"Sekedar umpatan dan teriakkanku yang semuanya tersimpan dalam barisan kata"

Selasa, 16 Maret 2010

Tiada Kesan


“Sorry ya, sebelumnya aq minta maaf, aq uda gmau ad urusan lg mslh kkn, kkn uda slese, klo bs tlong anggep aj g knl ma aq, krn aq jg uda lpain klian smua, sblumnya maaf bgt, gusah dbls.” Sent : 21:35:45/15-03-2010.

Satu paragraf tulisan di atas aku ketik ulang dari inbox handphone’ku beberapa jam yang lalu. Pertama kali aku baca sms itu, ekspresi yang muncul dari raut wajahku adalah tersenyum kemudian disusul oleh rasa penasaran “betapa mudahnya dia mengirim sms ini” dan setelah itu aku kembali terkekeh sendiri. Ckckckkck….. kenapa se cetek itu analisanya?

Masih penasaran dengan maksud sms itu akhirnya aku pun buka FB kemudian nge’cek FB si pengirim sms tadi, ternyata aku mendapati status FB nya : “FUCKING VILLAGE “ dengan comment di bawahnya yang menunjukkan bahwa sengaja dia mengirim sms tersebut untuk memutuskan hubungan pertemanannya dengan temen-temen KKN’nya. Hahahahahahahaa….. kembali aku tertawa dan sesekali bertanya-tanya dalam hati di depan note book. Maksud kamu apa? H+2 perpisahan KKN aku sms tanya tentang kapan mau kumpul ngerjain laporan ga di bales, sekarang malah tiba-tiba sms konyol!

Sampai unek-unek ini aku posting, sama sekali aku belum mendapatkan apakah laporan KKN sudah digarap atau belum, bahkan kabar/keberadaan mereka (temen-temen KKN) sedikitpun tak kuketahui.
Betapa konyolnya pengalaman KKN’ku ini, berbanding terbalik dengan pengalaman-pengalaman yang di rasakan banyak temenku. hhuFt…
Share:

Sabtu, 13 Maret 2010

Ngobrol ngenggo bahasa ngapak kok isin?

Bahasa ngapak banyumasan saya kira bukan bahasa yang sama sekali memalukan, ada keunikan dan ada kebanggaan tersendiri bagi saya ketika berbahasa ngapak. Ya, saya memang bukan warga asli banyumas. Turunan atau saudara saya yang asli banyumas pun saya tak punya. Saya asli Cirebon, domisili saya juga Cirebon. Berbahasa Cirebon : ira – kita (baca : kamu – saya), atau bahasa yang layaknya digunakan oleh orang-orang Cirebon pada umumnya sedikitpun saya tidak pernah merasa malu untuk berbicara dengan menggunakan bahasa Cirebon yang katanya kasar itu. Tapi, ketika teman saya yang asli Banyumas mengajak saya berbicara dengan menggunakan bahasa ngapak, saya pun mencoba untuk menggunakan bahasa ngapak. Terlepas dari fasih atau tidak saya berbahasa ngapak itu, saya tetap menggunakan bahasa tersebut walau kadang logat/intonasinya masih menggunakan logat Cirebon atau agak ke sunda-sundaan.

Sudah hampir 4 tahun saya tinggal di Kota yang terkenal dengan ngapaknya ini. Setiap hari kalau di prosentasekan, 70 – 80% keseharian saya baik di lingkungan kampus atau dimanapun saya akhirnya berbahasa ngapak. Kenapa? Karena memang mayoritas teman kuliah saya asli banyumas dan saya pikir dengan saya berbasaha ngapak minimal saya bisa lebih akrab lagi ngobrol dengan teman-teman saya yang asli banyumas tersebut. Dengan saya yang hanya menggunakan bahasa Indonesia di forum-forum resmi atau forum perkuliahan bukan berarti saya menafikan bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan kita, bahasa nasional kita. Beberapa waktu lalu kita berteriak-teriak “jangan sampai budaya kita di claim oleh bangsa asing”, tapi sadar atau pun tidak dengan kita yang enggan berbahasa ngapak maka lambat laun bahasa khas banyumas tersebut akan hilang kemudian bisa jadi muncul dan berkembang di Negara lain sehingga akan di claim oleh Negara tersebut. Semoga saja ini hanya ketakutan saya yang berlebihan akan eksistensi bahasa ngapak di Banyumas – Jawa Tengah.

Pengalaman saya selama di kota mendoan, banyak kalangan remaja asli banyumas baik laki-laki maupun perempuan yang enggan menggunakan bahasa banyumas karena merasa malu karena medoknya bahasa tersebut. Bahkan saya pernah mendapati statement dan status di FB yang isinya “ganteng-ganteng kok medok, atau cantik-cantik kok medok”. Betapa konyolnya andai status itu ditanggapi dengan serius! Pengaruhnya apa coba “bahasa yang medok” dengan “paras yang cantik atau ganteng”? hahahaa. . .
Banyaknya bahasa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah kekayaan yang luar biasa tak ternilai harganya saya kira. Masa hanya karena medoknya bahasa ngapak, kita malu untuk berbahasa ngapak? Apalagi tidak mau berbahasa ngapak karena takut tidak ada lawan jenis yang tertarik (I’ll feel) dengan kita. Monggo di refleksikan!!!
Share:
Counter Powered by  RedCounter

Pages

Popular Posts

About Me

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Seorang Presiden di negara Republik Tinosia

Followers