"Sekedar umpatan dan teriakkanku yang semuanya tersimpan dalam barisan kata"

Jumat, 17 Juni 2011

Tentang Skripsi


Save Paper For The World
oleh : Achmad Saptono

“Waktu SD, SMP dan SMA jangan dihitung dulu. Mari menghitung kertas yang kita gunakan Sejak pertama kali kita duduk di bangku kuliah. Kalau kita akumulasikan, berapa jumlah kertas yang sudah kita gunakan untuk mengerjakan tugas kuliah, keperluan membuat surat, proposal, skripsi dan sebagainya?”

Bermain, itulah salah satu aktivitasku di kampus akhir-akhir ini sambil menanti ritual dikukuhkannya gelar kesarjanaanku. Perpustakaan di jurusan, perpustakaan fakultas, perpustakaan universitas, termasuk gudang penyimpanan tumpukan proposal dan skripsi di kampusku, adalah beberapa tempat bermainku menghabiskan waktu siang menjelang sore (selain sekretariat UKM dan Kantin). Hal yang aku pikirkan ketika aku berada di ruangan perpustakaan jurusan, fakultas dan perpustakaan universitas adalah tentang “tumpukan skripsi dengan aneka judul dan dengan tebal yang beragam” meyesuaikan minat dan kemampuan mahasiswa.
Saat itu yang aku pikirkan adalah kurang lebih tentang betapa susahnya syarat dan ketentuan proses penyelesaian skripsi, tetapi setelah selesai skripsi itu digarap kemudian di jilid dan ditumpuk, pertanyaan yang aku munculkan dalam benak adalah “apakah semua skripsi yang tertumpuk rapih di rak perpustakaan ini benar-benar bermanfaat sesuai dengan manfaat-manfaat yang tertulis di dalam skripsi?”. Misalnya, manfaat salah satu skripsi adalah untuk mengevaluasi, mengkritik atau menyadarkan pemerintah dan masyarakat. Kemudian pertanyaan selanjutnya yang kembali muncul dalam benakku adalah sebelum skripsi itu dibaca oleh masyarakat atau hasil skripsi tersebut disampaikan kepada pemerintah sebagai bahan evaluasi, apakah tumpukan skripsi tersebut benar-benar bermanfaat bagi institusi terkait, atau yang paling sederhananya adalah berapa persen peluang tumpukan skripsi tersebut dapat diakses dan dibaca oleh mahasiswa?
Jujur sebenarnya aku sangat sangsi bahwa tumpukan skripsi tersebut benar-benar bermanfaat sesuai dengan harapan penulis. Perlu ada cara untuk membantu mensosialisasikan hasil penelitian yang tertulis dalam skripsi kepada mahasiswa, masyarakat, pemerintah atau pihak yang terkait dalam skripsi-skripsi itu. Nah, yang jadi pertanyaan laginya adalah “selama ini skripsi-skripsi yang menumpuk itu sudah pernah disosialisasikan belum sih hasilnya?”. Kalau belum, mari kita sosialisasikan hasilnya dengan cara pihak jurusan atau fakultas memfasilitasi mahasiswa penulis skripsi untuk membuat seminar, diskusi kecil atau ngobrol santai tentang skripsi penulis di daerah lokasi atau sasaran penelitian terkait. Atau ada usulan cara sosialisasi hasil skripsi yang lain?
Belum selesai aku berpikir tentang manfaat hasil penelitian skripsi. Saat aku berada di dalam ruangan gudang berisi tumpukan-tumpukan proposal, skripsi, dan laporan penelitian dosen, aku berpikir “berarti, kemungkinan skripsiku juga akan bernasib sama kaya skripsi-skripsi ini. Sia-sia, gak dipake, gak ada yang baca. Padahal bikin skripsi itu kan bukan proses yang gampang!.”  Kenapa saat itu aku berpikir bahwa membuat skripsi itu bukan proses yang gampang? Karena untuk menuju skripsi benar-benar rampung dijilid, berapa lembar kertas yang dihabiskan untuk keperluan konsultasi, terhitung sejak konsultasi proposal sampai konsultasi draf skripsi? Sayang, eman-eman kertasnya, itulah alasanku. Kertas-kertas yang kita gunakan, itu semua bahannya berasal dari batang pohon dewasa. Nah lhoh... kata temanku, ketika kita menggunakan kurang lebih 3-4 rim kertas untuk keperluan skripsi berarti sama halnya kita menebang satu batang pohon dewasa.
Hitungan sederhana, 1 SKRIPSI = 1 POHON DEWASA YANG DITEBANG, Itu-pun sudah termasuk hitungan yang sangat sederhana. Waktu SD, SMP dan SMA jangan dihitung dulu. Mari menghitung kertas yang kita gunakan Sejak pertama kali kita duduk di bangku kuliah. Kalau kita akumulasikan, berapa jumlah kertas yang sudah kita gunakan untuk mengerjakan tugas kuliah, keperluan membuat surat, proposal, skripsi dan sebagainya?
 Kalau dihitung secara keseluruhan, “kira-kira 1 mahasiswa itu dapat menghabiskan berapa batang pohon dewasa ya?”. Karena alasan sayang atau eman-eman tadi, akhirnya aku berpikir “bagaimana kalau tugas-tugas perkuliahan mahasiswa itu diganti dengan tidak mengunakan media kertas? Misalnya dengan praktikum atau turun ke lapangan, kemudian sistem penilaiannya adalah secara langsung oleh dosen terkait, tanpa harus ada tugas pembuatan proposal atau laporan penelitian untuk mahasiswa. Aspek penilaian yang dilihat misalnya adalah kemampuan berbicara, kemampuan menguasai materi, menguasai fungsi alat-alat yang digunakan saat praktikum dan sebagainya.” Atau ada media lain pengganti kertas? Intinya adalah agar meminimalisir penggunaan kertas, kalau reboisasi yang ada di lingkungan kita berjalan lancar sih tidak masalah. Permasalahannya kan semakin hari, banyak hutan yang berisi ratusan bahkan ribuan hutan digunduli oleh manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab.

Karena manusia dan alam, termasuk tumbuhan itu bersahabat!
Purwokerto, 17 Juni 2011
Share:

0 comments:

Posting Komentar

Counter Powered by  RedCounter

Pages

Popular Posts

About Me

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Seorang Presiden di negara Republik Tinosia

Followers