"Sekedar umpatan dan teriakkanku yang semuanya tersimpan dalam barisan kata"

Sabtu, 13 Maret 2010

Ngobrol ngenggo bahasa ngapak kok isin?

Bahasa ngapak banyumasan saya kira bukan bahasa yang sama sekali memalukan, ada keunikan dan ada kebanggaan tersendiri bagi saya ketika berbahasa ngapak. Ya, saya memang bukan warga asli banyumas. Turunan atau saudara saya yang asli banyumas pun saya tak punya. Saya asli Cirebon, domisili saya juga Cirebon. Berbahasa Cirebon : ira – kita (baca : kamu – saya), atau bahasa yang layaknya digunakan oleh orang-orang Cirebon pada umumnya sedikitpun saya tidak pernah merasa malu untuk berbicara dengan menggunakan bahasa Cirebon yang katanya kasar itu. Tapi, ketika teman saya yang asli Banyumas mengajak saya berbicara dengan menggunakan bahasa ngapak, saya pun mencoba untuk menggunakan bahasa ngapak. Terlepas dari fasih atau tidak saya berbahasa ngapak itu, saya tetap menggunakan bahasa tersebut walau kadang logat/intonasinya masih menggunakan logat Cirebon atau agak ke sunda-sundaan.

Sudah hampir 4 tahun saya tinggal di Kota yang terkenal dengan ngapaknya ini. Setiap hari kalau di prosentasekan, 70 – 80% keseharian saya baik di lingkungan kampus atau dimanapun saya akhirnya berbahasa ngapak. Kenapa? Karena memang mayoritas teman kuliah saya asli banyumas dan saya pikir dengan saya berbasaha ngapak minimal saya bisa lebih akrab lagi ngobrol dengan teman-teman saya yang asli banyumas tersebut. Dengan saya yang hanya menggunakan bahasa Indonesia di forum-forum resmi atau forum perkuliahan bukan berarti saya menafikan bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan kita, bahasa nasional kita. Beberapa waktu lalu kita berteriak-teriak “jangan sampai budaya kita di claim oleh bangsa asing”, tapi sadar atau pun tidak dengan kita yang enggan berbahasa ngapak maka lambat laun bahasa khas banyumas tersebut akan hilang kemudian bisa jadi muncul dan berkembang di Negara lain sehingga akan di claim oleh Negara tersebut. Semoga saja ini hanya ketakutan saya yang berlebihan akan eksistensi bahasa ngapak di Banyumas – Jawa Tengah.

Pengalaman saya selama di kota mendoan, banyak kalangan remaja asli banyumas baik laki-laki maupun perempuan yang enggan menggunakan bahasa banyumas karena merasa malu karena medoknya bahasa tersebut. Bahkan saya pernah mendapati statement dan status di FB yang isinya “ganteng-ganteng kok medok, atau cantik-cantik kok medok”. Betapa konyolnya andai status itu ditanggapi dengan serius! Pengaruhnya apa coba “bahasa yang medok” dengan “paras yang cantik atau ganteng”? hahahaa. . .
Banyaknya bahasa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah kekayaan yang luar biasa tak ternilai harganya saya kira. Masa hanya karena medoknya bahasa ngapak, kita malu untuk berbahasa ngapak? Apalagi tidak mau berbahasa ngapak karena takut tidak ada lawan jenis yang tertarik (I’ll feel) dengan kita. Monggo di refleksikan!!!
Share:

1 komentar:

  1. saya tetap bangga bahasa banyumas
    makanya saya membut blog ini:
    http://maskurmambangr.wordpress.com/

    BalasHapus

Counter Powered by  RedCounter

Pages

Popular Posts

About Me

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Seorang Presiden di negara Republik Tinosia

Followers