan Kajur saudaraan, adiknya di
bagian staf akademik, dan anak-anaknya yang jadi mahasiswanya. Miris!
Gratifikasi
; Penyimpangan tak Disadari
Ada kemungkinan
masih terdengar asing dengan istilah Gratifikasi. Dalam Peraturan Mendikbud
No.51 Tahun 2003 Tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Pasal 1 ayat 2 tertulis : “Gratifikasi adalah pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi,
pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan
wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.” Kemudian di pasal 1
ayat 3 diperjelas dengan : “Gratifikasi
dalam kedinasan adalah hadiah/fasilitas resmi dari penyelenggara kegiatan yang
diberikan kepada wakil-wakil resmi suatu instansi dalam suatu kegiatan tertentu
sebagai penghargaan atas keikutsertaan atau kontribusinya dalam kegiatan
tersebut.”
…………………..
Jadi, kalo gak ngapa-ngapain terus kemudian
dikasih hadiah, jelas itu namanya Gratifikasi!. Gratifikasi itu mengarah ke
kolusi, kalau menjadi kebiasaan dan terjadi kesepakatan. Misalnya, saat ada
warga yang membuat surat-surat di kelurahaan. Warga tersebut memberikan hadiah
berupa sarung, misalnya – kemudian diterima oleh petugas kelurahaan, maka itu
Gratifikasi namanya. Dan jika warga berbisik, “lain kali kalau anggota keluarga saya mau mbikin surat-surat juga
tolong jangan dipersulit ya Pak/Bu…!”, nah yang ini sudah mengarah ke
kolusi.
Untuk konteks
lembaga pendidikan-pun sering terjadi. Jelas-jelas mengajar itu sudah kewajiban
pengajar, guru atau dosen. Jadi, sebagai siswa, mahasiswa atau orang tua dari
siswa – mahasiswa tidak usah memberikan hadiah kepada pengajar, guru atau dosen
tadi. Itu-pun Gratifikasi namanya. Apalagi memberikan hadiah dalam rangka
mengharapkan mendapat nilai pelajaran yang bagus. Satu lagi, tentang tugas pengganti
- biasanya. Karena absensi kurang, tugas belum mengumpulkan kemudian
siswa/mahasiswa meminta tugas pengganti yang lain, misalnya diganti dengan
dibelikan buku, makanan, buah-buahan, baju dan sebagainya. Kira-kira yang
seperti ini apa namanya??? Nyatanya seringkali manusia melakukan penyimpangan,
tanpa disadari yang saya sebut Gratifikasi tadi. Hheuheu… [A.S] J