"Sekedar umpatan dan teriakkanku yang semuanya tersimpan dalam barisan kata"

Selasa, 11 November 2008

10 November 2008 di SiAnak ada apa?

Sejarah singkat 10 November
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta 17 Agustus 1945 pasukan Jepang mulai dilucuti oleh tentara nasional dan rakyat. Proses pelucutan ini menimbulkan bentrokan-bentrokan di berbagai daerah yang cukup banyak menimbulkan korban. Inisiatif tersebut juga dilakukan karena pihak sekutu di Indonesia masih belum juga melucuti tentara Jepang.
Pihak sekutu yang telah menjatuhkan bom di kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang juga turut akhirnya turun ke Indonesia untuk melucuti tentara Jepang. 15 September sekutu yang diwakili oleh Inggris mendarat di Jakarta dan 25 Oktober di Surabaya dengan 6.000 serdadu dari Divisi ke-23 dengan pimpinan Brigadir Jenderal Mallaby. Namun pendaratan sekutu ini didomplengi kepentingan Belanda secara rahasia melalui NICA untuk kembali menguasai Indonesia meskipun sudah memerdekakan dirinya.
Rakyat Indonesia marah ketika mendengar konspirasi tersebut sehingga perlawanan terhadap Inggris dan NICA tetap berlanjut yang memuncak ketika pimpinan sekutu wilayah Jawa Timur Brigadir Jenderal Mallaby terbunuh 30 Oktober di Surabaya.
Inggris dan NICA melalui Mayor Jenderal Mansergh yang menggantikan Mallaby mengultimatum rakyat Indonesia untuk menyerah sampai batas akhir tanggal 10 November pagi hari. Namun di batas ultimatum tersebut rakyat Surabaya menjawabnya dengan meningkatkan perlawanan secara besar-besaran, salah satu pimpinan perlawanan tersebut adalah Sutomo, dikenal sebagai Bung Tomo (yang sampai belum lama ini baru diangkat secara resmi menjadi Pahlawan Nasional, walaupun dulu sempat menerima penghargaan Bintang Mahaputra Utama pada tahun 1995 oleh presiden Suharto).
Perang tersebut melibatkan pasukan sekutu dengan 30.000 serdadu (26.000 didatangkan dari Divisi ke-5 dengan dilengkapi 24 tank Sherman) dan 50 pesawat tempur dan beberapa kapal perang. Inggris menduga 3 hari Surabaya bisa ditaklukan namun kenyataannya memakan satu bulan sampai akhirnya Surabaya kembali jatuh ke tangan sekutu dan NICA.
Perang ini yang akhirnya menimbulkan perlawanan lain di semua kota seperti Jakarta, Bogor, Bandung sampai dengan aksi membakar kota 24 Maret 1946 dan Mohammad Toha meledakkan gudang amunisi Belanda, Palagan Ambarawa, Medan, Brastagi, Bangka dll. Perlawanan ini terus berlanjut baik dengan senjata maupun dengan negosiasi para pimpinan negeri seperti perjanjian Linggajati di Kuningan, perjanjian di atas kapal Renville, perjanjian Roem-Royen sampai akhirnya Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda pada tahun 1949.
Empat tahun revolusi yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, hingga akhirnya momen 10 November dijadikan Hari Pahlawan. Dari fakta sejarah di atas bisa kita simpulkan bahwa ancaman pertama kemerdekaan Indonesia bukan hanya Belanda ingin menguasai kembali, namun sekutu yang dipimpin Amerika memiliki kepentingan tersendiri di Indonesia.
Kenapa Teater SiAnak menganggap 10 November biasa saja?

Teater SiAnak yang sebelumnya telah melakukan Performing-Art untuk merefleksikan tanggal 28 oktober, yaitu hari yang bertepatan dengan peringatan hari sumpah pemuda. Dimana para pejuang muda dahulu mengikrarkan sumpahnya, yang dikenal dengan sumpah pemuda kini ketika ada peringatan 10 Nov (hari pahlawan) SiAnak lebih memilih untuk merefleksikannya dengan cara menganggap hari itu menjadi hari yang biasa saja.
Beberapa hari sebelum tanggal 10 November teman - teman SiAnak memperbincangkan ada apa dengan tanggal 10 Nov? kenapa hari tersebut bisa diperingati sebagai hari pahlawan?.
Ketika isu hari pahlawan tersebut dikaitkan dengan isu harga BBM mulai turun, Undang – undang Pornografi yang sudah disahkan atau isu POM (persatuan orang tua mahasiswa) yang mulai hangat dibicarakan di kampus FISIP – Unsoed ini, maka isu hari pahlawan itu menjadi isu yang biasa saja bahkan mungkin sudah basi.
“Dengan ziarah (berkunjung) ke tempat pemakaman para pahlawan itu sudah termasuk merefleksikan 10 Nov”, kata Anda yang saat ini menjabat Bank Data di kepengurusan SiAnak. Kemudian Iskandar, Demang/ketua Teater SiAnak menambahkan “membersihkan sekretariat SiAnak pun itu sudah termasuk merefleksikan hari pahlawan”.
Setelah melewati dialektika di ruang sekretariat SiAnak pada Sabtu sore 08 Nov 2008 dari sekitar pukul 14.00 sampai 17.15 Wib, akhirnya mencapai satu titik kesepakatan bahwa pada 10 November nanti SiAnak menyikapi hari tersebut dengan biasa saja, namun tetap secara organisasi Teater SiAnak merefleksikan hari pahlawan tersebut dengan cara membersihkan sekretariat SiAnak, sedangkan secara individu tergantung dari setiap individu itu sendiri ketika merefleksikan hari itu dengan caranya masing - masing.
Faktor lain yang membuat Teater SiAnak menganggap 10 November biasa saja adalah karena dikhawatirkan kedepan gerak organisasi SiAnak terjebak ke dalam logika struktural dan seolah hanya mencari eksistensi saja tanpa mengetahui lebih jauh esensi dari hari – hari besar tersebut. (Noy).
Share:

0 comments:

Posting Komentar

Counter Powered by  RedCounter

Pages

Popular Posts

About Me

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Seorang Presiden di negara Republik Tinosia

Followers