"Sekedar umpatan dan teriakkanku yang semuanya tersimpan dalam barisan kata"

Minggu, 30 Desember 2012

Semua Tentang Tikus!



Ini Tentang TIKUS
Oleh : Achmad Saptono

Dunia sedang kacau. Jambret masuk desa, rampok masuk ruang guru, maling masuk tempat-tempat ibadah. Parahnya lagi, ada pencuri yang setiap waktu sering mencuri namun tetap dibiarkan begitu saja. Mereka, Pencuri kebudayaan. Pencuri kedaulatan, pencuri persatuan. Pencuri kesetiaan, pencuri kasih sayang. Dan, adalah saya pencuri hati wanita.
Share:

Sabtu, 10 November 2012

Puisi : Darah, Sperma & Politik

Darah, Sperma dan Politik


Tubuhnya lunglai usai ditiduri
Ia tak sempat berpikir
Siapa dan apa jabatan yang menidurinya
Demi makan esok hari
Untuk senyum anaknya di pagi hari
Tubuhnya terkulai
Tak sempat berpikir
Panas tidaknya uang dari pemilik sperma, malam itu...

Yang ia tahu
Lelaki buncit itu menungganginya dalam keadaan mabuk separah-parahnya
Sambil bercakap lewat seluler
Tentang anggaran kapanye
Tentang koalisi, korupsi dan tentang pembangunan
Untuk kesejahteraan, katanya

Percakapan berputar tentang aib
Tentang dosa di perpolitikan
Dini hari
Saat lelaki buncit mulai sadar
Ia berbisik mesrah di telinga Sumiati
Kuda birahinya kala itu

"Kau dengar semua percakapanku? Apa?"

Door..!!

Tangan kiri lelaki buncit merogoh pistol
yang tergeletak di samping jeans
di atas meja, dekat ranjang merah marun
Dari atas perut bagian kanan
Darah segar Sumiati basahi Sprei kamar 224.


*Catatan Oktober/Cirebon
Share:

Senin, 20 Agustus 2012

SAJAK: Ketidakteraturan

Ketidakteraturan

Semesta bertanya pada manusia
Apa kabar suara hati sanubari
Masihkah terperangkap dalam gelap
Sementara cerah lebih dulu menjemput

Dan bila rasa kini tiada
Barangkali akan hilang suatu mimpi
Akan melebur dalam bayang-bayang
Lalu tercipta alam tanpa keteraturan

Duhai para pemuja alam bawah sadar
Berhentilah menjadi musabab pertikaian
Karna semesta tlah kering air mata
Dan ketidakteraturan adalah siklus perbuatanmu


-21.52 WIB/19 Agustus 2012-
Share:

Kamis, 16 Agustus 2012

Cerita Bocah


“PENGEJAR MIMPI”
(Kisah Nyata Anak Laki-laki lulusan SMP yang Ingin Jadi Pemain Bola)

Judul tulisannya udah kaya judul Sinetron Ramadhan yaa... :D
Alkisah terjadi di hari Selasa 07 Agustus 2012, Jam 09 malam Wib. Malam itu aku nongkrong (nongkrong sama siapa-siapanya gak usah di ekspose ah, takutnya malah ngomentarin nongkrong sama siap-siapanya! :p ) menikmati secangkir kopi di warung kopi yang tidak jauh dari Gedung Kesenian Rarasantang-Cirebon. Nongkrongku kali ini demi untuk menepati janji bertemu anggota komunitas Kaskus Cirebon, yang ingin ngajak bikin acara buka bareng anak-anak jalanan di belakang Terminal Harjamukti-Cirebon (Kebetulan aku adalah salah satu partisipan yang seminggu sekali meluangkan waktu belajar bareng anak-anak jalanan itu). Bla...bla..blaa... Singkat cerita, obrolan dengan beberapa anggota komunitas Kaskus Cirebon itu rampung sekitar jam 10 lebih sekian. Dengan hasil : “acara buka bareng anak jalanan di belakang Terminal Harjamukti-Cirebon itu fix diadakan hari Sabtu 11 agustus 2012”. (Makasih Kaskus Cirebon atas partisipasi & beberapa sumbangan buat anak jalanannya... hhehe :*)
Usai itu, aku-pun menenggak habis sisa kopi kemudian bergegas menaiki kuda besiku untuk pulang ke rumah tercinta. Belum ada 1 km kuda besi melangkah, aku mendapati seorang anak lelaki usia belasan di depan SPBU yang tidak jauh dari warung kopi tadi. Ia berjalan dengan menggendong tas yang (kayaknya) didalamnya berisi baju silat atau baju-baju karate (karena aku kira dia baru pulang usai latian silat atau karate). Wajahnya nampak pucat berkeringat, langkah kakinya nampak kelelahan tak tentu arah, entah apa yang sedang ia pikirkan. Melihat dia yang seperti itu, aku menghampirinya kemudian langsung mengajaknya untuk ikut bonceng di kuda besiku. Meski awalnya ia menolak dengan alasan “rumahku dekat mas, itu di depan situ”, tapi setelah aku bujuk “gak apa-apa biar kuantar, aku sekalian pulang ke arah yang sama”, akhirnya ia-pun mau.
Baru saja ia duduk di atas kuda besiku yang mulai melangkah pelan, aku memulai obrolan dengan bertanya padanya “habis dari mana Mas?”, “... habis Sekolah Bola”, jawabnya gugup. Samar-samar aku dengar jawabannya, karena takut salah dengar, lalu aku tanyakan lagi “habis dari mana Mas?”, kali ini jawabannya terdengar cukup tegas “habis nyari sekolah Bola Mas...”. Mendengar jawaban itu, sontak saja aku kaget kemudian menimpalinya “Ooh.. kirain abis latian silat atau karate, lhah terus udah nemu kan Sekolah Bolanya?”, seolah tanpa jedah ia-pun menjawab “bukan Mas, Saya sejak maghrib tadi sampe sekarang abis muter-muter di GOR Bima nyari Sekolah Bola, tapi ternyata belum ketemu juga Mas, padahal udah seminggu aku nyari muter-muter”.
Share:

LIRIK LAGU "GAGEMONI"

Kuyakin
  
Malam ini sepi sendiri 
Bernyanyi hilangkan sunyi
Bernyanyi... berpuisi... 

Malam ini sepi sendiri 
Tiada kekasih yang menemani 
Aku rindu... oh kekasih 
Segelas kopi... jadi saksi... 

Reff: 
Kuyakin suatu hari nanti 
Aku bernyanyi tak lagi sendiri 
Kuyakin suatu hari nanti 
Kita berdua bernyanyi bersama 
Bernyanyi.... berpuisi...

(back to Reff)
Share:

Sabtu, 16 Juni 2012

Rindu Alam ; Alami


Alamku tak Perawan lagi
Oleh Achmad Saptono

“Mengapa harus tunggu bencana, baru kita percaya kebesaran Tuhan ... Mengapa harus tunggu bencana, baru kita bersahabat dengan alam..., (SLANK – SOLIDARITAS)”


Hijau adalah warna dedaunan, warna pepohonan, warna alam, begitu kata guru TK’ku dulu. Biru warna laut, warna gunung, dan warna langit. Putih jernih warna air sungai yang terus mengalir. Namun setelah belasan tahun kemudian, ternyata aku pikir pelajaran TK itu sudah kadaluarsa. Alangkah lebih baiknya jika pelajaran IPA, IPS atau Pelajaran Bahasa Indonesia yang menyinggung perihal warna-warna seisi alam ini di modifikasi, direvisi, di Up Grade, disesuaikan dengan kenyataan yang ada hari ini.
Putih lusuh warna dedaunan, putih tandus warna pegunungan, cokelat keruh warna laut serta sungai di sekitarku, hitam kecoklatan warna langitku.
Share:

Minggu, 03 Juni 2012

Sajak : Surat Cinta untuk Nona


Surat Cinta untuk Nona

Aku tulis surat cinta ini
Saat aku sedang tak sadarkan diri
Saat aku telah benar-benar mabuk karena rindu
Saat senja tiba dan aku masih menanti suaramu, Nona
Aku tulis setangkai sajak ini
Saat dimana bibir terpaku mengenang bibirmu
Saat terbelalah mata menatap binar matamu
Saat gelap marah besar karna cerahmu, Nona
Aku bingkai rasaku dalam sajak ini
Saat sajak ini tak mampu membendung rasaku
Saat  rima tak mampu mengurai semua rinduku
Saat ritme nada tak kuasa melelapkanku, Nona

Aku tulis surat cinta ini, untukmu... Nona!

“Meja Kerja, Cirebon, 03 Juni 2012”
Share:

Sabtu, 02 Juni 2012

SEBELAH MATA


PELACUR INTELEKTUAL
Oleh Achmad Saptono

“Sebelah mataku yang mempelajari, Gelombang kan mengisi seluruh ruang tubuhku, Terbentuk dari sel akut, Dan diabetes adalah sebuah proses yang alami, Tapi sebelah mataku yang lain menyadari, Gelap adalah teman setia, Dari waktu waktu yang hilang (Efek Rumah Kaca – Sebelah mata)”

Rela melacur ke kota seberang bahkan ke negri tetangga, demi kepuasan mendapatkan predikat gelar, demi kepuasan untuk mendapatkan nutrisi otak kiri. Mereka pelacur intelektual, yang rela mengandalkan gaya hidup berburu dan merayu untuk bertahan hidup di habitatnya. Berburu dan merayu demi mendapatkan huruf A, berburu dan merayu demi mendapatkan “sensasi” serta “eksistensi”. Adalah lumrah, adalah wajar, semua mengakui dan mengamininya, karena manusia adalah mahluk pencari sensasi, kata seorang filsuf.
Share:

Senin, 28 Mei 2012

Menulis : Merekam Sejarah


Menulis Hasrat atau Berhasrat Menulis![1]
Oleh : Achmad Saptono[2]

“Harus ada keresahan dulu sebelum pentas atau sebelum berkarya, termasuk menulis, kalau tidak resah ya harus dicari keresahan itu. Kalau merasa tidak resah, berarti ada yang salah dengan kepedulian atau kepekaan kita”

Kisah Usro & Unyil Mencari Masalah
Senja perlahan mendekat, burung serta unggas berkejaran kembali ke peraduan. Usro, salah seorang mahasiswa Sastra Indonesia tingkat III di sebuah kampus ternama di kotanya, melaju bak peluru dengan kuda besinya menuju kosan Unyil, teman satu jurusan sekaligus teman satu angkatannya. Seperti bintang iklan - salah satu produk motor, ia pacu kuda besi, kesetanan. Hanya dengan waktu 5 menit ia mampu taklukan jarak 2 Km menuju kosan Unyil.
Denyut jantungnya bising tak teratur. Setibanya di depan pintu kosan Unyil, Usro mendapati pintu kosan Unyil tertutup rapat, di daun pintu kosan tampak sebuah gembok tergantung, bersebelahan dengan sobekan kertas yang bertuliskan “Aku lagi keluar, ada kegiatan di UKM” . Dengan raut wajah kecewa, dalam hati ia mulai menerka-nerka keberadaan Unyil, “Ah, sial..Unyil gak ada di kosan? Pasti dia lagi nongkrong di sekre nih..”. Tanpa pikir panjang, Usro langsung meng-geber kuda besinya menuju sekretariat UKM tempat biasa Unyil menghabiskan sebagian waktunya. Ternyata benar, persis seperti dugaan Usro, sore itu Unyil sedang asik berdiskusi dengan teman-teman UKM-nya di dalam sekre.
Kali ini rupanya Dewi Fortuna berpihak pada Usro, saat ia hendak mendekati pintu sekre UKM, bertepatan dengan moderator yang sedang menutup forum diskusi. Ia pun tak jadi mengetuk pintu untuk memanggil Unyil. Usro duduk sejenak di kursi panjang dekat pintu UKM sambil mengetik sms di ponsel’nya untuk Unyil, “aku skrg ada di depan sekre UKM km, keluar doong! aku mau nanya2 ttg tugas yg buat besok”, begitu kira-kira sms yang ia kirim untuk Unyil. Mengetahui dirinya sedang ditunggu, Unyil langsung menuju keluar ruangan, kemudian langsung menghampiri Usro dan duduk tepat di sebelah kiri Usro. “ehhm... kamu mau nanya tugas yang mana? Tugas apa?”, tanya Unyil. Seolah tanpa jedah, Usro langsung menyambar pertanyaan Unyil, “itu katanya mata kuliah Kajian Drama ada tugas makalah tentang Dinamika Teater Kampus ya? Aku bingung nih... gak ngerti masalah teater. Hahaha... ntar perumusan masalahnya apa coba, lhah wong tau perkembangan teater aja aku enggak!”. Pertanyaan demi pertanyaan mereka lontarkan dan mereka jawab, hanya untuk mencari tahu sebenarnya ada masalah apa saja dalam dunia teater.
Share:

Senin, 30 April 2012

Puisi : Kau-kah?

Kau kah?

Duh Nyai...
Baru kudapati cinta yang seperti ini
Ini kali pertama hatiku tersenyum
Kau-kah Kesejatian itu?

Nyai...
Jernih merona pancaran cintamu
Jatuh menggumpal dalam rongga ingatanku
Kau-kah ketulusan itu?

Aduhai Nyai...
Serupa terang rembulan
Kau menari luwes mengitari sunyiku
Kau-kah keindahan itu?

(30 april)
Share:

Minggu, 22 April 2012

Puisi : Diantara Sepi

 Di antara Sepi!

di sudut gelap...
lelaki pemalu duduk penuh harap
menanti melodi yang kan getarkan hati
berharap cerah kan datang selimuti

di celah mimpi...
perempuan penuh misteri menghampiri
tersenyum seperti awan usai hujan pergi
ia menyihir redup dengan penuh misteri

lelaki di antara sepi...
kini ia bernyanyi penuh mimpi
lelaki di sudut ilusi
kini ia tersenyum penuh pasti

di altar kasih...
kini mereka menari
di meja nada
mereka merangkai kata

ini kisah kita....



*april 2012
Share:

Rabu, 15 Februari 2012

Sinopsis Gagemoni


Semacam sinopsis!
 GAGEMONI
Karya : Achmad Saptono

Pemain: Bupati, Ajudan Bupati, Polisi, Seniman I, II, Mahasiswa/Demonstran, Wartawan, Pak RT, Warga I, II, Pengamen I, II, Pengemis.

GAGEMONI, berasal dari dua suku kata yang berasal dari bahasa jawa, yaitu GAGE dan MONI. GAGE dalam bahasa Indonesia berarti “Segera”, dan MONI atau MUNI dalam bahasa Indonesia berarti “Bunyi” atau “Bersuara”. Segera bersuara! Itulah pengertian yang dihasilkan dari paduan kata GAGE dan MONI.
GAGEMONI, sekilas tampak mirip dengan kata HEGEMONI. Benar sekali! Saat terjadi Hegemoni yang menyebabkan diskriminasi sosial, seharusnya saat itu juga masyarakat GAGEMONI, atau segera bersuara! Jangan hanya diam. Bagaimana mungkin Bupati bisa tahu bahwa sedang terjadi diskriminasi sosial di perkampungan kita kalau kita hanya duduk manis di rumah? Bagaimana mungkin wartawan mau mendapatkan berita kalau kita tidak membuat berita?
Polisi, bukan hanya perut buncitnya yang masih kontroversial, tetapi peluru-peluru yang ia lepaskan kini seringkali menjadi bahan perbincangan bagi semua masyarakat, tidak terkecuali Ketua RT dan Petani yang kebetulan sedang Ronda keliling ladang - sawah.
Lagi-lagi mahasiswa, yang harus menjadi command enemy bagi aparat kepolisian. Mahasiswa berteriak menuntut keadilan di jalanan, di gedung DPR dan sebagainya. Namun masyarakat justru memandang sebelah mata aksi itu, masyarakat sudah pesimis cara itu dapat membuat perubahan atau tidak.
Sementara, saat seniman hendak berbicara tentang ketidakadilan dalam hal sengketa lahan pertanian, justru seniman disibukan dengan pembangunan gedung kesenian yang tersendat. Mereka ingin mengkritik pemerintah melalui sebuah pementasan, namun tidak ada media, tidak ada gedung pertunjukkan. 
Petani hanyalah petani, yang selalu dianggap sebagai rakyat kecil, yang tidak mempunyai power lebih. Sama sekali tidak bisa mengintervensi kebijakan pemerintah. Begitupun juga dengan ketua RT yang sudah mendekati usia senja.
Pengemis yang justru lebih mengerti tentang realitas kemiskinan, lebih paham keadaan. Tetapi ia-pun tidak tahu dengan cara apa, agar suaranya dapat dihargai dan didengar oleh pemerintah. Begitu-pun juga para pengamen yang menciptakan lagu dan membawakan lagu-lagu kritik terhadap pemerintah, pada saat mengamen. Kritik-kritik mereka hanya berhenti pada koin recehan dan senyuman.
Kira-kira siapa yang suaranya mampu didengar? Suara siapa yang mampu membuat perubahan???

~Cirebon,  Januari 2012~
Share:

Jumat, 13 Januari 2012

Naskah Teater: GAGEMONI


GAGEMONI !!
Oleh : Achmad Saptono

Pemain:
Bupati
Ajudan Bupati
Polisi
Seniman I, II
Mahasiswa/Demonstran
Wartawan
Pak RT
Warga I, II
Pengamen I, II
Pengemis

*Backsound Openning: lagu “Titi Kolo Mongso – Sujiwo Tejo”
(Panggung gaduh terdengar teriakan para Demonstran menuntut keadilan atas penembakan petani di kampungnya, sementara Polisi tetap berusaha mengamankan massa dengan menembakan peluru karet dan gas air mata ke langit-langit panggung)
Polisi                  : (Berbicara di depan megaphone) Sama sekali tidak ada kaitannya dengan upaya membantu Hegemoni pertanian setempat atau Hegemoni seisi panggung ini. Kami hanya aparat yang tetap berusaha agar terlihat baik di mata masyarakat sekalian.
                            Terlepas dari perut kami yang sudah semakin buncit ini, kami sebenarnya ingin mengabdi kepada masyarakat. Kami ingin sigap dalam setiap permasalahan, maka dari itu jargon kami saat ini adalah quickrespond, hotline via number (0231) 40265*......
Share:

Senin, 02 Januari 2012

Sajak: Surat Untuk Ibu Pertiwi


Surat untuk Ibu Pertiwi

Aku bingung hendak berkata apa tentang nasib bangsa ini
Seolah tidak ada pemiliknya
Seolah tidak ada pemerintahnya
Mereka seringkali bilang cinta, tapi tega menganiaya
Mereka tak jarang mengatakan rindu, tapi malah membuat gaduh

Aku sering tidak tidur memikirkan Ibu Pertiwi
Di sana-sini terdengar jerit tangis balita kurang gizi
Anak usia belasan tanpa seragam
Seolah mereka tuli tak mendengar
Seolah mereka buta tak melihat

Aku trauma berbicara keadilan di negara ini
Dimana yang adil menurutku, belum tentu adil menurut mereka
Adil menurutku adalah koruptor dihukum puluhan tahun dan pencuri sendal puluhan hari
Sedang adil menurutnya adalah
Koruptor dihukum dalam hitungan hari atau jam, dan pencuri sendal dihukum tahunan

Hampir bosan aku memandang wajah ibu Pertiwi
Ia selalu lelah-letih di depan bangsa kulit putih
Ibu pertiwi, make up-mu terlalu tebal sehingga kulit sawo matangmu tak terlihat seksi lagi

(Cirebon; januari 2011)

Share:
Counter Powered by  RedCounter

Pages

Popular Posts

About Me

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Seorang Presiden di negara Republik Tinosia

Followers