"Sekedar umpatan dan teriakkanku yang semuanya tersimpan dalam barisan kata"

Minggu, 18 Desember 2011

Teknologi, Lingkungan dan Dunia Intelektual


Menjamurnya Sistem Informasi Berbasis Teknologi;
Ancaman Ketidakteraturan Terhadap Lingkungan dan Dunia Intelektual
Oleh : Achmad Saptono, S.Sos

Perkembangan teknologi mau tidak mau perlu mendapatkan perhatian lebih dari semua kalangan, terutama dari kalangan praktisi dan akademisi yang mumpuni dalam bidang ini. Alasan yang mendasar adalah cepat atau lambat masyarakat Indonesia akan mengalami transformasi sosial menuju sebuah sistem teknologi atau teknorasi sebagai konsekuensi dari mengalirnya banjir alih teknologi dari negara-negara industri maju, kalau bukan karena keberhasilan para praktisi teknologi Indonesia di dalam pengembangan teknologi di masa depan.

Alasan yang selanjutnya, sangat berkaitan erat dengan dampak perkembangan teknologi terhadap individu, lingkungan dan masyarakat. Berkaca pada sejarah panjang pengalaman negara-negara maju, kita mengetahui bahwa perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang telah melahirkannya tidak selalu menghasilkan dampak positif, akan tetapi sering kali menghasilkan dampak yang negatif. Bukan hanya itu, di era teknologi dalam tekanan ekspansi globalisasi neoliberalis saat ini dan masa yang akan datang, ketika rasionalitas manusia telah dan akan semakin jauh dihegemoni dan didominasi oleh “rasionalitas teknik”, perkembangan teknologi bahkan memiliki kecenderungan lebih banyak menghasilkan kemudharatan daripada kecenderungan menghasilkan kemaslahatan bagi kehidupan masyarakat dan lingkungan.
Terdapat tiga aspek yang mempunyai kemungkinan paling besar mendapat dampak negatif secara langsung akibat perkembangan teknologi di era globalisasi sekarang ini, yaitu individu, masyarakat dan lingkungan. Pertama dalam aspek individu, yang telah terjadi pada masa sekarang ini adalah : bahwa perkembangan teknologi telah menyebabkan proses pengambilan keputusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak, yang paling dasar terjadi semakin jauh berada di tingkat hierarki struktur masyarakat yang semakin tinggi. Di dalam situasi yang demikian pula, maka individu menjadi semakin kehilangan otonominya untuk menentukan keputusan-keputusan tentang pilihan hidup dan nasibnya sendiri.
Aspek yang kedua yaitu masyarakat, perkembangan sistem teknologi menyebabkan terjadinya kecenderungan masyarakat yang bukan hanya berkembang menjadi semakin bersifat coersif, akan tetapi lebih dari sekedar itu, juga semakin intrusif (memasuki dan menguasai hampir setiap kehidupan manusia). Dampak yang paling terasa secara umum pada aspek ini adalah masyarakat menjadi semakin ketergantungan pada teknologi, masyarakat menjadi mempunyai pola pikir yang instant, jauh dari proses kreatif dan sebagainya. Aspek yang ketiga yaitu lingkungan. Teknologi telah menjadi sumber dari eksploitasi progressif sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable natural resources) dan oleh karena itu telah menjadi sumber dari krisis energi sangat serius yang telah dihadapi oleh umat manusia saat ini, serta menjadi ancaman bagi kemampuan lingkungan untuk mendukung kelangsungan hidup para penghuninya.
Barry Commoner (1971) dalam buku berjudul “The Closing Circle: Confronting the Environmental Crisis”, secara umum mengatakan bahwa : “beragam penemuan teknologi baru memang telah berhasil meletakkan bangunan dasar bagi keberhasilan pembangunan ekonomi, akan tetapi hal itu terjadi hanya oleh kegagalannya memelihara kelestarian lingkungan ekologis: the new technologi is an economic succes, but only because it is an ecologica, failure”. Lebih lanjut Commoner mengatakan keyakinannya bahwa alasan paling penting terjadinya krisis lingkungan yang saat ini telah mencapai tataran sangat “alarming” adalah terjadinya perkembangan teknologi yang lebih produktif akan tetapi “lapar” energi (terutama energi yang tidak dapat diperbaharui) dan oleh karena itu memiliki dampak degradasi lingkungan yang sangat besar, menggantikan sistem tekbologi yang kurang produktif akan tetapi memiliki karakter dan dampak yang jauh lebih bersahabat dengan lingkunan ekologis.
Mengutip laporan dari IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) yang diterbitkan pada tahun 2001, Joyeeta Gupta menyajikan beberapa informasi sangat menarik seputar dampak perkembangan teknologi sebagai berikut. (1) bahwa sebagai akibat pemanfaatan sumber daya alam yang eksesif melalui pembakaran gas rumah kaca, maka selama abad 20 temperatur permukaan bumi telah mengalami angka kenaikan yang terringgi selama kurun waktu 1.000 tahun terakhir; (2) bahwa permukaan salju di berbagai muka bumi telah mengalami penurunan yang paling tinggi pula sejak dasawarsa 1960-an; (3) bahwa ketinggian rata-rata permukaan air laut mengalami kenaikan antara 0,1-0,2 meter sepanjang abad 20; (4) bahwa curah hujan mengalami penurunan sekitar 0,3 persen tiap dasawarsa di daerah sub-tropis, sementara frekuensi dan intensitas kekeringan sebaliknya telah mengalami kenaikan yang cukup subtansial di benua Asia dan Afrika; dan (5) bahwa fenomena asilasi El Nino di belahan bumi bagian utara telah terjadi dalam episode-episode yang lebih pendek dan lebih sering, yang pada gilirannya telah mempengaruhi siklus perubahan iklim pada tingkat regional yang telah mengakibatkan banyak kerugian bagi lapisan dan kelompok-kelompok masyarakat yang menggantungkan hidup mereka terutama pada putaran siklus alam (terutama masyarakat nelayan dan petani).
Sistem informasi yang berbasis teknologi semakin tahun semakin bagai jamur di musim hujan, terus bermunculan, pasalnya untuk memenuhi kebutuhan manusia-manusia modern saat ini. Mengakses informasi tak sesulit bertemu dengan anggota DPR atau pejabat di negara Indonesia. Hanya dengan menggerakkan Ibu jari, dengan mengotak-ngatik Handphone, kita bisa melihat Indonesia, negara-negara se-Asia, negara-negara Eropa, bahkan negara-negara di Dunia. Hanya dengan duduk diam menatap layar televisi atau layar komputer, selain kita bisa melihat dunia, kita juga bisa melihat kejadian di masa lampau bahkan kita bisa memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang.
Adalah tantangan luar biasa bagi dunia intelektual, khususnya di Indonesia, ketika teknologi berkembang dengan pesatnya di negara yang mempunyai tingkat pendidikan rendah ini. Kenapa? Karena Indonesia baru bisa menggunakan tanpa mampu menciptakan inovasi, karena Indonesia baru bisa mengimitasi tanpa mengetahui esensi yang lebih mendalam, ironis memang. Dalam perkembangannya, memang sudah semakin banyak masyarakat Indonesia yang berminat dan menguasai bidang teknologi, akan tetapi seringkali keahlian tersebut disalahgunakan. Tidak heran jika yang terjadi justru banyak bermunculan hacker-hacker atau penjahat cyber yang memanfaatkan kemampuannya untuk menipu, membobol ATM dan sebagainya.
Dunia intelektual semakin hari semakin ternodai, dimana para pelajar Indonesia sudah tidak lagi menghiraukan etika menulis, hak cipta, apalagi tentang proses kreatif. Globalisasi telah berhasil menghegemoni pola pikir masyarakat Indonesia, wajar saja jika kita patut mempertanyakan duni intelektual yang ada di negara Indonesia ini. Sistem informasi berbasis teknologi yang seharusnya mampu menjadi bambu runcing untuk melanjutkan perjuangan bangsa, justru menjadi boomerang bagi dunia intelektual di Negara Indonesia. Lagi-lagi integritas intelektual bangsa Indonesia yang harus mendapatkan perhatian lebih, ditengah derasnya gempuran teknologi. [ ]

Share:

0 comments:

Posting Komentar

Counter Powered by  RedCounter

Pages

Popular Posts

About Me

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Seorang Presiden di negara Republik Tinosia

Followers