"Sekedar umpatan dan teriakkanku yang semuanya tersimpan dalam barisan kata"

Selasa, 17 November 2009

Pelajar & Life Style

Warnetku warnet kita berdua
Oleh : Achmad Saptono (Panggil; Tino)
"Dunia serasa milik kita berdua, kata-kata indah ini mungkin yang ada dalam benak mereka yang sedang asyik berduaan dalam satu kamar berukuran ± 1,5 x 2 meter".


Selasa, 20 Oktober 2009 lalu sepulang dari aksi di depan gedung DPRD Banyumas menuntut realisasikan anggaran pendidikan 20 %, naikan UMK/gaji buruh, realisasikan biaya kesehatan gratis dan beberapa tuntutan lainnya aku ngobrol dengan kedua temanku. Salah satu temanku mengawali pembicaraan tentang adanya warnet (warung internet) mesum di sekitar jalan Kampus-Purwokerto. "Aku pernah memergoki pasangan siswa SMA yang sedang berbuat mesum di warnet itu", ucapnya. Waktu itu dengan nada becanda aku menyela "ga mungkin banget, emang bisa di tempat rame kaya gitu?". Temanku yang satu lagi pun senada dengan apa yang aku lontarkan. Akan tetapi lama-kelamaan temanku yang sudah pernah memergoki itu menambahkan "gini aja, sekarang aku ajak kamu ke sana buat observasi langsung, ntar kita sambil nge'Net sebentar & jangan kawatir, tar nge'Netnya aku yang bayarin". Setelah itu akhirnya aku pun mau ikut dengannya untuk observasi langsung dan "dengan catatan, hal ini andaikata benar terjadi nanti akan kita tindak lanjuti". Ucapku. Akhirnya aku dan kedua temanku mendatangi "warnet mesum" tersebut.

Kurang lebih 15 menit antre di ruang tunggu, dengan penuh rasa penasaran aku mengamati tiap bilik/ruang internet di sekitar tempat dudukku. Tiba-tiba, "ruang 12 kosong mas", operator/kasir memanggil. Aku bersama temanku yang pernah memergoki itu langsung saja menuju ruang 12, setelah berada dalam ruang itu aku bertanya pada temanku "Lhah terus gimana caranya kita bisa ngintip ruang sebelah?". Dengan berbisik temanku mengatakan "dibawah ada lubang yang ditutup tisu, kamu cabut aja tisunya!". Ternyata memang ada tiga buah lubang yang ditutup tisu dan hanya ada satu lubang yang tembus ke ruang sebelah. Aku mulai melihat ruang sebelah dari lubang kecil itu, ternyata ada seorang siswa SMA yang sedang asyik nge'Net, entah situs apa yang sedang ia buka. Tidak lama kemudian siswa SMA itu keluar dan digantikan oleh siswa SMA lagi namun berpasangan (cowok dan cewek).
Tidak sampai menghabiskan waktu 10 menit aku melihat si cowok langsung menggerayangi dan membuka baju seragam si cewek. Adegan selanjutnya ternyata tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Layaknya pasangan suami istri, mereka bersenggama dalam sebuah bilik warnet yang sempit, serasa warnet milik kita berdua.
Seks Bebas, Degradasi Moral, dan Pertarungan Peradaban
Sungguh ironis melihat kondisi generasi muda yang seperti itu. Pergaulan bebas, dan prilaku seks anak muda yang selama ini dikenal lebih kepada perilaku mahasiswa saat ini telah merambah pada kalangan pelajar. Entah bagaimana ceritanya perilaku itu menular pada generasi pelajar SMA di sebuah kota kecil bernama Purwokerto. Banyumas yang dulu dikenal sebagi wilayah ndeso, dan hampir tidak dikenal oleh orang-orang luar banyumas, tetapi kini pergaulan generasi mudanya tak berbeda dengan pergaulan anak muda metropolitan.
Sebuah arus dan pergeseran budaya mudah terjadi dalam gelombang globalisasi saat ini. Tak ada batas-batas lagi antar negara bangsa, apalagi hanya sekedar wilayah dalam satu negara. Begitupun dengan pergeseran nilai dan perdaban. Nilai-nilai tentang bangsa timur yang dikenal santun, tak lagi bisa diidentikan pada sebuah masyarakat.
Fenomena mengenai perilaku seks bebas dalam bilik warnet adalah salah satu imbas dari itu semua. Dunia seks bebas yang dulu hanya diidentikkan di kamar-kamar hotel, villa, losmen, diskotik, dan ikon-ikon dunia para orang berduit, kini sudah merambah pada ruang-ruang bebas atau tempat umum yang bisa diakses oleh siapa saja. Dulu, pembicaraan tentang seks merupakan hal yang tabu. Kini dengan derasnya arus informasi yang membanjiri otak generasi muda, telah membawa pergeseran nilai tentang hal yang dianggap tabu itu. Jangankan menbicarakan, melakukannya pun mungkin sudah menjadi sesuatu yang "wajar".
Dengan mengacu pada analisa Huntington tentang benturan peradaban, dalam konteks globalisasi ini, terjadi sebuah pertarungan peradaban mengenai nilai dan norma dalam sebuah negara bangsa. Seperti yang dikatakan Arjun Appadurai, bahwa globalisasi yang menyebabkan dunia tanpa batas, justru sebenarnya akan melahirkan dunia yang makin terkotak-kotak kecil (global-glokal). Nasionalisme kebangsaan akan berubah menjadi nasionalisme kedaerahan. Sebuah bangsa akan mencoba mempertahankan identitasnya di tengah pertarungan budaya global. Jika melihat kasus yang terjadi tersebut, menjelaskan bahwa hal itu terjadi karena lemahnya peradaban kita dalam bertarung dengan budaya global. Kita tidak mampu mempertahankan budaya kita yang dikenal sopan, santun, dan beretika. Degradasi moral telah terjadi pada masyarakat kita, generasi muda penerus bangsa.!!

Kondisi seperti ini diperparah dengan adanya permainan dunia ekonomi dan politik. Bisnis diskotik dan tempat-tempat hiburan malam misalnya, yang sudah menjadi rahasia umum menjadi sarang munculnya kehidupan seks bebas. Dalam kenyataannya, pemerintah seolah menutup mata mengenai bahaya ini. Itu terbukti semakin banyaknya tempat-tempat hiburan malam seperti itu. Sejauh ini, tindakan yang dilakukan pemerintah hanya sebatas razia pada para pengunjung, tetapi mengapa tak pernah menyentuh pemilik atau pengelola tempat itu yang mungkin dengan sengaja menyediakan tempat dan kesempatan bagi merebaknya budaya seks bebas. Bahkan sekarang, diskotik membuka akses bagi pelajar dengan cara memberikan tarif bagi pelajar.

Bagaimana kasusnya dengan bisnis warnet? Sekarang bisnis warnet banyak diminati, karena dianggap memiliki prospek keuntungan yang menjanjikan. Warnet-warnet yang memberikan fasilitas dan kenyamanan lebih diminati oleh konsumen. Fasilitas ruangan ber-AC, webcam, headset dengan musik MP3, film, kursi sofa, dan ruangan bilik yang privasi menjadi dambaan konsumen. Apa yang terjadi dengan itu semua? Kini warnet dijadikan tempat mesum karena terlalu privasinya ruang atau bilik warnet. Para konsumen dapat dengan bebasnya melakukan aktivitas apa saja di dalam bilik itu, termasuk berbuat mesum. Ternyata "peluang" ini terbaca oleh kalangan muda (pelajar dan mahasiswa) yang memang konsumen terbesar. Bagi mereka yang tak mampu menyewa kamar-kamar hotel atau villa, warnet adalah "alternatif", karena selain murah juga cukup aman karena tidak dicurigai. Hanya dengan merogoh kocek sebesar tiga ribu sampai empat ribu rupiah per jam, mereka dapat menikmati kenyamanan itu semua. Parahnya lagi, entah sengaja atau tidak, hampir setiap warnet memiliki "stok" film porno dari yang berdurasi dua menit hingga hampir satu jam. Ini semakin membuka peluang dan kesempatan untuk melakukan perbuatan yang nista tersebut.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah gejala ini tidak dirasa oleh pemilik atau pengelola warnet tersebut? Perbincangan megnenai seks bebas dalam warnet sudah ramai di kalangan mahasiswa, namun mengapa tidak pernah dihiraukan oleh pihak pengelola warnet sendiri? Padahal telah banyak juga operator warnet yang mengetahui peristiwa ini, tetapi mereka seolah tidak peduli. Jangan-jangan yang dikhawatirkan adalah bahwa fasilitas yang privasi tersebut memang diperuntukkan hal tersebut sehingga menarik banyak pelanggan. Jika memang demikian adanya, sungguh ironis keadaanya.

Share:

2 komentar:

  1. gw tau nih kayaknya warnet mana... dr cerita tmn2 gw juga emg tyt warnet nggak bener, parahnya pas di grebeg yang ketangkep anak2 SMA semua.. gw pikir kayaknya untuk melakukan hubungan seks di kalangan remaja bukan menjadi sebuah perilaku yang tabu lagi, para remaja mungkin berfikir "kl semua orang melakukannya, knp gw nggak?", dr pengalaman nyokap gw sebagai guru juga melihat kl orang tua siswa skrg cenderung liberal, ditambah banyaknya kasus perceraian, KDRT serta single parent yang berdampak besar pada psikologis anak... kl bbrapa tahun lalu narkoba menjadi isu utama kenakalan remaja, mungkin remaja skrg berfikir atas dua pilihan karena narkoba jauh lebih bebahaya bagi tubuh jadi mereka lebih memmilih untuk melakukan seks.... *sebuah pilihan yang bodoh tentunya*

    BalasHapus
  2. ahahahaa.......... yupzz, bener bgt be, pilihan yg bener2 bodoh & toLoL tentunya! seks ya sama bae bahayudnya, kena HIV aja mampus tuh pada remaja2 yg pada sok gauL itu...

    gw juga lupa nih di warnet mana, saking lamanya ni tulisan gw bikin kali yaak.. hhehehee....
    kalo perkembangan sekarang, warnet yg kaya begituan di negri mendoan udah menjamur tau Be...
    makanya ati2 aja lo kalo mo nge'net di sekitaran daerah kampus! wkwkwkwk

    BalasHapus

Counter Powered by  RedCounter

Pages

Popular Posts

About Me

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Seorang Presiden di negara Republik Tinosia

Followers