"Sekedar umpatan dan teriakkanku yang semuanya tersimpan dalam barisan kata"

Selasa, 24 Mei 2011

SiAnak, Theatre Of Change


Theatre Of Change[1]
(Teater SiAnak : Sebuah pertunjukan yang tidak bebas nilai)
Oleh : Achmad Saptono[2]

“Layaknya ember tanpa air, layaknya gunung tanpa pepohonan, layaknya berjalan tanpa tujuan, layaknya motor tanpa bahan bakar, layaknya pertunjukkan teater SiAnak tanpa isu yang disampaikan!” Kurang lebih seperti itu saya memahami SiAnak sebagai salah satu pertunjukkan teater kampus yang tidak bebas nilai!!!

A.     Tentang Teater Kampus
Dulu pertama kali masuk kuliah, pernah saya mendefinisikan bahwa teater adalah tempat sampah, bahwa teater adalah tempat orang-orang yang tidak waras, teater adalah tempat nongkrongnya mahasiswa-mahasiswa yang akan lulus lama, mahasiswa malas, mahasiswa urakan. Pokoknya, banyak sekali definisi yang saya pikirkan tentang apa itu teater kampus dan sampai sekarang belum ada referensi pasti yang menjelaskan tentang definisi teater kampus. Meskipun demikian, satu hal yang harus diingat bahwa bagaimanapun juga teater kampus jelas berbeda dengan teater komunitas non-kampus (umum). Kenapa berbeda? Di bawah ini akan coba saya jelaskan dengan bagaimana pentingnya peranan teater kampus dalam kehidupan sosial.
Teater kampus pada umumnya, selain sebagai wadah apresiasi bagi mahasiswa yang ingin belajar berorganisasi, juga sebagai ruang aktualisasi diri bagi semua mahasiswa yang berminat dengan dunia keteateran. Tidak semua teater kampus yang secara ideologi memiliki tujuan sebagai “fungsi kritik sosial atau sebagai kontrol sosial terhadap masyarakat”. Pertunjukan teater kampus sebagai salah satu media penyampai pesan, dapat dijadikan sebagai penyampai kritik, pesan, saran atau aspirasi terhadap lingkungan sekitar. Issue yang diangkat dalam sebuah pertunjukan teater kampus merupakan hasil analisa permasalahan yang sedang atau telah terjadi – baik yang terjadi dalam kehidupan masyarakat pada umumnya, maupun pada masyarakat kampus pada khususnya. Kepekaan atau kepedulian sosial dari para pegiat teater kampus seharusnya adalah menjadi modal utama saat hendak mengadakan pementasan, baik pementasan besar (pentas produksi) maupun pementasan kecil seperti happening art, performing art atau teatrikal.
Memang tidak ada definisi yang pasti mengenai pengertian teater kampus dan teater umum (luar kampus/komunitas). Namun jika dibedakan antara teater kampus dengan teater umum jelas sangat berbeda, misalnya dari pola kerja teater kampus yang lebih mengedepankan kepada kerja kolektivitas, pemberdayaan anggota dalam hal wacana,  atau yang lebih bersifat praktis lagi yaitu teater kampus ada dibawah naungan Fakultas atau Universitas.
1.      Kerja kolektivitas
Kerja kolektivitas dari para anggota adalah proses yang belum tentu bisa didapatkan pada teater umum. Setiap anggota dalam teater kampus berhak mengalami semua proses yang ada, misalkan saja pada pembagian peran per-divisi dalam tim produksi maupun tim panggung. Tidak ada klasifikasi seorang anggota yang selalu menjadi (misal pimpro, SM, sutradara, aktor atau yang lainnya) satu peran atau divisi yang sesuai dengan keinginan anggota. Kerja kolektivitas yang dimaksud adalah dimana semua anggota selalu dilibatkan dalam setiap proses yang ada di teater kampus.
2.      Pemberdayaan anggota dalam hal wacana
Selain belajar berorganisasi atau berteater, teater kampus juga menjadi wadah untuk berbagi wacana antaranggota. Pemberdayaan anggota dalam hal wacana adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk berbagi wacana dengan anggota yang lain, misal saat teater kampus mengadakan workshop kecil atau diskusi rutin tentang keteateran kemudian ada beberapa anggota yang kemudian dijadikan sebagai narasumber atau dijadikan sebagai fasilitator.
3.      Ada dibawah naungan Fakultas atau Universitas
Seperti halnya organisasi kampus yang lain, teater kampus merupakan UKM yang secara struktural ada dibawah naungan Fakultas atau Universitas dimana BEM sebagai fungsi yang memegang garis koordinasi dengan UKM dan mahasiswa yang lainnya. Andaikata pihak fakultas dalam keadaan “sehat”, teater kampus difasilitasi sepenuhnya oleh pihak fakultas, baik terkait kebutuhan dan kelengkapan sekretariat maupun peralatan-peralatan yang sifatnya spesifik terkait kebutuhan pentas.
Jadi, sah-sah saja jika ada yang mengatakan bahwa hal yang membedakan teater kampus dengan teater umum adalah kondisi geografisnya, dimana teater kampus sekretariat dan aktivitasnya sering dilakukan di daerah kampus sekitarnya, sedangkan teater umum sebaliknya. Atau sah-sah saja jika dibedakan dengan cara melihat bahwa pada teater umum terdapat spesifikasi sutradara, aktor dan sebagainya. Atau juga, sah-sah saja jika dibedakan dengan cara melihat teater umum menggunakan banyak sponsor, karena alasan jaringan yang semakin luas atau dengan alasan yang lebih ideologis lagi (misalnya) teater umum tidak membawa issue anti kapitalisme pada tataran organisatoris.
Teater kampus, didalamnya terdiri dari mahasiswa yang mempunyai beragam pengetahuan dan gagasan-gagasan yang diharapkan mampu ditawarkan untuk menjawab setiap permasalahan, baik permasalahan lingkup internasional, nasional, lokal maupun setiap permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. Dalam kehidupan sosial, teater kampus mempunyai peran sebagai media penyampai pesan, informasi atau sebagai media untuk menawarkan problem solving kepada masyarakat. Artinya, tidak ada alasan bagi teater kampus untuk menjauh dari masyarakat. Karena masyarakat bisa menjadi subjek sekaligus objek bagi teater kampus saat ingin mengadakan pementasan. Sehingga, kalau bisa jangan sampai muncul statement bahwa teater kampus kini semakin menjadi “menara gading” di tengah-tengah masyarakat yang semakin “kerdil”.
B.     SiAnak sebagai Teater Kampus
Teater SiAnak didirikan pada tanggal 15 April 1986 di daerah kampus kalibakal. Berdasarkan data yang didapat, SiAnak lahir karena pada saat itu akan diadakan acara antarfakultas yang tujuan utamanya adalah agar mahasiswa antarfakultas saling mengenal satu sama lainnya – semacam acara Pekan Olah Raga dan Seni antarfakultas (Porsenaf). Saat itu beberapa mahasiswa yang sedang berkumpul berinisiatif untuk mengikuti lomba pementasan teater, yang kemudian akhirnya berlanjut pada inisiatif untuk mendirikan wadah berkarya yang kemudian disebut dengan Teater SiAnak. Secara terminologis, nama SiAnak diambil dari akronim sosiologi, administrasi negara, kalibakal. Karena pada saat itu FISIP baru mempunyai 2 jurusan, dan pada saat itu gedung perkuliahan terletak di daerah kalibakal. Secara filosofis, nama SiAnak diinterpretasikan layaknya anak kecil yang selalu penasaran, ingin belajar, ingin bisa, selalu ingin tahu dengan hal-hal baru, selalu ingin tahu dengan hal-hal yang menarik, selalu ingin tahu dengan hal-hal yang dianggap aneh olehnya. SiAnak diibaratkan seorang anak kecil mbeling yang tidak pernah mengenal lelah dalam hal mencari, entah apa saja sebenarnya yang ia cari dan sampai kapan ia akan menemukan apa yang dicarinya itu.
Tampak tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara Teater SiAnak dengan teater-teater kampus yang lainnya, jika hanya dilihat dari sudut pandang luarnya saja. Jika kita telisik lagi lebih mendalam ternyata yang jelas sangat membedakan adalah di tingkatan Ideologis, SiAnak sangat-sangat kental dengan muatan ideologis, sampai sekarang SiAnak masih konsisten dengan idealismenya. Secara tertulis di AR/ART, teater SiAnak jelas mempunyai asas seni untuk keberpihakan (Pasal 4 AD) dan juga mempunyai fungsi sebagai fungsi kontrol dan kritik sosial (Pasal 7 AD). Sebagai satu-satunya teater kampus yang tertua di Purwokerto yang, SiAnak kental dengan kekeluargaannya dan konsistensinya dalam hal berkarya. Track of record SiAnak bukan hanya mementaskan naskah-naskah indonesia atau naskah-naskah lokal saja, SiAnak pernah juga mementaskan naskah-naskah luar seperti : Hamlet, Romeo & Juliet karya William Shakespeare, Waiting For Godhot karya Samuel Beckett, Pinangan karya Anton Chekov. Naskah-naskah Indonesia beberapa diantaranya adalah Aeng, Nol, Karya Putu Wijaya, Petang di Taman karya Iwan Simatupang, Aksioma & Bangsat karya Taufan S. Chandranegara, dan masih banyak naskah-naskah indonesia lainnya yang sudah pernah dipentaskan oleh teater SiAnak. Teater SiAnak juga pernah mementaskan beberapa karya anggota SiAnak sendiri, diantaranya adalah : Malam yang bingung karya kholil Rohman, Setengah Sembilan Karya Syarif, Advertised Morphosa karya Nadia dkk, Jangan Takut Kalah karya Yahya Zakaria.
SiAnak sebagai teater kampus memiliki fungsi kontrol dan fungsi kritik sosial. Dalam hal ini, logikanya adalah setiap gejala permasalahan di tingkatan Universitas dan Fakultas adalah sudah menjadi tanggungjawab bagi SiAnak. Gejala permasalahan yang dimaksud disini adalah baik ketimpangan dalam hal kebijakan, maupun ketimpangan dalam hal lainnya. Untuk itu, perlu adanya bagi SiAnak untuk terus meng-Up grade sekaligus meng-Up date wacana-wacana terkait Universitas dan juga Fakultas secara lebih mendalam lagi.
C.     Asas Seni Untuk Keberpihakan Teater SiAnak
Berawal dari tawaran dalam Kademangan Wahyu Hermawan, asas yang kadang membuat njelimet pembahasan issue dan juga bedah naskah di teater SiAnak ini lahir dan sampai sekarang asas ini masih dipercaya sebagai “pisau bedah” yang relevan bagi SiAnak. Layaknya pembuatan makalah yang menggunakan teori seorang filsuf, untuk mempertajam atau memperkuat pembahasan content makalah, asas seni untuk keberpihakan dijadikan sebagai parameter oleh SiAnak saat ingin mengadakan pementasan.
Hal yang mendasari bagi individu saat ingin melakukan sesuatu biasanya dihadapkan pada permasalahan yang menyangkut ego. Di dalam diri termasuk pikiran kita selalu bergejolak saat mencerna rangsangan, sampai kemudian pada tahap kita merasa kebingungan padahal kita belum melakukan apa-apa, semua itu masih ada pada alam pikiran kita. Satu hal yang tidak pernah kita sadari bahwa dengan kita meluangkan waktu untuk berpikir, adalah karena kita tertarik, berminat atau mau untuk melakukan, atau mau melangkah dan mau mengambil resiko, termasuk resikonya adalah pusing saat berpikir tadi. Demikian kurang lebihnya teater SiAnak memahami asas seni untuk keberpihakan.
Dihadapkan pada dua atau banyak pilihan dalam hidup adalah wajar, adalah biasa. Begitupun juga pada konteks ketika SiAnak dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang dilematis, disinilah fungsi adanya asas seni untuk keberpihakan bagi SiAnak. Terserah mau memilih yang mana, mau yang ini atau yang itu, dengan catatan asalkan pilihan atau keberpihakan itu dapat dipertanggungjawabkan. Tidak harus berpihak kepada penindas atau yang tertindas, tidak harus berpihak kepada birokrat atau rakyat, tidak harus berpihak kepada borjuis atau proletar, tidak harus berpihak kepada laki-laki atau perempuan, begitu seterusnya. Kembali lagi, asalkan dapat dipertanggungjawabkan dan tentunya sudah ada kesepahaman di tingkatan SiAnak secara keseluruhan khususnya di Tim Produksi dan Tim Panggung pementasan teater SiAnak.
 Beberapa pementasan SiAnak yang menggunakan asas seni untuk keberpihakan selalu tidak memberikan solusi yang pasti. Artinya, SiAnak selalu menawarkan opsi, SiAnak selalu memberikan beberapa pilihan yang kemudian mempersilahkan penonton sendiri yang akan menilai, memilih dan menyimpulkan solusi mana yang akan diambil. Tetapi pada tingkatan SiAnak secara organisatoris, termasuk tim produksi dan tim panggung sudah mempunyai arahan keberpihakan yang jelas, karena keberpihakan tersebut yang akan menjadi “pegangan” bagi SiAnak.


-Semoga mudah dimengerti & semoga bermanfaat-


[1] Teater sebagai salah satu media gerakan atau media untuk melakukan perubahan. Tulisan ini disampaikan di Workshop kecil & Malam Keakraban Teater SiAnak, 18-20 Maret 2011, Baturraden.
[2] Adalah anggota aktif Teater SiAnak.
Share:

0 comments:

Posting Komentar

Counter Powered by  RedCounter

Pages

Popular Posts

About Me

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Seorang Presiden di negara Republik Tinosia

Followers