"Sekedar umpatan dan teriakkanku yang semuanya tersimpan dalam barisan kata"

Kamis, 30 April 2009

DEGRADASI KULTUR DAN IDENTITAS

"Menyoal Tradisi Keilmuan (Budaya Membaca) Mahasiswa"
Oleh : Achmad Saptono (Panggil ; Tino)


Ada yang beranggapan bahwa sejarah adalah sebuah romantisme, sejarah adalah guru yang paling berharga atau juga ada yang menganggap bahwa sejarah adalah momok yang membatasi langkah kita. Mungkin berbeda dengan anda ketika menginterpretasikan apa itu sejarah. Perbedaan antara masa lalu dan saat ini memang tidak mungkin bisa untuk kita sama-kan. Waktu dan jaman yang berbeda akan sangat mempengaruhi bagaimana perilaku serta karakter dari setiap individu dan juga masyarakatnya.
Mahasiswa adalah sebutan bagi pelajar yang memasuki jenjang pendidikan tinggi di tingkatan Perguruan Tinggi atau Universitas. Sebutan tersebut yang kemudian menciptakan beberaapa konstruk karakter pada mahasiswa. Andaikata saya meminta kepada anda untuk menyebutkan apa saja idealnya karakter dari mahasiswa? Pasti dengan lancarnya anda akan menjawab bahwa karakter mahasiswa antara lain kaum intelek, agent of change, kritis, solidaritas tinggi serta hal-hal positif yang lainnya. Teramat sangat berat bukan beban karakter yang menempel pada sebutan mahasiswa?
Kata Intelek di sini bagi saya merupakan sebutan untuk mereka – orang-orang yang selalu menggunakan otak kiri nya dalam menghadapi segala sesuatu – yang mampu menelurkan karya-karya yang inovatif atau orang yang selalu berfikir sistematis serta ilmiah. Terlalu berat memang, ketika sebutan Intelektual untuk ukuran saat ini diberikan pada semua civitas akademik, khusunya mahasiswa. Sekali lagi untuk ukuran saat ini memang begitu berat bagi saya. Kenapa? Jawabannya adalah karena konteks saat ini sangat-sangatlah berbeda dengan masa lalu. Saya akan mencoba melihat dari hal kecil, saya yakin saat ini jarang sekali ada mahasiswa yang berhasil menghabiskan (membaca) satu buku sampai selesai dalam waktu satu minggu, apalagi menghabiskan satu buku dalam waktu satu hari (Semoga saja masih ada, amiin…).
Waktu yang sudah hampir 3 tahun terlibat di institusi kampus dan menyandang gelar mahasiswa bagi saya bukan waktu yang singkat. Sepanjang pengalaman yang pernah saya dapatkan, sampai hari artikel ini ditulis belum pernah saya mendapati ada seorang mahasiswa yang mampu menghabiskan satu buku bacaan dalam waktu satu hari. Saya yakin dan tentunya anda mengerti apa saja yang didapatkan setelah membaca buku atau apa manfaat dari buku itu. Dengan membaca buku kita bisa mengetahui segala macam hal yang ada dan terjadi di dunia ini. Kita bisa mengetahui jumlah planet dalam tata surya dengan duduk manis membaca buku, kita bisa mengerti bagaimana proses terjadinya siang dan malam dengan membaca buku dan lain sebagainya.
Salah satu hal yang menyebabkan keterbelakangan umat manusia dalam menggorganisir komunitasnya dalam kehidupan sosial adalah tidak nyangkutnya teori dan praktik atau ilmu dengan implementasi atau realitasnya. Saya membaca realitas yang terjadi pada kondisi mahasiswa saat ini secara umum bahwa mahasiswa kini semakin jauh dengan tradisi-tradisi keilmuannya dan mahasiswa semakin meninggalkan hal-hal yang berbau ilmiah. Mahasiswa saat in cenderung mendekati hal-hal yang negatif.
Rath, Harmin dan Simon (1978) mengidentifikasi munculnya sifat-sifat yang negatif pada diri seseorang (individu) jika ia tak memiliki sistem nilai yang terintegrasi dalam kehidupannya. Sifat-sifat negatif tersebut antara lain :
1) Apathetics, listies, uninterested people, yaitu orang yang memiliki ciri pasif, tidak ada dorongan hidup untuk maju, dan tidak pernah peduli terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Jika sifat ini menghinggapi para mahasiswa kita, maka mereka tidak memiliki sense of crisis terhadap persoalan hidup dirinya maupun bangsanya;
2) The flighty people, yaitu orang-orang yang tertarik untuk melakukan banyak hal, tetapi mudah mengalihkan perhatiannya ke hal-hal baru lainnya. Mereka selalu berorientasi dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya tanpa target dan hasil yang jelas sehingga terdapat peluang untuk menjadi orang yang oportunis;
3) Extreme uncertainty, yaitu orang yang sulit mengambil keputusan dan selalu dibingungkan oleh pilihan-pilihan yang ada padanya. Dalam keadaan yang demikian tentu mereka tidak akan mampu menjadi sosok pemimpin bagi dirinya, dan oleh karena itu dipastikan juga tidak akan efektif sebagai pemimpin bagi orang lain;
4) Very inconsistent people, yaitu orang-orang yang suka melibatkan diri pada banyak hal secara tidak konsisten. Misalnya, pekan ini ia bekerja keras, tetapi pekan depan ia seolah kehilangan energi sama sekali. Kondisi demikian berakibat pada sulitnya mereka diterima oleh orang lain. Jika sifat negatif ini dimiliki oleh mahasiswa maka mereka akan tidak mampu untuk melakukan interaksi sosial secara horizontal sesama teman mereka;
5) Others might aptlay be called drifters, yaitu orang yang perilakunya menunjukan bahwa ia tidak memiliki kemudi dalam mengarungi samudera kehidupannya. Orang seperti ini akan mudah dipengaruhi oleh orang lain untuk berbuat apa saja;
6) A large number of overconformers, yaitu orang-orang yang tidak memiliki ide-ide atau gagasan yang jelas mengenai apa yang harus dilakukan dalam hidupnya. Orang yang demikian sering mengekor kepada pendapat yang dominan pada saat tertentu. Jika mahasiswa memiliki sifat negatif seperti ini, maka ia tidak akan mampu untuk melakukan amar ma'ruf nahi munkar (menegakkan hal-hal yang benar serta melawan hal-hal yang buruk/kebathilan);
7) Some overdissentres,Some overdissentres, yaitu orang yang suka mencari-cari kesalahan orang lain, selalu mengeluh, bahkan selalu menentang pihak lain dalam rangka mencari identitas diri. Orang seperti ini sulit dipercaya, bahkan tidak disenangi oleh orang lain. Jika orang tidak percaya orang lain, maka sulit baginya untuk memiliki karir yang baik bagi dirinya; dan
8) A group of poseurs or role players, yaitu orang-orang yang selalu berusaha menutupi kelemahan dirinya dengan melakukan suatu peran yang semu atau palsu. Kondisi yang demikian ini membuat orang tidak jujur sehingga sangat merugikan diri sendiri, dan bahkan juga bisa merugikan orang lain.

Beberapa sifat negatif di atas kini melekat pada mahasiswa, dan kalau saya coba merunut persoalan tersebut terdapat keterkaitan dengan tradisi keilmuan mahasiswa yang menjauhi kebiasaan membaca buku. Buku, salah satu sumber yang ilmiah. Sampai saat ini saya masih mempercayai bahwa buku adalah sumber dari berbagai macam ilmu pengetahuan.
Belum dan bukan terlambat ketika saat ini kita kembali mencoba untuk mengembangkan tradisi keilmuan pada Mahasiswa. Sampai kapanpun ilmu yang didapat dari membaca buku itu tidak akan pernah terkikis oleh waktu. Membaca (buku) apapun pasti akan mempunyai beberapa nilai positif terlebih lagi ketika yang dibaca itu adalah kitab umat islam yakni Al-Qur'an. Wallahu'alam...
Share:

Jumat, 24 April 2009

Kekuasaan; Mempengaruhi Kepemimpinan
oleh :Achmad Saptono (Panggil;Tino)


Dalam situasi dan kondisi bagaimana pun, jika seseorang berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain, maka aktivitas seperti itu telah melibatkannya ke dalam aktivitas kepemimpinan. Jika kepemimpinan tersebut terjadi dalam suatu organisasi tertentu dan seseorang berupaya agar tujuan organisasi tercapai, maka orang tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan dapat dianggap sebagai “modalitas” dalam kepemimpinan, dalam arti sebagai cara-cara yang disenangi dan digunakan oleh seseorang sebagai wahana untuk menjalankan kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain.Atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang konsisten ditunjukkan dan sebagai yang diketahui oleh pihak lain ketika seseorang berusaha mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain. Perilaku ini dikembangkan setiap saat dan yang dipelajari oleh pihak lain untuk mengenal ataupun menilai kepemimpinan seseorang. Namun demikian, gaya kepemimpinan seseorang tidaklah bersifat “fixed”. Maksudnya adalah bahwa seorang pemimpin mempunyai kapasitas untuk membaca situasi yang dihadapinya dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya sesuai dengan situasi tersebut, meskipun penyesuaian itu mungkin hanya bersifat sementara. Pada pihak lain, setiap pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen atau watak, dan kepribadian sendiri yang unik/khas, sehingga tingkah laku dan gayanyalah yang membedakannya dari orang lain. Gaya/style hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya.

Tipe kepemimpinan seseorang menurut Sondang P Siagian (1994: 27-45) dapat dianalisis dengan menggunakan kategorisasi berdasarkan:

Ø Persepsi seorang pemimpin tentang peranannya selaku pemimpin
Ø Nilai-nilai yang dianut
Ø Sikap dalam mengemudikan jalannya organisasi
Ø Perilaku dalam memimpin
Ø Gaya kepemimpinan yang dominant

Prinsip pertama dalam kepemimpinan adalah adanya hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin. Tanpa yang dipimpin tidak ada orang yang perlu memimpin. Prinsip kedua adalah bahwa pemimpin yang efektif menyadari dan mengelola secara sadar dinamika hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin (Richard Beckhard, 1995:125-126).

Keberhasilan seorang pemimpin dalam melaksanakan fungsinya tidak hanya ditentukan oleh salah satu aspek semata-mata, melainkan antara sifat, perilaku, dan kekuasaan-pengaruh saling menentukan sesuai dengan situasi yang mendukungnya. Kekuasaan-pengaruh mempunyai peranan sebagai daya dorong bagi setiap pemimpin dalam mempengaruhi, menggerakkan, dan mengubah perilaku yang dipimpinnya ke arah pencapaian tujuan organisasi.

Kekuasaan

Konsepsi mengenai kepemimpinan tidak bisa dilepaskan dari kemampuan, kewibawaan, dan kekuasaan. Seorang pemimpin, karena status dan tugas-tugasnya pasti mempunyai kekuasaan. Kekuasaan merupakan kapasitas untuk mempengaruhi secara unilateral sikap dan perilaku orang ke arah yang diinginkan (Gary Yukl,1996: 183).

Konsepsi mengenai sumber kekuasaan yang telah diterima secara luas adalah dikotomi antara “position power” (kekuasaan karena kedudukan) dan “personal power” (kekuasaan pribadi). Menurut konsep tersebut, kekuasaan sebagian diperoleh dari peluang yang melekat pada posisi seseorang dalam organisasi dan sebagian lagi disebabkan oleh atribut-atribut pemimpin tersebut serta dari hubungan pemimpin – pengikut. Termasuk dalam position power adalah kewenangan formal, kontrol terhadap sumber daya dan imbalan, kontrol terhadap hukuman, kontrol terhadap informasi, kontrol ekologis. Sedangkan personal power berasal dari keahlian dalam tugas, persahabatan, kesetiaan, kemampuan persuasif dan karismatik dari seorang pemimpin (Gary Yukl,1996:167-175). Dengan bahasa yang sedikit berbeda, Kartini Kartono (1994:140) mengungkapkan bahwa sumber kekuasaan seorang pemimpin dapat berasal dari

a. Kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain;
b. Sifat dan sikapnya yang unggul, sehingga mempunyai kewibawaan terhadap pengikutnya;
c. Memiliki informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang luas;
d. Memiliki kemahiran human relation yang baik, kepandaian bergaul dan berkomunikasi.

Kekuasaan merupakan kondisi dinamis yang dapat berubah sesuai perubahan kondisi dan tindakan-tindakan individu atau kelompok. Ada dua teori yang dapat menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh, dipertahankan atau hilang dalam organisasi. Teori tersebut adalah

* Social Exchange Theory, menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh dan hilang selagi proses mempengaruhi yang timbal balik terjadi selama beberapa waktu antara pemimpin dan pengikut. Fokus dari teori ini mengenai expert power dan kewenangan.

* Strategic Contingencies Theory, menjelaskan bahwa kekuasaan dari suatu subunit organisasi tergantung pada faktor keahlian dalam menangani masalah penting, sentralisasi unit kerja dalam arus kerja, dan tingkat keahlian dari subunit tersebut.

Para pemimpin membutuhkan kekuasaan tertentu untuk dapat efektif, namun hal itu tidak berarti bahwa lebih banyak kekuasaan akan lebih baik. Jumlah keseluruhan kekuasaan yang diperlukan bagi kepemimpinan yang efektif tergantung pada sifat organisasi, tugas, para bawahan, dan situasi. Pemimpin yang mempunyai position power yang cukup, sering tergoda untuk membuat banyak orang tergantung padanya daripada mengembangkan dan menggunakan expert power dan referent power. Sejarah telah menunjukkan bahwa pemimpin yang mempunyai position power yang terlalu kuat cenderung menggunakannya untuk mendominasi dan mengeksploatasi pengikut. Sebaliknya, seorang pemimpin yang tidak mempunyai position power yang cukup akan mengalami kesukaran dalam mengembangkan kelompok yang berkinerja tinggi dalam organisasi. Pada umumnya, mungkin lebih baik bagi seorang pemimpin untuk mempunyai position power yang sedang saja jumlahnya, meskipun jumlah yang optimal akan bervariasi tergantung situasi.

Sedangkan dalam personal power, seorang pemimpin yang mempunyai expert power atau daya tarik karismatik sering tergoda untuk bertindak dengan cara-cara yang pada akhirnya akan mengakibatkan kegagalan.

Pengaruh
Sebagai esensi dari kepemimpinan, pengaruh diperlukan untuk menyampaikan gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan.
Jika kekuasaan merupakan kapasitas untuk menjalankan pengaruh, maka cara kekuasaan itu dilaksanakan berkaitan dengan perilaku mempengaruhi. Oleh karena itu, cara kekuasaan itu dijalankan dalam berbagai bentuk perilaku mempengaruhi dan proses-proses mempengaruhi yang timbal balik antara pemimpin dan pengikut, juga akan menentukan efektivitas kepemimpinan.
Jenis-jenis spesifik perilaku yang digunakan untuk mempengaruhi dapat dijadikan jembatan bagi pendekatan kekuasaan dan pendekatan perilaku mengenai kepemimpinan.

Sejumlah studi telah mengidentifikasi kategori perilaku mempengaruhi yang proaktif yang disebut sebagai taktik mempengaruhi, antara lain :

* Persuasi Rasional:

Pemimpin menggunakan argumentasi logis dan bukti faktual untuk mempersuasi pengikut bahwa suatu usulan adalah masuk akal dan kemungkinan dapat mencapai sasaran.

* Permintaan Inspirasional:

Pemimpin membuat usulan yang membangkitkan entusiasme pada pengikut dengan menunjuk pada nilai-nilai, ide dan aspirasi pengikut atau dengan meningkatkan rasa percaya diri dari pengikut.

* Konsultasi:

Pemimpin mengajak partisipasi pengikut dalam merencanakan sasaran, aktivitas atau perubahan yang untuk itu diperlukan dukungan dan bantuan pengikut atau pemimpin bersedia memodifikasi usulan untuk menanggapi perhatian dan saran dari pengikut.

* Menjilat:

Pemimpin menggunakan pujian, rayuan, perilaku ramah-tamah, atau perilaku yang membantu agar pengikut berada dalam keadaan yang menyenangkan atau mempunyai pikiran yang menguntungkan pemimpin tersebut sebelum meminta sesuatu.

* Permintaan Pribadi:

Pemimpin menggunakan perasaan pengikut mengenai kesetiaan dan persahabatan terhadap dirinya ketika meminta sesuatu.

* Pertukaran:

Pemimpin menawarkan suatu pertukaran budi baik, memberi indikasi kesediaan untuk membalasnya pada suatu saat nanti, atau menjanjikan bagian dari manfaat bila pengikut membantu pencapaian tugas.

* Taktik Koalisi:

Pemimpin mencari bantuan dari orang lain untuk mempersuasi pengikut agar melakukan sesuatu atau menggunakan dukungan orang lain sebagai suatu alasan bagi pengikut untuk juga menyetujuinya.

* Taktik Mengesahkan:

Pemimpin mencoba untuk menetapkan validitas permintaan dengan menyatakan kewenangan atau hak untuk membuatnya atau dengan membuktikan bahwa hal itu adalah konsisten dengan kebijakan, peraturan, praktik atau tradisi organisasi.

* Menekan:

Pemimpin menggunakan permintaan, ancaman, seringnya pemeriksaan, atau peringatan-peringatan terus menerus untuk mempengaruhi pengikut melakukan apa yang diinginkan.

Pilihan mengenai perilaku mempengaruhi tergantung pada position power dan personal power yang dimiliki pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya pada situasi tertentu. Perilaku mempengaruhi seorang pemimpin secara langsung mempengaruhi sikap dan perilaku orang yang dipimpin baik berupa komitmen, kepatuhan maupun perlawanan. Hasil dari proses mempengaruhi, juga mempunyai efek umpan balik terhadap perilaku pemimpin.Selain itu, dampak kekuasaan pemimpin pada dasarnya tergantung pada apa yang dilakukan pemimpin dalam mempengaruhi orang yang dipimpin.Dengan demikian, hasil dari usaha mempengaruhi merupakan akumulasi dari keterampilan mempengaruhi, perilaku mempengaruhi, dan kekuasaan pemimpin.
Share:

Senin, 20 April 2009

Musim Ujian Tiba, Warnet Pun Gembira


Oleh : Achmad Saptono (dipanggil ; Tino)

Sore hari. Hujan turun begitu deras. Petir-pun menggelegar menyambar-nyambar diikuti dengan angin yang bertiup kencang, listrik padam. Gagal sudah semua yang sudah aku rencanakan sejak malam tadi. Tapi keadaan itu tidak mengurungkan niatku untuk pergi ke sebuah warnet di daerah sekitar kampus. Karena semua itu hanya dugaan-dugaanku saja saat melihat cuaca pada sore itu memang tampak diselimuti oleh awan yang begitu tebal. Hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit untuk sampai ke warnet yang aku tuju dengan mengendarai sepeda motor. Sesampainya di depan warnet, ternyata semua perkiraanku itu tidak terjadi. Bahkan yang nyata terjadi adalah tampak dari tempat parkir yang penuh oleh motor. Setiap ruang (Internet) masing-masing ada yang mengoperasikannya.
Aku masuk dan menemui operator di warnet tersebut, "aku minta yang Smoking Room", Pintaku pada operator itu. Ketika aku berjalan menuju ruangan bebas merokok yang letaknya setelah ruangan 'No Smoking' itu, aku melihat teman kuliah yang sedang asyik berselancar dengan internet di ruang yang 'No Smoking' tersebut. Aku pun menghampirinya, "hayoo.. kamu sedang buka situs apa nih?", dengan nada bercanda aku bertanya. "Aku sedang nyari tugas mata kuliah Sosiologi Politik sama Globalisasi dan Kapitalisme nih", jawab temanku. Seketika aku langsung merasa bingung mendengar jawaban yang dilontarkan temanku, sambil berjalan menuju ruang bebas merokok bahkan sampai aku mulai berselancar di dunia Blogger, Multiply, dan Face book-pun aku masih mengingat-ingat jawaban temanku tadi. "Memangnya tugas bisa dicari langsung lewat internet ya? Jangan-jangan dia meng-copy-paste file di internet langsung untuk di jadikan tugas kuliah…", dalam hati aku bertanya-tanya sambil melewati beberapa ruang internet yang hampir semuanya dioperasikan oleh pelajar (siswa SMP, SMA, Mahasiswa, Mahasiswa Pasca Sarjana).
Semoga saja dugaanku kali ini juga meleset, karena selama ini yang aku tahu, internet hanya sebagai salah satu referensi atau media informasi disaat kita ingin mengetahui tentang informasi dari luar yang sulit kita jangkau secara langsung. Kalau file-file yang didapat dari internet tersebut di Copy lalu dibaca ulang, dipahami dan baru-lah kemudian disusun menjadi sebuah tugas kuliah (makalah, paper, essai atau tugas apapun), dalam hal ini aku sepakat, dengan catatan di dalam daftar referensi atau daftar pustaka tugas kuliah tersebut harus dicantumkan dari situs mana file itu di download?Siapa penulisnya? dan Kapan file itu di download?.
Andaikata semua pelajar di Indonesia memanfaatkan internet dengan seperti itu maka aku yakin akan menjadi sebuah penurunan kualitas pendidikan yang sangat berpengaruh bagi perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Salah satu dampak kecil yang kemungkinan akan terjadi adalah ketika pelajar tadi mempresentasikan (memaparkan) isi tugasnya maka tidak sepenuhnya menguasai content (isi materi) tugas tersebut.
Memang, semua itu tergantung dari bagaimana kita menginterpretasikan atau menganggap tugas itu apa? Karena ketika kita menganggap sebuah tugas itu sebagai sebuah kesempatan untuk mengembangkan ilmu atau wacana kita, maka dengan sungguh-sungguh dan penuh keseriusan kita akan mengerjakan tugas tersebut tanpa beban. Akan tetapi ketika kita menganggap bahwa tugas itu hanyalah sebuah formalitas untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam bidang akademik, maka kita pasti akan mengerjakan tugas tersebut dengan tidak sungguh-sungguh atau bahkan asal-asalan saja, yang penting mengumpulkan dan akan mendapat beberapa variasi nilai A, B, C, D, E atau 100, 90, 80 dan seterusnya. Di satu sisi ada pelajar yang hanya puas dengan mendapatkan nilai B, A, atau 90, 100 tanpa memikirkan wacana baru apa yang didapatkan dari ketika dia mengerjakan tugasnya tersebut dan di lain sisi ada pelajar yang akan merasa puas ketika dia mendapatkan nilai B, A, atau 90, 100 dan juga sekaligus mendapatkan wacana baru dari proses pembuatan tugas tesebut.
Dalam beberapa hari ke depan jangan heran ketika nanti banyak pengusaha internet yang merasa gembira menyambut datangnya ujian mid semester. Karena sampai sekarang masih banyak orang yang mengakui kehebatan "Mbah Google".
Share:

Kamis, 16 April 2009

Korban Pemilu


Oleh : Achmad Saptono (panggil; Tino)

Pemilu Legislatif 09 APril 2009. Sebuah momentum pesta demokrasi yang besar-besaran.Hanya dengan sedikit goresan bolpoin memang, atau yang biasa disebut dengan sistem contreng. Akan tetapi dampak dari moment tersebut ternyata luar biasa, tak sedikit korban hampir di tiap-tiap kabupaten yang megalami gangguan jiwa, stres dan lain sebagainya. Beberapa diantaranya antara lain :

Sri Hayati, calon legislator untuk DPRD Kota Banjar ditemukan tewas gantung diri di gubuk di Desa Bojongkondang, Ciamis, Jawa Barat, Selasa (14/4) pagi. Untuk memastikan penyebab kematianmnya, mayat korban dibawa ke Rumah Sakit Banjar guna diotopsi.
Sri Hayati adalah caleg dari Partai Kebangkitan Bangsa. Penghitungan sementara menunjukkan perolehan suaranya dalam pemilihan umum legislatif lalu gagal menjadikannya anggota DPRD. Menurut suaminya, seusai pemilu Sri yang sedang hamil empat bulan itu jadi pendiam dan sering minta maaf meski tak ada persoalan di antara mereka.
Sementara itu, Lazuardi, seorang caleg DPRD Kota Pontianak, Kalimantan Barat, meninggal Senin malam lalu. Ia meninggal beberapa jam setelah mengikuti penghitungan suara pemilu. Diduga caleg dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) ini meninggal karena terlalu lelah dan stres mengikuti rangkaian proses pemilu. Ditambah perolehan suara tak cukup untuk menjadikannya legislator.
Sehari sebelumnya, Sri Sumini, caleg dari Partai Demokrat di Solo, Jawa Tengah, meninggal akibat serangan jantung dan lever. Menurut keluarga, sejak masa kampanye hingga usai pencontrengan sang caleg lebih pendiam dan terkesan menyimpan beban pikiran. Belum jelas apakah kematian Sri Sumini terkait perolehan suaranya dalam pemilu lalu.
Di Bali, seorang caleg meninggal mendadak setelah mengetahui hasil penghitungan suara. Dia bernama Putu Lilik Heliawati (42), caleg Partai Hanura untuk DPRD Buleleng. Lilik meninggal Kamis 9 April, pukul 23.00 Wita. “Dia lemas setelah mendapat laporan hasil penghitungan suara,” kata Ketua Partai Hanura DPD Bali Gede Ngurah Wididana, Jumat (10/4/2009). (okezone.com, 10 April 2009)
Tak hanya caleg yang meninggal karena terguncang jiwanya mendapati hasil perolehan suaranya tidak sesuai harapan. Muhammad Iqbal (28), Tim Sukses seorang Caleg yang kalah yang menetap di Jalan Eka Surya, Gang Pribadi, Kelurahan Gedung Johor, Medan Johor ini nekat gantung diri di kediamannya, kemarin (10/4). (posmetro-medan.com, 11 April 2009)
Kejadian ironis ini masih belum termasuk para caleg yang mengalami gangguan jiwa dan bertingkah aneh pasca pencontrengan 9 April lalu. Situs www.berita8.com, 11 April 2009 melaporkan seorang caleg dari satu parpol di Tangerang, langsung stres, setelah ambisi menjadi wakil rakyat tak tercapai. Pria berusia sekitar 40 tahun itu, tiba-tiba mengamuk setelah dalam penghitungan di beberapa TPS di sekitar lingkungannya, hasil suara dia sangat minim. Dia mengamuk dan merangkak di pinggir jalan sambil membawa wadah, meminta uang kepada setiap orang yang lewat. “Kembalikan uang saya,” katanya.
Sementara kompas.com, 13 April 2009, melaporkan seorang calon legislatif (caleg) dari Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) Andi Langade Karaeng Mappangille bersama timnya nekat melakukan penutupan jalan sepanjang tiga kilometer karena diduga perolehan suaranya tidak mencukupi di Dusun Biloro, Kelurahan Tanet, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Okezone.com, 13 April 2009 menurukan laporan bahwa di Kabupeten Siak, Riau, gara-gara suaranya tidak sesuai harapan, seorang caleg berinisial TMS menjarah lagi bantuan yang telah di berikan kepada masyarakat. Bantuan itu berupa 15 kursi dan material bangunan untuk pembangunan sebuah poskamling. Kejadian itu terjadi di Desa Sungai Tengah, Kecamatan Sabak Auh, Riau. S
Sedang di Cirebon sedikitnya 15 caleg asal Cirebon mengalami depresi dan memilih melakukan pengobatan spiritual untuk menyembuhkan depresi kepada Ustaz Ujang Bustomi di Desa Sinarancang, Mundu, Cirebon.
Begitu juga di RSJ Solo, sedikitnya 200 caleg dirawat, entah itu rawat inap ataupun rawat jalan.

Entah masih ada berapa korban lagi yang saat ini mungkin belum bisa kita ketahui.
yang jelas, logikanya ketika mereka para caleg sudah bersedia menyalonkan diri sebagai caleg, seharusnya mereka sudah mempersiapkan diri serta faham betul akan resiko-resiko yang diambil ketika mereka menggunakan dana pinjaman untuk keperluan kampanye.
Share:

Rabu, 15 April 2009

Minum Arak Puncak Segala Kejahatan


Oleh : Achmad Saptono

Dosa manakah, minum minuman yang memabukkan, berzina atau membunuh. Itulah teka-teki sebagai inti khutbah Khalifah Ustman bin Affan r.a. seperti yang diriwayatkan oleh Az-Zuhriy, dalam khutbah Ustman itu mengingatkan umat agar berhati-hati terhadap minuman khamr atau arak. Sebab minuman yang memabukkan itu sebagai pangkal perbuatan keji dan sumber segala dosa.
Dulu hidup seorang ahli ibadah yang selalu tekun beribadah ke masjid, lanjut khutbah Khalifah Ustman. Suatu hari lelaki yang soleh itu berkenalan dengan seorang wanita cantik.
Kerana sudah terjatuh hati, lelaki itu menurut saja ketika disuruh memilih antara tiga permintaannya, tentang kemaksiatan. Pertama minum khamr, kedua berzina dan ketiga membunuh bayi. Mengira minum arak dosanya lebih kecil daripada dua pilihan lain yang diajukan wanita pujaan itu, lelaki soleh itu lalu memilih minum khamr.Tetapi apa yang terjadi, dengan minum arak yang memabukkan itu malah dia melanggar dua kejahatan yang lain. Dalam keadaan mabuk dan lupa diri, lelaki itu menzinai pelacur itu dan membunuh bayi di sisinya.
"Kerana itulah hindarilah khamr, kerana minuman itu sebagai biang keladi segala kejahatan dan perbuatan dosa. Ingatlah, iman dengan arak tidak mungkin bersatu dalam tubuh manusia. Salah satu di antaranya harus keluar. Orang yang mabuk mulutnya akan mengeluarkan kata-kata kufur, dan jika menjadi kebiasaan sampai akhir ayatnya, ia akan kekal di neraka."

*Dikutip dari 1001 kisah teladan.
Share:

Cinta lima & Melupakan Lima

Oleh : Achmad Saptono

Dikisahkan dalam sebuah kitab karangan Imam Al-Ghazali bahwa pada suatu hari Nabi Isa a.s berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram air di kebun. Bila pemuda yang sedang menyiram air itu melihat kepada Nabi Isa a.s berada di hadapannya maka dia pun berkata, "Wahai Nabi Isa a.s, kamu mintalah dari Tuhanmu agar Dia memberi kepadaku seberat semut Jarrah cintaku kepada-Nya."
Berkata Nabi Isa a.s, "Wahai saudaraku, kamu tidak akan terdaya untuk seberat Jarrah itu."
Berkata pemuda itu lagi, "Wahai Isa a.s, kalau aku tidak terdaya untuk satu Jarrah, maka kamu mintalah untukku setengah berat Jarrah."
Oleh kerana keinginan pemuda itu untuk mendapatkan kecintaannya kepada Allah, maka Nabi Isa a.s pun berdoa, "Ya Tuhanku, berikanlah dia setengah berat Jarrah cintanya kepada-Mu." Setelah Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun berlalu dari situ.
Selang beberapa lama Nabi Isa a.s datang lagi ke tempat pemuda yang memintanya berdoa, tetapi Nabi Isa a.s tidak dapat berjumpa dengan pemuda itu. Maka Nabi Isa a.s pun bertanya kepada orang yang lalu-lalang di tempat tersebut, dan berkata kepada salah seorang yang berada di situ bahwa pemuda itu telah gila dan kini berada di atas gunung.
Setelah Nabi Isa a.s mendengat penjelasan orang-orang itu maka beliau pun berdoa kepada Allah S.W.T, "Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tentang pemuda itu." Selesai saja Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun dapat melihat pemuda itu yang berada di antara gunung-ganang dan sedang duduk di atas sebuah batu besar, matanya memandang ke langit.
Nabi Isa a.s pun menghampiri pemuda itu dengan memberi salam, tetapi pemuda itu tidak menjawab salam Nabi Isa a.s, lalu Nabi Isa berkata, "Aku ini Isa a.s."Kemudian Allah S.W.T menurunkan wahyu yang berbunyi, "Wahai Isa, bagaimana dia dapat mendengar perbicaraan manusia, sebab dalam hatinya itu terdapat kadar setengah berat Jarrah cintanya kepada-Ku. Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, kalau engkau memotongnya dengan gergaji sekalipun tentu dia tidak mengetahuinya."
Barangsiapa yang mengakui tiga perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga perkara yang lain maka dia adalah orang yang tertipu.
1. Orang yang mengaku kemanisan berzikir kepada Allah, tetapi dia mencintai dunia. 2. Orang yang mengaku cinta ikhlas di dalam beramal, tetapi dia inginmendapat sanjungan dari manusia. 3. Orang yang mengaku cinta kepada Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak berani merendahkan dirinya.
Rasulullah S.A.W telah bersabda, "Akan datang waktunya umatku akan mencintai lima lupa kepada yang lima :
1. Mereka cinta kepada dunia. Tetapi mereka lupa kepada akhirat.
2. Mereka cinta kepada harta benda. Tetapi mereka lupa kepada hisab.
3. Mereka cinta kepada makhluk. Tetapi mereka lupa kepada al-Khaliq.
4. Mereka cinta kepada dosa. Tetapi mereka lupa untuk bertaubat.
5. Mereka cinta kepada gedung-gedung mewah. Tetapi mereka lupa kepada kubur."

*Dikutip dari 1001 kisah teladan.
Share:

Jumat, 10 April 2009

Hegemoni Kapitalisme Terhadap Masyarakat Indonesia


Oleh : Achmad Saptono

Kapitalisme kini muncul dengan kemasan globalisasi yang semakin mengglobal pada masyarakat indonesia. Indonesia yang dahulu pernah memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 agustus 1945 ternyata sampai sekarang proklamasi itu seolah hanya “ritual” untuk membuat bangsa indonesia merasa tenang sesaat. Reallitas yang terjadi pada bangsa indonesia saat ini ternyata masih dibelenggu oleh mereka (kapitalisme), tanpa ampun mereka terus meracuni sistem-sistem yang mempunyai tingkat kekuatan lebih di indonesia. Berbagai institusi berhasil mereka kendalikan, institusi ekonomi, agama, pendidikan, hukum, kesehatan, bahkan institusi keluarga sekalipun telah berhasil dikemudikan oleh kapitalisme tersebut.
Masyarakat konsumtif
Dengan mudah kapitalisme mengarahkan logika berfikir bangsa indonesia pada pola hidup konsumtif, yaitu sebuah pola hidup yang hanya bisa menggunakan dan masyarakat indonesia seolah dibuat enggan untuk berfikir dengan adanya penyediaan segala sesuatu yang bersifat instant. Beberapa contoh diantaranya adalah :
1.Adanya kartu kredit yang menyebabkan masyarakat membelanjakan uang mereka jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang semestinya dan melebihi uang persediaan yang ada, membeli sesuatu yang tidak diperlukan dan bahkan barangkali tidak mereka inginkan.
2.Shopping atau jalan-jalan di mall membujuk masyarakat untuk membeli sesuatu yang tidak mereka butuhkan.
3.Jaringan TV Shopping dan cybermall membolehkan masyarakat berbelanja sampai 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu, dengan cara demikian meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan membelanjakan uang mereka lebih daripada yang semestinya.
4.Katalog-katalog memungkinkan masyarakat membeli produk yang diperlukan.

Contoh yang tertulis diatas adalah hanya sebagian kecil saja yang saat ini sempat saya tuliskan, di luar itu masih banyak contoh lain yang dekat dengan kita. Monggo anda mengingatnya sendiri….

Kapitalisme memang sudah masuk pada sistem di Indonesia, masyarakat sudah begitu mendewa-kan produk-produk kapitalisme. Akan tetapi, satu hal yang harus kita ingat bahwa orang yang cukup berpengaruh terhadap perkembangan sistem ekonomi adalah berasal dari umat Islam, yaitu Ibnu Khaldun yang kemudian diadopsi oleh orang-orang barat. Artinya, suatu saat kita (umat islam) pasti akan mampu melepaskan hegemoni kapitalis tersebut, sistem ekonomi syariah saya pikir yang akan mampu melawannya. Mari kita kembangkan konsep ekonomi syariah itu dengan kemasan yang baru dan ide-ide kreatif lainnya untuk melengserkan sistem kapitalisme di Indonesia.
Share:

Gender & Politik


Posisi Perempuan dalam Parlemen

Oleh : Achmad Saptono
(Mahasiswa sosiologi FISIP-UNSOED sks 2006)

Perempuan bekerja di sektor keluarga dan laki-laki bekerja di sektor publik, adalah konstruk yang tertanam dalam fikiran juga kepala masyarakat kita. Sejak kecil, saat pertama kali belajar mengucapkan kata-kata, orang tua kita seringmengatakan “Bapak pergi ke kantor dulu ya nak..”, atau “Ibu pergi ke pasar dulu ya Dik…”. Saat kita masuk dunia sekolah pun kita sering mendengar kalimat-kalimat itu dalam pelajaran Bahasa Indonesia, hal ini lah yang kemudian menjadi konstruk bahwa terdapat dikotomi antara perempuan dan laki-laki secara peranannya yang kemudian saat ini sering kita sebut dengan istilah “gender”.
Gender berasal dari bahasa Latin, yaitu “genus”, yang berarti tipe atau jenis. Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya. Gender merupakan konstruksi sosial yang berarti dibentuk oleh sosial dan budaya setempat, maka gender tidak berlaku selamanya tergantung kepada waktu dan tempatnya. Tak heran ketika saat ini banyak aktivis perempuan yang kembali mempersoalkan gender, terlebih lagi ketika gender itu dikaitkan dengan kekuasaan perempuan di dalam parlemen. Banyak opini yang mengatakan bahwa perempuan tidak pantas untuk duduk di parlemen, karena perempuan di klaim sebagai mahluk yang kurang tegas, mahluk yang lemah, cengeng dan lain sebagainya. Sedangkan di sisi lain bagi mereka (aktivis perempuan), dengan adanya perempuan yang duduk dalam parlemen, maka akan mampu memperjuangkan suara-suara perempuan saat menentukan berbagai macam kebijakan khususnya kebijakan yang berkaitan langsung dengan keberadaan perempuan.
Yang jadi masalah adalah
Menurut hemat saya, perempuan saat ini memang perlu di ikut-sertakan dalam perpolitikan di Indonesia. Dengan adanya perempuan di parlemen, tidak ada lagi adanya dominasi atau asumsinya tidak ada lagi keputusan yang sepihak. Dalam hal ini, kalau yang sebelumnya keputusan hanya diambil dari pihak laki-laki saja, namun sekarang untuk menentukan suatu kebijakan itu perlu adanya suara-suara dari pihak perempuan.
Sedangkan yang masih menjadi pertanyaan dalam diri saya adalah : Apakah keberadaan perempuan di parlemen itu benar-benar akan mampu memperjuangkan suaranya, atau akan mampu menggunakan hak bicaranya ketika menentukan suatu kebijakan? Karena, ketakutan saya adalah perempuan-perempuan yang saat ini ngotot ingin masuk parlemen itu hanya karena pengaruh emosi. Emosi karena perempuan di klaim lemah, cengeng dan lain sebagainya. Semoga saja cara berfikir saya yang salah, dan semoga seluruh perempuan yang ada di Indonesia sudah tidak ada lagi yang menganggap bahwa dirinya lemah. Saya hanya sedikit mengingatkan, persoalan Gender tersebut bukan hanya laki-laki yang mempermasalahkan tetapi perempuan pun terkadang karena faktor lupa atau latah yang akhirnya kemudian menyebutkan bahwa “Kamu kan laki-laki, masa cengeng sih…”. Secara sadar ataupun tidak kalimat serupa sering dilontarkan baik oleh perempuan maupun laki-laki..
Share:
Counter Powered by  RedCounter

Pages

Popular Posts

About Me

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Seorang Presiden di negara Republik Tinosia

Followers