Cirebon, Siang hari di minggu-mingu pertama bulan puasa, saat itu matahari sedang berada tepat diatas ubun-ubun kepala, ketika warga masyarakat masing-masing sedang beristirahat mencari tempat yang teduh satu sama lainnya. Tiba-tiba di Desa Jemaras, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon terdengar suara yang menggelegar duaaarrrrrrrrr…..duaaarrrrrrrrr…..duaaarrrrrrrr…. Beberapa kali terdengar suara ledakan bom rakitan yang sengaja dipasang di lahan sawah (pertanian) milik warga oleh para pekerja pertamina yang entah berasal dari perusahaan daerah mana!!! Rumah warga seketika terasa bergetar seolah sebentar lagi rumah dari warga sekitar akan runtuh seperti terkena gemapa.
Ledakan seperti ini bukanlah hal yang pertama kali terjadi di daerah tersebut, karena beberapa bulan sebelumnya pun sempat terjadi ledakan yang sama pada tempat yang berbeda namun hanya beberapa meter saja dari tempat itu.
Kemudian, 2 (dua) tahun yang lalu tepatnya di pertengahan tahun 2006 pun hal serupa sudah pernah terjadi, yakni tepatnya di desa porong-sidoarjo yang akhirnya sampai saat ini terkenal dengan peristiwa “Lumpur lapindo”. Ledakan akibat dalam rangka pengeboran minyak tersebut membuat ratusan rumah warga porong terendam Lumpur, bahkan sampai saat ini pun belum jelas nasib para korban dari warga porong-sidoarjo dan sekitarnya. Sampai-sampai pada tahun 2007 lalu daerah genangan Lumpur tersebut sempat menjadi tempat wisata (kunjungan) bagi warga dari luar kota guna melihat lautan Lumpur tersebut.
Nah, kalau saja para aparat yang ada pada peristiwa percobaan pengeboran minyak di desa Jemaras, kecamatan Klangenan, kabupaten Cirebon tersebut sedikit saja mengingat peristiwa Lumpur lapindo tersebut... karena pada saat itu ketika warga masyarakat menanyakan pertanggungjawaban pada aparat beserta petugas pengeboran minyak, yang ada malah para petugas pengeboran minyak tersebut kabur dengan menggunakan mobil gerobak (truk) kemudian para aparat seolah sengaja melindungi para pelaku percobaan pengeboran minyak tersebut. Padahal jelas-jelas pada saat itu, baik dari pihak aparat maupun para pelaku percobaan pengeboran minyak sama sekali belum pernah meminta persetujuan (izin) warga bahwa akan diadakan proses pengeboran minyak di lahan pertanian milik warga Jemaras dan sekitarnya itu.(Noy)
Sabtu, 18 Oktober 2008
Tags
- all about my mind (43)
- Berbagi (5)
- Mari Merenung (5)
- Mirip Puisi (44)
- Nyeni (8)
- pengalamankoe (5)
- Profil Seniman (2)
- Sejarah (1)
- unek2 (17)
- warning2 (1)
Pages
Popular Posts
-
"STOP" Karya Putu Wijaya * Oleh : Achmad Saptono (Panggil ; Tino)** STOP merupakan sebuah naskah monolog karya dari seorang sastra...
-
MONOLOG : R E P U B L I K T I K U S Oleh : Achmad Saptono [1] PROLOG : Selamat datang di REPUBLIK TIKUS untuk seluruh warga dari...
-
“Monolog : Homo Homini Lupus” Karya : Achmad Saptono Manusia yang satu adalah serigala bagi manusia lainya. Manusia tidak bertindak sebaga...
-
Janda di dada aing! Oleh : Achmad Saptono* Aku pria 22 tahun yang baru saja lulus kuliah tahun lalu, namun sekarang sudah berist...
-
Children of Heaven ; Kisah Si Miskin-Pintar “Ali Mandegar” Memanjat “Menara Gading” [1] Oleh : Achmad Saptono [2] “Matahari terbit | fajar...
-
#Opohdernitas Dunia semakin tidak seimbang, semakin semrawut, semakin tidak masuk akal, kacau balau, dunia ini semacam sedang tr...
-
Seputar Kemiskinan, teknologi Informasi, pendidikan, dan tentunya tentang Indonesia (Rokoknya rokok.... Aqua...Aqua...myzone’nya myzone......
-
Pemilihan Dukun Sakti Oleh : Tino Achmad Saptono [1] Demokrasi iku bebas Acara pemilihan ning ndi-ndi pasti sing diutamanange y...
-
Penyakit tak Disadari? Indonesia tanah airku, tanah beli, air juga beli… (Harry Roesli) Barangkali salah satu ciri dari Negara y...
-
Teater, Terasing hingga Kering Oleh : Tino Achmad Saptono [1] Seni Teater di Cirebon dalam perkembangannya dikatakan jalan di tem...
0 comments:
Posting Komentar