"Sekedar umpatan dan teriakkanku yang semuanya tersimpan dalam barisan kata"

Kamis, 30 April 2009

DEGRADASI KULTUR DAN IDENTITAS

"Menyoal Tradisi Keilmuan (Budaya Membaca) Mahasiswa"
Oleh : Achmad Saptono (Panggil ; Tino)


Ada yang beranggapan bahwa sejarah adalah sebuah romantisme, sejarah adalah guru yang paling berharga atau juga ada yang menganggap bahwa sejarah adalah momok yang membatasi langkah kita. Mungkin berbeda dengan anda ketika menginterpretasikan apa itu sejarah. Perbedaan antara masa lalu dan saat ini memang tidak mungkin bisa untuk kita sama-kan. Waktu dan jaman yang berbeda akan sangat mempengaruhi bagaimana perilaku serta karakter dari setiap individu dan juga masyarakatnya.
Mahasiswa adalah sebutan bagi pelajar yang memasuki jenjang pendidikan tinggi di tingkatan Perguruan Tinggi atau Universitas. Sebutan tersebut yang kemudian menciptakan beberaapa konstruk karakter pada mahasiswa. Andaikata saya meminta kepada anda untuk menyebutkan apa saja idealnya karakter dari mahasiswa? Pasti dengan lancarnya anda akan menjawab bahwa karakter mahasiswa antara lain kaum intelek, agent of change, kritis, solidaritas tinggi serta hal-hal positif yang lainnya. Teramat sangat berat bukan beban karakter yang menempel pada sebutan mahasiswa?
Kata Intelek di sini bagi saya merupakan sebutan untuk mereka – orang-orang yang selalu menggunakan otak kiri nya dalam menghadapi segala sesuatu – yang mampu menelurkan karya-karya yang inovatif atau orang yang selalu berfikir sistematis serta ilmiah. Terlalu berat memang, ketika sebutan Intelektual untuk ukuran saat ini diberikan pada semua civitas akademik, khusunya mahasiswa. Sekali lagi untuk ukuran saat ini memang begitu berat bagi saya. Kenapa? Jawabannya adalah karena konteks saat ini sangat-sangatlah berbeda dengan masa lalu. Saya akan mencoba melihat dari hal kecil, saya yakin saat ini jarang sekali ada mahasiswa yang berhasil menghabiskan (membaca) satu buku sampai selesai dalam waktu satu minggu, apalagi menghabiskan satu buku dalam waktu satu hari (Semoga saja masih ada, amiin…).
Waktu yang sudah hampir 3 tahun terlibat di institusi kampus dan menyandang gelar mahasiswa bagi saya bukan waktu yang singkat. Sepanjang pengalaman yang pernah saya dapatkan, sampai hari artikel ini ditulis belum pernah saya mendapati ada seorang mahasiswa yang mampu menghabiskan satu buku bacaan dalam waktu satu hari. Saya yakin dan tentunya anda mengerti apa saja yang didapatkan setelah membaca buku atau apa manfaat dari buku itu. Dengan membaca buku kita bisa mengetahui segala macam hal yang ada dan terjadi di dunia ini. Kita bisa mengetahui jumlah planet dalam tata surya dengan duduk manis membaca buku, kita bisa mengerti bagaimana proses terjadinya siang dan malam dengan membaca buku dan lain sebagainya.
Salah satu hal yang menyebabkan keterbelakangan umat manusia dalam menggorganisir komunitasnya dalam kehidupan sosial adalah tidak nyangkutnya teori dan praktik atau ilmu dengan implementasi atau realitasnya. Saya membaca realitas yang terjadi pada kondisi mahasiswa saat ini secara umum bahwa mahasiswa kini semakin jauh dengan tradisi-tradisi keilmuannya dan mahasiswa semakin meninggalkan hal-hal yang berbau ilmiah. Mahasiswa saat in cenderung mendekati hal-hal yang negatif.
Rath, Harmin dan Simon (1978) mengidentifikasi munculnya sifat-sifat yang negatif pada diri seseorang (individu) jika ia tak memiliki sistem nilai yang terintegrasi dalam kehidupannya. Sifat-sifat negatif tersebut antara lain :
1) Apathetics, listies, uninterested people, yaitu orang yang memiliki ciri pasif, tidak ada dorongan hidup untuk maju, dan tidak pernah peduli terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Jika sifat ini menghinggapi para mahasiswa kita, maka mereka tidak memiliki sense of crisis terhadap persoalan hidup dirinya maupun bangsanya;
2) The flighty people, yaitu orang-orang yang tertarik untuk melakukan banyak hal, tetapi mudah mengalihkan perhatiannya ke hal-hal baru lainnya. Mereka selalu berorientasi dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya tanpa target dan hasil yang jelas sehingga terdapat peluang untuk menjadi orang yang oportunis;
3) Extreme uncertainty, yaitu orang yang sulit mengambil keputusan dan selalu dibingungkan oleh pilihan-pilihan yang ada padanya. Dalam keadaan yang demikian tentu mereka tidak akan mampu menjadi sosok pemimpin bagi dirinya, dan oleh karena itu dipastikan juga tidak akan efektif sebagai pemimpin bagi orang lain;
4) Very inconsistent people, yaitu orang-orang yang suka melibatkan diri pada banyak hal secara tidak konsisten. Misalnya, pekan ini ia bekerja keras, tetapi pekan depan ia seolah kehilangan energi sama sekali. Kondisi demikian berakibat pada sulitnya mereka diterima oleh orang lain. Jika sifat negatif ini dimiliki oleh mahasiswa maka mereka akan tidak mampu untuk melakukan interaksi sosial secara horizontal sesama teman mereka;
5) Others might aptlay be called drifters, yaitu orang yang perilakunya menunjukan bahwa ia tidak memiliki kemudi dalam mengarungi samudera kehidupannya. Orang seperti ini akan mudah dipengaruhi oleh orang lain untuk berbuat apa saja;
6) A large number of overconformers, yaitu orang-orang yang tidak memiliki ide-ide atau gagasan yang jelas mengenai apa yang harus dilakukan dalam hidupnya. Orang yang demikian sering mengekor kepada pendapat yang dominan pada saat tertentu. Jika mahasiswa memiliki sifat negatif seperti ini, maka ia tidak akan mampu untuk melakukan amar ma'ruf nahi munkar (menegakkan hal-hal yang benar serta melawan hal-hal yang buruk/kebathilan);
7) Some overdissentres,Some overdissentres, yaitu orang yang suka mencari-cari kesalahan orang lain, selalu mengeluh, bahkan selalu menentang pihak lain dalam rangka mencari identitas diri. Orang seperti ini sulit dipercaya, bahkan tidak disenangi oleh orang lain. Jika orang tidak percaya orang lain, maka sulit baginya untuk memiliki karir yang baik bagi dirinya; dan
8) A group of poseurs or role players, yaitu orang-orang yang selalu berusaha menutupi kelemahan dirinya dengan melakukan suatu peran yang semu atau palsu. Kondisi yang demikian ini membuat orang tidak jujur sehingga sangat merugikan diri sendiri, dan bahkan juga bisa merugikan orang lain.

Beberapa sifat negatif di atas kini melekat pada mahasiswa, dan kalau saya coba merunut persoalan tersebut terdapat keterkaitan dengan tradisi keilmuan mahasiswa yang menjauhi kebiasaan membaca buku. Buku, salah satu sumber yang ilmiah. Sampai saat ini saya masih mempercayai bahwa buku adalah sumber dari berbagai macam ilmu pengetahuan.
Belum dan bukan terlambat ketika saat ini kita kembali mencoba untuk mengembangkan tradisi keilmuan pada Mahasiswa. Sampai kapanpun ilmu yang didapat dari membaca buku itu tidak akan pernah terkikis oleh waktu. Membaca (buku) apapun pasti akan mempunyai beberapa nilai positif terlebih lagi ketika yang dibaca itu adalah kitab umat islam yakni Al-Qur'an. Wallahu'alam...
Share:

1 komentar:

Counter Powered by  RedCounter

Pages

Popular Posts

About Me

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Seorang Presiden di negara Republik Tinosia

Followers