"Sekedar umpatan dan teriakkanku yang semuanya tersimpan dalam barisan kata"

Kamis, 26 Mei 2011

Naskah Teater

“Mensana in Corporesano”
Oleh : Achmad Saptono


Pemain :
Aleksander (Pria Dewasa 40 Tahun)
Junos (Supir Truk Sampah 45 Tahun)
Pierce (Pemulung 25 Tahun)
Ranti (Ibu Muda pemulung 21 Tahun)
Evan (Anak Pemulung 3 & 18 Tahun)
Tania (Karyawan Pabrik 27 Tahun)

(Panggung sepi, seorang Pria Dewasa (40 tahunan) Aleksander yang dulu bernama Pierce dengan pakaian jas hitam mewah, duduk di depan TV, menonton berita tentang semakin meningkatnya pemulung dan pengais sampah di suatu daerah, kini sahamnya dimana-mana, pabrik, dan perusahaan-perusahaan yang dikelola oleh orang lain (karyawannya), ia hanya duduk di rumah menunggu menerima uang penghasilan saja)

Aleksander :
Hidup yang sehat adalah hidup sepertiku saat ini, jauh dari tempat-tempat kumuh. Aku ingin ini ada yang mengantar, aku ingin itu ada yang menyiapkan. Aku butuh apapun tinggal bilang, dengan mudahnya pelayan-pelayanku yang akan menyediakannya. Aku merasa sehat di dalam negara yang tidak sehat. Ah berita itu...tempat tinggalku di masa lalu... aaargh....
(Aleksander meninggal, lighting black out)

Di sebuah tempat pembuangan akhir (TPA), dua orang pria dewasa, antara pemulung dengan supir truk sampah sedang beristirahat di bawah gubuk kecil sambil menikmati kopi, kacang kulit, masing-masing menghisap sebatang rokok kretek dan sambil mendengar radio kecil yang lirih. Kulit hitam mengkilap aroma khas matahari, dan keringat di sekujur punggung pemulung. Handuk kecil menggantung di leher supir truk sampah.
Junos : Pierce... sudah berapa lama kamu menjabat sebagai pemulung? Pernahkah berpikir ingin naik pangkat?
Pierce : Sejak aku masih dalam kandungan, aku sudah menjadi pemulung Pak.
Junos : maksud kamu?
Pierce : Iya, karena dulu saat orang tuaku mengandungku. Orang tuaku juga jabatannya pemulung. Bahkan tetangga satu kampungku ya rata-ratanya pemulung.
Junos : dan sekarang usiamu adalah (Pierce langsung menyambarnya dengan jawaban)
Pierce : 27 tahun Pak. Usia yang cukup matang. Usia yang cukup subur kan Pak?
Junos : Hhhmm... Postur tubuh kamu yang kekar dan wajah kamu yang tampan, bagiku itu modal yang cukup untuk menaklukan gadis-gadis jaman sekarang. Upss.. maksudku untuk menaklukan gadis-gadis jaman saat aku bujang dulu. Haa..ha..haa...
Pierce : Hahahaa.... (sambil terus menghisap rokok dan menikmati kacang kulit). Aku pun sebenarnya pernah berpikir seperti itu Pak. Apakah warna kulitku yang hitam karna sentuhan matahari ini yang membuat gadis-gadis di jamanku gak ada yang melirikku. Atau jangan-jangan mereka meragukan kesehatan fisikku, karena keseharianku bergelut dengan sampah? Ah, entahlah...
Junos : bisa jadi loh karena kamu gak steril akhirnya mereka tidak ada yang mau mendekati kamu. Hahahaa..... (disambung dengan tawa dari Pierce).
Pierce : iya juga ya, dulu guru Penjaskes di SD’ku pernah bilang, Mensana In Corporesano. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, termasuk anu yang kuat. Ooh... pantaass... berarti gadis-gadis sekarang itu meragukan kesehatan sekaligus kekuatanku. Hhmmm... (Junos memotong kesimpulan-kesimpulan Pierce)
Junos : ahahahaa... (tertawa lepas) Inti dari kesehatan adalah keseimbangan. Inti dari keseimbangan adalah keserasian, tidak ada yang timpang, tidak ada yang berat sebelah, atau tidak ada yang ditindas dan tidak ada penindas, tidak ada yang dirugikan. Bagaimana caranya, aku belum memikirkannya! Bagaimana kalo kita cari sama-sama cara agar seimbang itu gimana? Bagaimana Pierce?
Pierce : kita cari sama-sama? Ide yang menarik. (mematikan rokok, berdiri lalu mengambil salah satu sampah boneka kecil). Pak Junos, anda tahu siapa yang membuang boneka kecil ini? Jabatanku sebagai pemulung tak ubahnya seperti boneka kecil ini, dianggap kecil sama sekali oleh empunya, dianggap tidak berharga dan dibuang begitu saja.
Junos : ya memang seperti itu kenyataannya Bung. Boneka itu sengaja dicetak dengan ukuran kecil untuk melengkapi ukuran boneka yang lainnya. Ada yang besar, ada yang kecil, ada yang sedang. Wajar kan? (mendekati Pierce)
Pierce : lhoh..brarti aku pun demikian ya Pak? Aku sengaja diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan keadaan miskin, hanya mempunyai jabatan pemulung yang selama ini dianggap rendah oleh masyarakat? Jahat sekali brarti Yang Maha Kuasa itu kepadaku. Diskriminasi! (jongkok mengeluhkan nasibnya)
Junos : Keseimbangan tadi Bung maksudku. Kalau seandainya Sang Penguasa menciptakan kita dengan keadaan yang besar semua, mmm... maksudku sukses semua, jadi pejabat tinggi semua, lalu siapa yang nantinya akan peduli dengan sampah-sampah ini?
(kali ini Junos menepuk pundak Pierce, jongkok di sebelah Pierce, dengan nada bijak ia kembali menceritakan bagaimana pengalamannya dulu saat sebelum menjadi supir truk sampah)
Kamu tahu sebelum aku menjabat sebagai Supir sampah yang terhormat ini aku pernah menjabat apa saja? (Pierce menggelengkan kepala). Menjadi Cleaning Service di Sekolah Pendidikan Olah Raga pernah, pengamen di perempatan pernah, Pedagang asongan pernah, pedagang kaki lima juga pernah. Semasa itu, harus diuber sama Kamtib atau Satpol PP bagiku adalah hal biasa yang aku temui setiap pagi dan malam tiba. Menjabat sebagai karyawan toko make up (mengambil sampah lipstik bekas) juga aku pernah, meski tidak lama lalu aku putuskan untuk berhenti karena waktu untuk berkumpul dengan keluargaku sangat-sangat terbatas. Ah...sudahlah... lupakan saja cerita-cerita yang tidak sehat itu.
Pierce : Tapi ini tetap bagiku tidak adil Pak! Aku juga pengin merasakan hal yang sama kaya anggota dewan di gedung-gedung ber-AC sana Pak. Aku bosan miskin. Ooh... Andai ada anggota dewan yang berminat untuk bertukar jabatan denganku.
Junos : kalau menurutku, kemungkinan besar nasib kamu Bung yang tidak sehat! (tersenyum disambung tawa)
Pierce : Sayangnya aku tidak percaya bahwa nasibku tidak sehat Pak. Aku yakin nasibku bisa berubah dalam waktu yang cepat. Hhmm... adakah cara mudah untuk mencari tau tentang kesehatan itu? Mmmm... maksudku agar kita bisa sehat seperti yang bapak bilang tadi? Kalo setauku, agar kita bisa sehat ya kita harus bisa merawat tubuh kita. Jika tubuh kita tidak terawat, maka kemungkinan besar kita terserang penyakit.
Junos : Nah..tepat sekali!! Begitupun juga untuk konteks negara kita, andaikata negara kita sehat, pasti terdapat pembangunan yang pesat.
(Seorang ibu muda membawa keranjang sampah berisi barang rongsok, mendekati dua pria tadi dengan diikuti oleh anak laki-lakinya yang berusia 3 tahun).
Ranti : Ayoo.. sini cepat nak bantu ibu memisahkan sampah plastik dan sampah kertas ini menjadi dua bagian (sambil menyeret tangan kiri anak laki-lakinya).
(pembicaraan antara Junos dan Pierce seketika berhenti melihat kedatangan Ranti dan anaknya yang tergesah-gesah memilah-milah sampah, bersamaan dengan datangnya Ranti, Pierce pamit meninggalkan Junos untuk kembali bekerja mengais sampah)
Pierce : Pak Junos, aku pamit dulu. Masih ada sampah yang belum aku pilah-pilah...
Junos : ooh yaa... semoga hari ini dapat rejeki sampah yang banyak ya. (mengalihkan pandangan ke Ranti) lhoh Bu Ranti, kok Evan diajak bekerja juga? Gak ditaruh di rumah saja? Kasian nanti mbok Evan terserang banyak bakteri lhoh bu...
Ranti : halaaah..Pak...Paak... Bakteri ya malah sudah saudaraan Pak sama keluarga saya. Piye toh pak.... (berjalan menuju tumpukan sampah)
Junos : ya maksudku kasian itu si Evan kepanasan.
Ranti : mau gimana lagi Pak, lhah wong kalo Evan ini saya tinggal di rumah malah nangis minta ikut ke sini. Yowislaah.... itung-itung di sini Evan ikut main, biar tau juga gimana susahnya nyari duit.
Junos : sini sini coba bu Ranti, Evan suruh ke sini sama saya ke gubuk biar bisa berteduh.
Ranti : Van, kamu mau ke gubuk gak tuh ngiyup sama Pak Junos (menanyakan ke Evan, Evan hanya menjawab Emooohh.... Sambil menggelengkan kepalanya). Si Evan gak mau Pak.
(tiba-tiba terdengar teriakan pengais sampah dari sebelah barat, tepatnya dari pengais sampah yang baru saja menguras habis sampah dari truk sampah Pak Junos)

(Pak Junooooss...... truknya sudah kosong nih Paaaakk.....)

(Pak Junos segera saja beranjak dari gubuk kecil menuju truk sampahnya)
Junos : iyaaa sebentaarr.... (berjalan menuju truk, melewati Ranti sambil pamit) Bu Ranti, aku pamit narik lagi yaa... oh ya jangan lupa jaga kesehatan ya Bu... Jaga kesehatan Evan juga.
Ranti : iya Pak, saya tetap berusaha menjaga kesehatan keluarga kok Pak. (seperginya Junos, Ranti terus memilah sampah lalu ngobrol dengan Evan sambil meneteskan air mata, tidak ada sahutan dari Evan)
Meski saat ini keluargaku semakin gak sehat, aku akan tetap berusaha menjaga kesehatan keluargaku. Hhhmmm.... Bapak kamu tadi kemana ya Van... Pierce...Pierce... semakin hari kok malah semakin aneh saja! Kalau di sini kok gak pernah menegur atau menyapa kita. Kalau di rumah malah bengong sendiri, marah-marah, membentak... (menirukan Pierce) “Ranti... aku bosan miskin, aku bosan hidup susah. Aku pengin kaya!!!”. Sudahlah Van, kita istirahat dulu yuuk... sini ikut ibu ke gubuk.
(lighting black out, di tempat lain Pierce sedang mengaduk sampah sambil mencaci nasibnya sendiri)
Pierce : hugh... Kapan aku bisa sukses? Kapan aku bisa hidup sehat? Kapan aku bisa hidup nikmat? Apa jangan-jangan takdirku akan sama kaya tumpukan sampah plastik ini, yang lambat laun kalau tidak di daur ulang maka hidupku akan merusak alam... kalau aku ingat yang dibilang Pak Junos tadi, aku miskin, sedang mereka yang jadi pejabat tinggi sekelas dewan, pekerja kantoran dan sebagainya itu kaya, tajir. Brarti ada yang timpang. Brarti ada yang tidak sehat, tidak seimbang. Agh... pokoknya suatu saat nanti aku harus bisa jadi orang kaya, aku harus bisa menikmati hidup sehat, hidup yang seimbang. Tidak perlu lagi pusing-pusing mikirin makan anak istri. (Sebuah karung besar berwarna putih lusuh kehitaman tertutup rapat yang menumpuk diantara sampah plastik, entah apa isinya tiba-tiba menghentikan cacian Pierce, dengan ragu-ragu perlahan ia menyentuh karung tadi)
Kira-kira ini isinya apa ya? Jangan-jangan Bom Buku... atau Mayat bayi... hhiiiii... lhoh tapi kok enteng... Hah? Duit? (lighting blak out)
(Menjelang sore, di antara tumpukan sampah plastik seorang ibu berbaju kebaya lecek dengan rambut beruban (Ranti) dan seorang pemuda dengan jaket almamater bekas yang kucel berlambangkan perguruan tinggi ternama di kotanya (Evan))

Ranti : sudah 15 tahun lebih bapak kamu kok menghilang begitu saja ya Van... Kalau saja selama 15 tahun itu bapak kamu ada di sini, mungkin sekarang kamu bisa sekolah di perguruan tinggi yang jaketnya sekarang lagi kamu pake itu.
Evan : udah lah Bu...Buu... Cuma bisa pake jaket bekasnya aja aku udah seneng kok. Bapak...bapaak.... semoga saja beliau tidak seperti yang aku mimpikan akhir-akhir ini.
Ranti : lhoh emang akhir-akhir ini kamu mimpiin bapak kamu lagi kenapa Van?
Evan : enggak Bu, aku Cuma mimpi bapak lagi kurang sehat. Semoga sih gak terjadi apa-apa sama bapak.
(ditengah pembicaraan datanglah ibu berpakaian rapih, dengan wajah berbinar, baru saja pulang dari kota setelah 4 Tahun tidak pulang kampung, berjalan sambil berbicara sendiri lalu menghampiri Ranti dan Evan)
Tania : Menjelang sore di kampungku memang pemandangan yang selama ini aku rindukan. Aduhaai... Udara dengan aroma khas sampah inilah yang hampir setiap malam mengajak air mataku terus mengalir. (berhenti dan menyapa mendekat)
Mmm.. heii... Bu Ranti... Evan....
Ranti : iya Bu Tania, lama tak melihatmu. Wah..wah..wah... rupanya kamu sudah menjadi orang sukses ya Bu? Pakaianmu bagus dan rapih sekali.
Tania : hehee... benar juga ya bu Ranti, ternyata sudah 4 Tahun aku meninggalkan kerjaan mulia di tanah kelahiran ini. Oh ya Bu Ranti, apakah sekarang Pak Pierce suamimu itu sudah diketahui keberadaannya? Di kota saya sering melihat orang yang mirip dengan suami bu Ranti lhoh.... Cuma bedanya, orang yang aku lihat itu rapih sekali, dan sangat kaya. Perusahaan dan pabriknya aja ada dimana-mana... (belum selesai Tania bercerita, Evan menyela)
Evan : Sebentar bu Tania sebentar... benarkah orang itu sangat mirip dengan Bapakku? Ibu Tania bertemu dengan orang itu dimana?
Tania : Oh tentu Evan... sangat mirip sekali memang dengan bapakmu, suaranya, nada bicaranya, senyumnya benar-benar sulit untuk aku bedakan dengan Pak Pierce. Hanya saja, dia bernasib mujur. Pakaian yang ia kenakan setiap kali aku melihatnya mungkin harganya sama dengan gajiku selama 4 bulan.
Evan : Apakah saat bu Tania bertemu dengannya, ia sedang sakit atau barangkali tidak enak badan???
Ranti : sudahlaah Van...Van... Apakah kamu akan mengaitkan mimpi tentang Bapakmu yang sakit dengan kondisi Bosnya Bu Tania?
Evan : Bu... entah kenapa sepertinya aku merasa Bosnya Ibu Tania tidak lain adalah bapakku Bu... Ibu Tania, apakah orang yang ada dalam ceritamu itu sedang sakit?
Tania : tidak..tidak sama sekali ‘nak Evan, beliau selalu tampil sehat, segar bugar dan dengan badan yang agak lebar. Nah, itu mungkin salah satu ciri fisik yang berbeda dengan bapak kamu Van. Beliau gemuk, sedangkan Bapakmuu....
Evan : Bu Tania... Maaf, bisa tunjukkan kepadaku dimana dia tinggal? Entah getaran apa yang kali ini membuatku merasa yakin bahwa dia adalah bapakku Bu.... (Merengek memegangi Koper Bu Tania, meminta alamat)
Ranti : Evaaan.... kamu ini kok malah kaya saat 15 Tahun yang lalu, dimana kamu merengek meminta jajan Es. Bu Tania, memang orang yang kamu ceritakan itu siapa namanya? Apakah Pierce juga?
Tania : Beliau namanya Aleksander bu Ranti.
Evan : ah kali ini aku semakin yakin bahwa orang yang diceritakan oleh Bu Tania adalah Bapakku yang memang sengaja berganti nama dari Pierce menjadi Aleksander. Karena aku pernah melihat nama Aleksander Pierce Evan tertulis di tempat tidur Ibuku. Aku menduga, nama-nama itu adalah nama-nama yang disukai oleh bapak, dan nama-nama itu yang sekarang salah satu namanya menjadi namaku, nama Bapakku di masa lalu dan nama Bapakku di masa sekarang.
Ranti : owalaah gustii... iya benar Van, aku ingat tulisan dengan spidol hitam di sebelah kanan tempat tidurku itu. Benar sekali!!! Tulisannya adalah Aleksander Pierce Evan.
Tania : Hhmmmmm.... Aku yang merasa lelah usai bekerja, ingin merasakan liburan lalu aku izin ke atasan karena alasan kurang sehat, dan sekarang aku mendengar cerita bahwa akhir-akhir ini Evan mimpi Bapaknya kurang sehat. Sebenarnya siapa yang saat ini sedang kurang sehat? Kalau aku, jelas akhir-akhir ini aku merasa kurang sehat, karena tenagaku diperas habis-habisan untuk bekerja di pabrik. Nah, kalau yang dimaksudkan sama mimpi Evan, brarti yang tidak sehat adalah Pak Aleksander?
Evan : Bisa jadi Bu... Karena Pak Junos pernah bilang kepadaku bahwa Kesehatan sejatinya tidak hanya dibutuhkan untuk Kesehatan Jasmani saja, tetapi Ruhani juga. Istilah Mensana In Corporesano yang artinya di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, bisa juga digambarkan dengan kondisi Negara kita. Kata Pak Junos, di dalam negara yang sehat maka terdapat pembangunan yang pesat. Nah... aku semakin yakin bahwa saat ini jiwa Bapak Pierce yang sekarang menjadi Bapak Aleksander sedang tidak sehat. Tapi anehnya, Pak Junos pernah bilang bahwa Bapakku dulu lebih paham tentang makna Mensana In Corporesano itu. Aneeh...
Ranti : Benar sekali Van, Bapakmu memang dulu sering sekali ngomong tentang Mensana mensana itu denganku. (tiba-tiba terdengar suara berita dari Radio di gubuk kecil tempat biasa Supir Truk berteduh : Radio Republik Indonesia dengan warta berita, sari berita penting! Seorang Pengusaha ternama Bapak Aleksander meninggal di depan Televisi karena terserang penyakit Stroke).

= SELESAI =

*Bagi siapapun yang ingin mementaskan Naskah ini, harap hubungi penulis terlebih dahulu! Cp: 085722144270.
Share:

3 komentar:

  1. terimakasih ijin kopas buat tugas sekolah =D

    BalasHapus
  2. Hehehee.... Semoga bermanfaat, jangan lupa - biasakan mencantumkan referensi. Agar kita semua tidak menjadi pelaku pelanggaran hak cipta.

    BalasHapus

Counter Powered by  RedCounter

Pages

Popular Posts

About Me

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Seorang Presiden di negara Republik Tinosia

Followers